° Sambutan

515 70 8
                                    

Bertemu lagi dengan malam spesial di rumah Bu Yoona. Kenapa spesial? Sebab malam ini Bu Yoona membawa banyak makanan untuk anak-anaknya.

Kali ini mereka sudah dalam formasi lengkap, karena seluruh penghuni sudah kembali ke rumah Bu Yoona.

"Wahh, tumben Bunda belinya junk food. Biasanya harus ada sayur," ujar Somi yang memang penggila junk food sejak kecil.

"Untuk hari ini spesial deh. Sekalian sambutan untuk anak baru. Kan sekali kali gapapa. Ayo dimakan," jawab Bu Yoona.

Tanpa harus disuruh dua kali pun semuanya langsung menyerbu makanan di meja makan.

Semuanya, kecuali Jinsol.

"Loh, Jinsol? Tumben ga makan. Biasanya paling banyak nih makannya," tanya Bu Yoona yang melihat Jinsol hanya diam di kursinya tanpa menyentuh makanan dihadapannya.

Jinsol tersenyum, "Lagi diet, Bun,"

"Halah, sok sok diet lu," gumam Jeongin yang langsung dicubit perutnya sama Jinsol.

"Makan," suruh Guanlin mengambil alih piring Jinsol, hendak menyuapi kekasihnya.

Jinsol langsung menutup mulutnya, menolak suapan Guanlin.

"Astaga, Lin! Banyak anak kecil," bisik Somi.

"Ck..ck..ck, kalian ini," gumam Bu Yona, "Yaudah, Bunda pulang dulu ya, kalian lanjut makan aja,"

Semua mengangguk dan menatap kepergian Bu Yoona.

Hingga beberapa menit kemudian, makanan di piring Jiheon dan Doyoung sudah habis, Jiheon pun berdiri dari duduknya,

"Ayo, Doy," suara Jiheon yang mengajak Doyoung itu mengundang seluruh kepala yang ada di ruangan itu menoleh kearah mereka berdua yang kebetulan duduk bersebelahan.

"Ehm, mau kemana nih, anak kecil?" tanya Yeojin dengan nada menggoda.

"Engga kemana mana kok, Kak. Mau bantuin Doyoung beresin kamar aja," jawab Jiheon yang langsung menimbulkan fikiran negatif di kepala orang orang yang mendengarnya.

Tapi ya, mereka tetep ngangguk sambil iya iya aja ngelihat dua anak itu jalan ke kamar Doyoung.

"Ooh, calon istrinya ya, wajar aja sih," bisik Samuel ke Jisung yang direspon ketawa plus pukulan dipaha Samuel.

"Sembarangan," gumam Seonho yang mendengar semuanya. Cemburu bor.

"Samperin gih, ikut bantuin," ujar Lucy yang matanya tetap fokus ke pizza yang mau dimakannya.

"Males," sahut Seonho. Baginya sepiring ayam goreng jauh lebih menarik untuk saat ini.

"Keburu diembat sama ntu bocil elah," Jisung ikut menambahi.

"Bodo amat," sahut Seonho lagi kemudian melahap ayam gorengnya.

"Ga bener emang nih anak," Yeojin cuma bisa geleng geleng.

"Kak Ji, ini bukunya aku taruh di atas lemari kakak, ya?" ujar Wonyoung dari depan pintu kamar Doyoung.

Jiheon yang tengah menyapu lantai menoleh dan mendapati Wonyoung mengangkat buku novelnya yang ia pinjami ke gadis itu tempo hari, kemudian Jiheon mengangguk dan Wonyoung menghilang dari depan kamar Doyoung.

"Dia temen sekelas kita kan? Kok manggil kamu 'Kak'?" tanya Doyoung yang sedang merapikan buku bukunya di dalam rak.

"Loh, Doyoung ga tau ya kalo dia anak aksel?" tanya Jiheon menoleh ke arah Doyoung.

Doyoung menggeleng, "Waktu dia dateng, kayaknya aku lagi ga masuk," jawab Doyoung.

Jiheon menganggukkan kepalanya, tanda ia baru mengingat sesuatu. "Padahal Jiheon udah nyuruh Wonyoung buat manggil Jiheon ga usah pake 'Kak', tapi katanya, dia ga terbiasa,"

"Ooh, begitu,"

"Iyaa, Doy. Yaudah, Jiheon balik ke kamar ya. Yang betah disini. Emang awalnya kadang ga sesuai sama keinginan kita sih, tapi lama lama juga terbiasa kok," ujar Jiheon sebelum keluar dari kamar Doyoung.

"Iyaa Ji, makasih banyak loh udah mau direpotin," jawab Doyoung.

Jiheon tersenyum, "Iya santai aja. Kalo butuh apa apa panggil Jiheon aja ya. Atau kalo kejauhan bisa ketuk kamar samping,"

Doyoung mengangguk, "Siap!"

Setelah itu, Jiheon naik ke lantai atas untuk menuju kamarnya.

"Loh, Kak Somi?"

"Ssstt, jangan keras keras," bisik Somi yang diciduk Jiheon tengah memperhatikan seseorang yang ada di balkon rumah dari balik pintu menuju balkon.

Jiheon yang penasaran pun ikut memperhatikan apa yang Somi lihat, "Siapa itu, Kak?" tanya Jiheon sambil bisik bisik.

"Jeongin," jawab Somi masih bisik bisik. "Udah kamu tidur aja ih,"

"Penasaran Kak Jeongin ngomong sama siapa," ujar Jiheon.

"Pacarnya,"

Jiheon mengerutkan dahi, "Jadi, Kak Jeongin udah punya pacar?" Pikir gadis itu.

"Perasaan Kak Jeongin ga pernah jalan sama cewe," gumam Jiheon masih sambil bisik bisik.

"Iya, pacarnya cowo," sahut Somi.

"Ha?!" Jiheon yang terlalu kaget itu tidak bisa mengontrol suaranya.

Somi auto bekep mulut Jiheon dan narik gadis itu ke kamarnya sebelum Jeongin sadar bahwa ada yang memperhatikan dia.

Syukurlah Jeongin masih sibuk telponan sama 'Pacarnya' sehingga tidak memperhatikan Somi dan Jiheon.

"Ihh Kakak ih, kok Jiheon dibekep gini sih?" omel Jiheon yang sekarang lagi duduk diatas ranjangnya Somi.

"Suara kamu bisa bikin Jeongin sadar kalo ada yang nguping tau ga?" jawab Somi yang berdiri di dekat pintu, mengintip apakah Jeongin sudah pergi dari balkon apa belum.

"Eh, tapi beneran Kak, pacar Kak Jeongin cowo?" tanya Jiheon penasaran.

Somi mengangguk, "Tapi kamu jangan bilang bilang ke yang lain, ya? Cukup kita aja yang tau,"

Jiheon mengangguk. Walau kenyataannya sesakit ini.

"Kakak tau darimana?" tanya Jiheon yang masih tetap kepo.

"Tadi Kakak ga sengaja denger, dia ada loudspeaker teleponnya, dan suaranya itu suara cowo. Jadi, Kakak lanjut nguping deh, dan ternyata bener, itu suara cowo," cerita Somi, "Terus dia manggilnya tuh sayang sayang gitu," lanjut gadis itu.

"Berarti, cowo yang sering jemput Kak Jeongin itu, pacar Kak Jeongin?" tanya Jiheon.

Somi mengangguk, "Bisa jadi," jawab Somi.

Jiheon mengangguk, "Yaudah Kak, Jiheon balik ke kamar ya,"

"Iya. Kamu tidur aja, gausah dipikirin yang tadi. Anggep aja kamu ga tau apa apa ya?" ucap Somi kemudian berjalan menuju kasurnya.

Terlambat. Bahkan sampai Jiheon bangun keesokan harinya pun, gadis itu masih memikirkan informasi yang ia ketahui tadi malam.

House of Maknae(s) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang