“Semuanya pasti ada alesannya, kan? Dan ya.. aku punya alesan buat ngelakuin ini semua.” Jawab Hyunjin. Laki – laki itu tak langsung menjelaskan alasannya, tapi malah berjalan ke arah meja belajarnya lalu mengambil setumpuk amplop merah dan kotak kado kosong. Laki – laki itu lalu mengangkat kedua benda itu kemudian menatap Gowon dan Siyeon.
“Kalian inget barang ini, kan?” tanyanya. “Oh.. ada satu lagi.”
Hyunjin pun keluar dari kamarnya dan tak lama kemudian kembali sambil membawa sebuah botol kosong.
“Inget?”
Gowon dan Siyeon langsung menganga.
“Ja.. jadi kamu juga yang selama ini neror kita? Buat apa, Hyunjin?” tanya Gowon.
Hyunjin tertawa.
“Well.. ternyata kamu masih belum inget ya, Won? Masa kamu nggak inget soal botol ini. Kamu juga Siyeon. Kamu nggak inget soal kotak kado ini? Atau perlu akau jelasin sejelas – jelasnya ke kalian?” ucap Hyunjin.
Laki – laki itu maju selangkah dan menatap Gowon dengan tatapan mengintimidasi.
“Perempuan ini alesan kenapa aku nyulik Jikyung dan ngebuat semua drama – drama ini.” Ucap Hyunjin tanpa melepaskan tatapannya dari Gowon.
“Apa maksud kamu, Jin?” tanya Jeno yang tidak mengerti.
“Heejin pernah bilang kan kalo tidak semuanya yang kalian lihat baik itu memang baik?” ucap Hyunjin lagi yang makin menimbulkan tanda tanya di antara mereka. “Park Gowon nggak sebaik dan sepolos yang kalian kira.”
“Apa sih yang kamu omongin, Jin?” ucap Gowon.
“Apa? Mau membela diri? Biar aku beberin satu – satu ya, Won.”
Hyunjin lalu mengangkat botol di tangannya dan menatap Gowon lagi. “Kamu nggak inget, Won kalau kamu dulu juga neror Jikyung dengan ngirim surat anceman lewat botol kayak gini?”
Yeji, Seungmin, Jeno, dan Ryujin terkejut.
“Dan juga, kamu kira aku nggak tahu kalo Jikyung sering nerima teror dengan ditelepon sama orang nggak jelas? Apa kalian sadar kalo Jikyung selama ini murung? Jikyung bukan murung karena nilainya, tapi dia murung karena dia takut ada yang neror dia.”
Flashback
Jikyung meremas – remas jarinya sambil mondar – mandir gelisah. Jikyung sesekali menatap ponselnya lalu menggigiti kukunya.
Jikyung ketakutan..
Drrt.. drtt..
Jikyung langsung menatap ponselnya lalu meneguk ludahnya. Gadis itu meraih ponselnya dengan gemetar. Di layar ponselnya tertulis nomor yang akhir – akhir ini selalu menerornya. Jikyung takut. Gadis itu tak tahu siapa orang di balik nomor itu, tapi yang jelas, orang itu mengganggunya.
Setiap hari, Jikyung selalu mendapat teror. Di malam hari, selalu ada orang yang mengetuk kaca jendela kamarnya dan menaruh botol berisi surat ancaman ini di depan jendela kamarnya. Di siang hari, Jikyung terus – terusan mendapat telepon misterius.
Dan yang paling membuat Jikyung takut...
Jikyung menerima kotak kado berisi bangkai tikus dan pesan yang memintanya untuk mati saja.
Semua itu membuat Jikyung ketakutan dan murung. Gadis itu tak tahu harus bercerita pada siapa dan juga.. sepertinya tak ada yang menyadari kalau gadis itu menjadi murung, kecuali Hyunjin. Bahkan Seungmin, kekasihnya, seolah – olah tak tahu kalau Jikyung menjadi murung. Laki – laki itu terlalu sibuk belajar dan Jikyung tak mau membebani laki – laki itu dengan masalahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing (00 Line) ✔
FanfictionSemua ini berawal dari ketukan pintu rumah Jikyung di tengah malam...