Feltámadt

2.7K 397 21
                                    


Misteri tak berujung, memori yang berkabut
Mengapa prediksiku tidak menjadi
kenyataan?

***

Zeline dan Richard memasuki rumah. Setelah dua Minggu berada di rumah sakit, Zeline akhirnya diperbolehkan pulang hari ini. Kondisinya sudah baik-baik saja walau dia tetap tidak boleh melakukan aktivitas yang berlebihan.

"Selamat datang Nyonya Park, senang melihat anda sudah pulang," ujar kepala pelayan yang usianya sudah menginjak setengah abad. Pria bernama Charlie itu tersenyum hangat menyambut kedatangan Nyonya dirumah ini.

"Aku lebih senang lagi," ucap Zeline dengan senyum lebarnya. "Apakah Chan dan Channi baik-baik saja?"

"Tentu Nyonya," jawab Charlie.

"Kau harus istirahat terlebih dulu," ujar Richard saat dirasa Zeline hendak pergi ke halaman belakang.

"Aku ingin menemui mereka sebentar," pinta Zeline. Dia memang sangat merindukan dua kelinci miliknya itu.

"Istirahat dulu, lagipula mereka tidak akan kemana-mana," sahut Richard yang membuat wajah Zeline murung seketika.

"Baiklah."

Beberapa pelayan lalu mengantar Zeline ke kamar yang berada dilantai satu. Zeline akan ditempatkan disana untuk sementara hingga dia benar-benar sembuh total, itu yang Richard putuskan saat Zeline sudah diperbolehkan untuk pulang.

"Richard, bagaimana dengan mereka? Apa akan terus dibiarkan seperti itu?" Bisik Christian yang kini berdiri disamping Richard.

Richard tersenyum kecil, "istriku yang akan memutuskan hukuman untuk mereka."

"Apa? Kau bercanda? Zeline pasti akan menangis saat dia melihat keadaan mereka. Dia tidak sepertimu," ujar Christian.

"Tidak perlu sampai melihat keadaan mereka. Aku akan bertanya pada Zeline," sahut Richard lalu meninggalkan Christian yang terbengong mendengar ucapannya.

"Apa dia serius?" Tak heran jika Christian bertanya seperti itu. Richard biasanya akan membuat keputusan tanpa peduli dengan yang dikatakan oleh orang lain. Apapun keputusan Richard maka harus dilakukan, tidak ada yang boleh membantah jika tidak ingin disingkirkan oleh Richard. Semuanya mutlak ditangan pria itu.

Dan satu lagi, Richard biasanya enggan menyerahkan sesuatu yang dia harus kerjakan pada orang lain, selain pada Christian tentunya.

"Ada apa dengan dia belakangan ini?" Tanya Christian masih dengan wajah yang mencerminkan kebingungan.


***

Zeline menatap kaca jendela yang memperlihatkan halaman rumah, dia ingin sekali menemui Chan dan Channi. Meski Charlie mengatakan bahwa kelincinya baik-baik saja, tapi Zeline harus melihat peliharaannya itu untuk memastikannya.

Tapi sialnya, Richard. Suaminya yang tampan tapi diktator itu melarang keinginannya, Richard memang selalu mempersulit Zeline dalam hal apapun. Benar-benar suami yang mengesalkan.

Lama-lama Zeline juga tidak menyukai hal ini, dimana Richard selalu saja memberi perintah tanpa memandang keadaannya atau mempertimbangkan keinginannya. Di tau bahwa melakukan perintah Richard adalah tugasnya sebagai seorang istri, tapi Richard sendiri tidak mau melakukan kewajibannya. Richard tidak pernah menghargai Zeline sebagai istrinya.

Lagipula, apa yang bisa Zeline harapkan dari Richard? Toh, pernikahan yang mereka lakukan justru adalah keinginan sepihak dari Richard. Tidak ada rasa cinta yang melandasi pernikahan mereka.

VERHETETLEN (First Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang