feltárta (3)

2.3K 399 96
                                    

Jangan lakukan, kumohon jangan tinggalkan aku, tolong

Please don't - K.Will


Setelah dua Minggu dirawat di rumah sakit, Richard akhirnya diijinkan pulang hari ini. Jika bukan karena Zeline yang terus memohon agar dia dirawat disana sampai sembuh, Richard akan pergi dari rumah sakit begitu ia bangun.

"Astaga Zeline aku sudah sembuh, jangan perlakukan aku seperti orang yang masih sakit," Richard mengeluh karena Zeline memapahnya untuk sampai ke kamar.

"Aku hanya memastikan saja, kau datang ke kamar dengan keadaan berdarah seperti itu, kau pikir aku tidak takut?" Sahut Zeline.

"Saya permisi Tuan, Nyonya" Charlie dan beberapa pelayan yang mengantarkan koper undur dari begitu pasangan suami-istri itu sudah sampai di kamar.

"Kau mau kemana?" Zeline menahan Richard yang hendak keluar lagi.

"Ke ruang kerjaku," jawab Richard.

"Tapi kita baru sampai," balas Zeline.

"Lalu kenapa?" Richard menaikkan sebelah alisnya.

"Kau harus istirahat dulu."

Richard memegang pinggangnya dan menghela nafas kesal.
"Istirahatku sudah sangat cukup Zeline, kalau aku istirahat lagi itu akan sangat membuang waktuku."

Zeline menunduk, "aku hanya khawatir padamu Richard."

Richard memperhatikan istrinya itu tanpa mengatakan apapun. Dia hanya memandang Zeline. Mendengar kekhawatiran istrinya itu membuat hatinya terasa hangat, Richard akui itu. Wanita itu memang terlihat arogan dan tertutup, tapi saat dia menyayangi orang lain maka semua perhatian akan Zeline curahkan.

"Aku baik-baik saja sayang, jangan khawatir."

"Tapi kalau kau sudah merasa lelah jangan diteruskan ya, kau harus istirahat."

Richard mengangguk lalu mengecup kening Zeline, "tentu sayang. Tentu."

Pria itu tersenyum kecil kemudian keluar dari kamar tanpa bisa ditahan oleh Zeline.


***


"Sudah makan?"

Alex menatap Brayn yang baru saja masuk ke kamarnya.

"Iya sudah," jawab Alex.

Brayn mengangguk, "besok kau sudah boleh pulang."

"Syukurlah aku rindu suasana rumah," sahut Alex sumringah.

"Minggu kemarin Richard dan Zeline kesini tapi kau kan belum sadar," kata Brayn yang kini sudah duduk di sofa.

"Apa tuan baik-baik saja?"

"Dia selalu baik kau tahu betul itu, Richard seperti punya sembilan nyawa," Brayn menertawakan lelucon garingnya.

"Brayn," panggil Alex.

"Apa?" Sahut Brayn.

"Apa Steven sudah mati?"

Brayn mengangguk cepat, "Christian sudah menembaknya tepat di kepala."

Alex malah terlihat kecewa.

"Kenapa memang?" Heran Brayn.

"Ada yang ingin aku tanyakan padanya," sahut Alex.

"Dan kau yakin dia akan menjawab dengan jujur?" Brayn terkekeh.

"Tentu saja, prinsip kita dan keluarga Kim itu sama, menjunjung tinggi kejujuran."

VERHETETLEN (First Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang