"Bentar,"
Bintang menahan pergelangan tangan kiri Vio. Kini Vio sedang digenggam oleh kedua cowok yang direbutkan banyak orang ini.
Vio sedikit kaget, ia melirik ke tangannya yang dipegang Bintang. Begitupun Rian. Rian menatap dingin dan heran pada Bintang. Seolah, sesak di hatinya kembali terulang.
Dari belakang, kini Alana menyaksikan ketiganya. Rian dan Bintang sedang memegang pergelangan tangan Vio. Seolah mereka sedang memperebutkan gadis cantik itu. Mata Alana tak bisa berhenti memperhatikan mereka.
"Sorry," Bintang kemudian melepas cepat genggamannya di tangan Vio.
"Buku lo jatuh," Lanjut Bintang.
Vio spontan melirik ke bawah, dan benar saja buku Fisikanya terjatuh. Vio berjongkok untuk mengambilnya namun pergelangan tangan kanannya tidak terlepas dari genggaman Rian.
"Gue duluan Yan," Pamit Bintang pada Rian. Hanya pada Rian.
Rian hanya mengangkat kedua alisnya singkat untuk menjawab Bintang.
"Al, ayo," Ajak Bintang pada Alana.
Alana mengangguk lalu menghampirinya. Sementara Vio yang masih berjongkok untuk mengambil buku, menghentikan pergerakannya.
"Alana lagi?" Batin Vio.
Bintang dan Alana langsung pergi keluar kelas. Kini hanya tersisa Vio dan Rian. Rian menoleh pada Vio, "Vi, udah?" Tanya Rian.
"U-udah kok," Vio lalu berdiri dan memasukkan bukunya ke dalam tas. Rian belum juga melepaskan genggaman lembutnya.
"Yuk," Ajak Rian dengan tangan yang masih menggenggamnya.
*****
Vio dan Rian baru saja sampai di depan gerbang rumah Vio. Baru saja sampai gerbang, pemandangan tak mengenakan sudah ada di depan mata. Aneu--ibunya, sedang bercipika-cipiki ria dengan laki-laki asing di depan rumah. Mata Vio mulai memanas, ia dengan cepat langsung turun dari motor Rian dan menghampiri Aneu.
"Vi! Tunggu!" Teriak Rian lalu ikut turun dari motor dan mengejar Vio.
Vio mendorong laki-laki yang sedang bersama Aneu itu dengan keras hingga laki- laki itu hampir terjatuh.
Aneu terbelalak, "Vio! Apa-apaan kamu?! Punya sopan santun gak?!" Bentak Aneu.
Vio berbalik menghadap Aneu, matanya sudah menatap keji pada Aneu. Rian tidak mampu berbuat apa-apa. Ia hanya menyaksikan kejadian menyesakkan ini.
"Mama nanya aku soal sopan santun? Tau apa mama tentang sopan santun? Mama kira perilaku mama yang kayak gini itu sopan? Mama tau gak perasaan papah?!" Balas Vio membentaknya.
Tenggorokan Aneu tercekat karena ucapan Vio. Sementara laki-laki yang tadi Vio dorong memilih untuk meninggalkan tempat itu.
"Dimas! Tunggu!" Teriak Aneu pada Dimas--om om tua yang mengencaninya itu. Namun laki-laki bernama Dimas itu tidak menghiraukannya.
"Ini semua gara-gara kamu! Saya menyesal sudah melahirkan anak gak tau diri seperti kamu!" Bentak Aneu. Aneu lalu pergi mengejar Dimas.
KAMU SEDANG MEMBACA
AURORA
Fiksi RemajaMenjadi seorang dokter tidaklah mudah, apalagi ketika harus terjebak dengan masalalu. Itulah yang Vio alami. Berawal dari sebuah geng di masa SMA, Vio tidak menyangka bahwa dia mampu jatuh ke lain hati setelah masuk ke geng tersebut, padahal dia sen...