° Kepastian

181 30 0
                                    

Semenjak kejadian di kantin waktu itu, Wonyoung tidak berani lagi untuk menghindari Haruto. Karena sejak hari itu, Haruto selalu memperhatikan gerak-gerik Wonyoung...kan serem.

Tapi gak selalu, kaya kalau Wonyoung keliatan murung, pasti langsung Haruto samperin untuk mengetahui apa penyebabnya. Kalau Wonyoung butuh pun juga, Haruto selalu memprioritaskannya. Bener-bener udah kaya pacar.

Waktu itu, ketika Wonyoung diajak makan siang sama Haruto di sebuah restoran, ia pernah bertanya.

"Haru, wajar gak sih, setelah selama ini, dengan semua perlakuan kamu ke aku, aku jadi suka sama kamu?"

Walau dengan hati yang berdebar-debar, Wonyoung tetap memberanikan dirinya, demi kepastian.

Haruto mengangguk, "Wajar kok. Kan memang itu tujuan gua. Bikin lu juga suka sama gua." Jawabnya dengan nada bicara yang masih tenang.

"T-terus, kalau aku udah suka sama kamu, gimana?"

Haruto terlihat sedikit berpikir sebelum menjawab, kemudian tersenyum. "Gua masih nunggu."

Dalam hati Wonyoung malu karena sudah berkata demikian, seolah dia minta ditembak banget, tapi kesel juga sama Haruto, kaya 'Apalagi sih yang harus ditunggu? Bikin jantung anak orang gak sehat aja.'

Tapi setelah itu Wonyoung hanya diam sampai Haruto mengajaknya pulang.

Anehnya, itu menjadi pertemuan terakhir dengan Haruto. Sebenarnya Wonyoung masih sering liat di sekolah, tapi gak pernah ngajak pulang bareng lagi, dan ini sudah 3 hari sejak hari itu. Wonyoung semakin bingung. Ini, ada apa dengan Haruto?

Pagi ini, di waktu istirahat pertama, Wonyoung berniat untuk mencari Haruto guna menanyakan kabar anak itu. Dan, gotcha! Gadis itu menemukan Haruto sedang duduk di bawah pohon yang ada di dekat lapangan sambil memainkan ponselnya dalam posisi horizontal. Dapat Wonyoung tebak, lelaki itu tengah memainkan game yang ada di ponselnya.

"Dor!" 

Bukannya terkejut, Haruto hanya diam dan tidak merespon kehadiran Wonyoung.

"Lagi sibuk ya?" tanya Wonyoung perlahan.

"Ngapain ke sini?" tanya Haruto tanpa melepaskan pandangannya dari layar ponselnya.

"Nggak, pengen ketemu aja. Udah tiga hari kamu gak ngajak pulang bareng. Aku jadi ngerasa aneh." jawab Wonyoung seraya menunduk dan memainkan kakinya.

"Maaf ya, gua sibuk." jawab Haruto, sama sekali tidak menatap Wonyoung dan kemudian berlalu begitu saja setelah meletakkan ponselnya di dalam saku.

Wonyoung membuang napasnya dengan kasar. 

Apa dia harus move on? 

"Guan!" seru Jinsol seraya berlari kecil begitu dirinya melihat Guanlin berjalan di koridor dekat kelas mereka.

Guanlin yang mendengar namanya dipanggil pun mau tidak mau menoleh. Tapi, begitu melihat sosok Jinsol yang hendak menghampirinya, lelaki itu segera balik arah, dan terus berjalan meninggalkan Jinsol.

"Guanlin, tunggu!!!' seru Jinsol lebih keras lagi.

"Apa" sahut Guanlin yang akhirnya mengalah dan memilih untuk menghentikan langkahnya.

"Aku mau jelasin soal yang kemarin."

"Gak ada yang perlu dijelasin lagi, Jinsol."

"Ada, Guanlin. Kamu salah paham."

"Salah paham gimana? Orang udah jelasㅡ"

"Ayo ikut aku" ujar Jinsol yang tanpa aba-aba langsung menarik tangan Guanlin. 

Guanlin hanya bisa mengangguk pasrah dan mengikuti langkah Jinsol.

Hingga tibalah mereka di taman belakang sekolah, tempat ini memang sepi karena lokasinya tidak strategis dan jauh dari gedung sekolah, jadi Jinsol pikir taman ini cocok untuk ngobrol sekarang.

"Mau ngomong apa?" tanya Guanlin dengan suara beratnya.

Jinsol menarik napasnya sebelum kemudian menghembuskannya guna menetralkan detak jantungnya, yang entah kenapa tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya. Terlebih siang ini Guanlin terlihat sangat tampan, membuat Jinsol hampir kehilangan fokus.

"Udah aku bilang di awal tadi kalau kamu salah paham kan? Iya, aku udah gak ada hubungan apapun sama Kak Subin, oke?" ujar Jinsol sebagai pembukaan.

"Terus kenapa dia masih nelpon kamu?"

"Aku gak tau kalau dia bakal nelpon aku, Guanlin. Katanya dia nelpon mau ngabarin kalau dia mau pulang dari London. Tapi karena aku gak angkat telponnya, dia jadi DM aku di ig dan aku baru tau setelah cek DM," papar Jinsol.

Guanlin menundukkan kepalanya, "Kamu tau kan gimana bencinya aku sama dia?"

Perlahan Jinsol mendekatkan dirinya ke Guanlin, dan menepuk pelan punggung kekasihnya itu. "Iya, Guanlin. Aku tau kok."

"Kenapa sih dia harus balik lagi ke sini?" Guanlin mendongak dan menolehkan kepalanya ke arah Jinsol, dan kali ini Jinsol yang menundukkan kepalanya karena tiba-tiba ditatap.

Jinsol menggeleng pelan, "Aku juga gak tau, Guan. Aku pikir dia bakal tinggal di London selamanya,"

Kemudian Guanlin langsung memeluk Jinsol, membuat Jinsol terkejut dengan pergerakan tanpa aba-aba tersebut.

"Maafin Guanlin ya, udah salah paham sama Jinsol." bisik lelaki itu di telinga gadisnya membuat bulu kuduk Jinsol merinding disko.

Jinsol hanya mampu mengangguk pelan tanpa bisa berkata-kata, karena detak jantungnya tiba-tiba menjadi tidak karuan.

Namun, tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memandangi pergerakan mereka dari jauh.

"Oh, udah baikan?" monolognya yang kemudian pergi menjauh dari tempat itu sebelum ada yang menyadari kehadirannya.





House of Maknae(s) [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang