Hari Sabtu, hari di mana keenam sahabat itu akan liburan akhirnya terlewati. Mereka berenam tidak jadi pergi karena Jikyung belum ditemukan. Ada rasa kecewa di hati keenamnya, tapi kelimanya berusaha untuk ikhlas karena bagaimana pun, Jikyung lebih penting. Hanya saja, Siyeon masih belum rela liburan mereka batal begitu saja.
“Kenapa cemberut, eoh?” tanya Jeno pada Siyeon yang dari tadi mengerucutkan bibirnya.
“Aku kesel! Kenapa sih Jikyung harus pake acara hilang segala? Liburan kita batal kan gara – gara dia!”
Jeno menghembuskan napasnya lalu mengusap pucuk kepala Siyeon.
“Aku kan sudah bilang ke kamu supaya nggak kesel lagi. Gimana pun, Jikyung itu kan temen kita. Masa kita jalan – jalan tanpa dia? Dia lagi kesusahan, Siyeon.” Jelas Jeno, berusaha menenangkan Siyeon.
Siyeon pun menyingkirkan tangan Jeno dari pucuk kepalanya.“Kenapa sih nggak kamu, nggak yang lain, semuanya ngebelain perempuan itu? Kenapa kalian peduli banget sama Jikyung? Dia udah ngerusak rencana liburan kita! Biarin dia ilang sekalian selamanya.” Ucap Siyeon dengan penuh amarah.
“Kok kamu bilang gitu? Hei, Jikyung itu penting ya. Kenapa kamu bilang gitu dengan gampangnya?” ucap Seungmin yang baru masuk ke rumah Jeno.
Jeno dan Siyeon sedari tadi ada di rumah Jeno, sedangkan Seungmin dan Hyunjin baru datang.
“Ya emang kan! Liburan kita batal gara – gara perempuan itu. Nyusahin aja kerjaannya dari dulu. Nggak sekalian aja dia hilang dari dulu.”
Hyunjin pun maju dan menatap Siyeon dengan nyalang.
“Jaga bicara kamu ya! Kamu bahkan nggak lebih baik dari Jikyung, kan?" ucap Hyunjin.
“Terserah ya terserah.” Ucap Siyeon lalu mengambil tasnya. “Jen, aku pulang.” Lanjut gadis itu lalu pulang dari rumah Jeno.
“Jen, urusin tuh pacarmu. Kalo ngomong nggak difilter dulu.” Ucap Hyunjin.
@@@
“Gowon – ah, kamu ngerti caranya nomer tiga, nggak?”
Gowon yang sedang serius mengerjakan soal kimia pun menoleh begitu Jiwon bertanya.
“Ohh ini.. kamu cari nilai molnya dulu pake rumus ini. Terus kamu masukin ke rumus yang ini.” Jelas Gowon sambil menuliskan beberapa rumus di buku milik Jiwon.
“Oh gitu. Makasih ya Gowon. Aku sama Jiwon jadi paham.” Ucap Nakyung.
Gowon pun hanya tersenyum.
“Hm.. ternyata Gowon juga bisa njelasin materi dengan baik. Seneng deh ada yang bisa ngajarin.” Ucap Jiwon.
“Iya. Nggak ada Jikyung, Gowon pun bisa. Gowon pinter deh. Makasih ya.” Ucap Nakyung.
Gowon pun mengangguk. “Iya, sama – sama. Kalo ada yang nggak ngerti lagi, kalian bisa tanya aku, kok.”
Jiwon dan Nakyung pun pergi dari tempat duduk Gowon. Gowon ingin melanjutkan tugasnya, tapi tiba – tiba sebuah pikiran terlintas di otaknya.
“Oh.. jadi gini ya rasanya dikenal pinter sama temen – temen...” batin Gowon.
@@@
Jeno saat ini berusaha untuk membujuk Siyeon agar gadis itu bisa paham dengan masalah yang terjadi.
“Siyeon – ah, kenapa kamu jadi marah sama Jikyung?” tanya Jeno. Laki – laki itu berusaha bicara selembut mungkin agar tidak membangkitkan amarah Siyeon.
Siyeon pun mendengus. “Kenapa aku marah sama Jikyung? Bukannya alesannya udah jelas, ya? Dan kenapa sih kok rasanya kamu peduli banget sama dia? Aku pacarmu Jeno, sedangkan dia cuma temen kamu aja! Rasa pedulimu itu berlebihan banget.”
Jeno mulai menyerah pada Siyeon.
“Iya, aku pacar kamu. Tapi, Jikyung kan temenku dari kecil. Jelas aku peduli sama dia.” Jawab Jeno.
“Ah udah deh. Ini yang bikin aku tambah kesel sama kamu. Kenapa sih Jikyung nggak hilang dari dulu aja dan nggak usah pernah kenal sama kamu. Ck...”
“Apa sih yang kamu bicarain? Kok kayaknya kamu nggak suka sama Jikyung.”
Siyeon lalu tersenyum remeh lalu memutar bola matanya.
“Aku emang nggak suka sama Jikyung dari dulu.” Ucap Siyeon yang membuat Jeno terkejut. Gadis itu lalu pergi meninggalkan Jeno yang masih terkejut dengan omongannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing (00 Line) ✔
FanfictionSemua ini berawal dari ketukan pintu rumah Jikyung di tengah malam...