4 - hideaway

1.8K 327 31
                                    

Sunhee mengigit jari-jarinya untuk meredam rasa takut, namun begitu Yunseong melihatnya ia langsung menarik tangan gadis itu seraya menggelengkan kepalanya.

"Jangan menyakiti dirimu." Ujar pemuda Hwang itu tanpa mengeluarkan suara.

Bisa-bisanya ia khawatir pada orang lain sementara nyawa mereka sekarang bisa saja dalam bahaya. Suara langkah kaki yang terseret itu semakin menggema dan mereka hanya bisa berdoa masing-masing untuk keselamatan mereka. Mingyu menegak salivanya kasar kala langkah kaki itu tidak terdengar lagi. Tapi, ia lantas berjengit kaget kala mendengar suara ricuh. Seperti barang-barang yang dilempar satu persatu.

Mereka belum yakin kini yang ada bersama mereka adalah manusia, atau makhluk aneh yang terdapat di kota mereka.

"Sialan, di mana tempatnya." Suara asing itu menusuk masuk ke gendang telinga mereka.

Untuk sesaat mereka bisa bernapas lega karena itu manusia. Tapi, tidak menutup kemungkinan kalau sekarang aman. Karena terkadang, manusia bisa lebih menyeramkan dari hal lainnya.

"Minㅡ" tangan Yohan yang semula berusaha untuk menarik Mingyu, kini hanya menggantung di udara kala adiknya telah berdiri dan keluar dari persembunyian mereka.

"Wooseok hyung!"

Yohan terkejut, ia ikut keluar dari persembunyiannya lalu diikuti oleh Yunseong dan Sunhee yang dengan jelas tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Pemuda yang dipanggil Mingyu tadi sontak terkejut mendapati kehadiran mereka di sana. Ia terduduk karena terlihat tidak mampu untuk menopang tubuhnya sendiri. Ah, rupanya ia terluka. Cukup buruk karena darahnya sampai menembus celana bahan yang ia gunakanㅡluka itu berada di bawah dengkulnya dan darahnya sampai menetes juga.

"Oh, aku punya ini." Ujar Mingyu dan memberikan tabung itu pada pemuda yang kini di ketahui bernama Wooseok.

"Terima kasih." Balasnya, lalu dengan cepat menyuntikkan cairan tersebut pada pahanya.

"Hyung, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa terluka begini?"

Wooseok meringis kala cairan itu memasuki tubuhnya, ia selalu tidak terbiasa dengan hal itu. Tapi, memang benar cairan sialan itu membantunya untuk sembuhㅡsangat.

"Makhluk itu menusuk kakiku dengan tangan tajam mereka yang aneh itu."

"Aku sudah pernah di setrum hyung." Balas Yohan seraya menggulung celana Wooseok, lukanya bisa sembuh dengan cepat.

Begitu mendengar penuturan Yohan, Wooseok begitu terkejut. Tapi setidaknya ia baik-baik saja untuk sekarang. Dengan hal sekecil itu Wooseok begitu bersyukur. Entahlah, ia tidak tau harus di katakan beruntung atau malah petaka karena adanya ekstrak bunga itu bersama mereka.

Bunga yang di maksud adalah, bunga larkspur atau delphinium. Si cantik yang beracun. Dalam dosis kecil, bunga ini dapat menjadi obatㅡnamun dalam dosis tinggi bisa menjadi racun yang begitu mematikan. Dan kota mereka sudah memiliki budidaya bunga itu, hingga menjadi legenda yang di kenal masyarakat luas. Tapi, siapa sangka karena legenda itu mengundang orang-orang yang tidak bertanggung jawab demi ego mereka.

"Ayo, kita keluar dari sini." Ujar Wooseok begitu ia sudah pulih, lantas ia berdiri membuat orang-orang di sana menatapnya heran.

"Kemana?"

Wooseok tersenyum tipis lalu bangkit dari duduknya, "Tentu saja ke tempat yang lebih aman."

***


"Ikuti aku." Ujar Wooseok seraya menoleh ke belakang dengan seyum tipis.

Mereka sudah melakukan perkenalan singkat selama di jalan tadi, beruntung mereka tidak bertemu dengan makhluk-makhluk absurd itu. Kalau iya, mungkin mereka bisa kewalahan karena tidak memiliki peralatan yang layak untuk melawan makhluk aneh itu.

Yohan dan Mingyu di depan, sementara Yunseong dan Sunhee hanya mengekor di belakang. Mereka terus melangkah masuk menuju rumah megah itu. Pagar tinggi di luar, dan pekarangan rumah yang cukup jauh tadi sudah lumayan menguras tenaga mereka. Dan sekarang, mereka harus kembali masuk menuju rumah yang terbilang sangat besar ini.

Baiklah, mereka seharusnya merasa beruntung karena setidaknya di sini keamanan mereka terjamin. Terlebih pagar tinggi yang menutupi bagaimana rupa bangunan mewah itu terlihat begitu aman, jadi mungkin mereka tidak perlu mengkhawatirkan tiba-tiba ada makhluk aneh itu muncul.

Tidak ada yang bersuara, mereka lebih memilih untuk diam kala Wooseok menyentuh salah satu lukisan besar di sana, kemudian menariknyaㅡlalu muncul sebuah ruangan kecil. Terlihat mencekam, rasanya seperti sedang shooting film, tapi sayangnya ini kisah nyata dan mereka harus merangkak untuk masuk ke sana. Mereka tidak seharusnya mengeluh karena harus merangkak, karena mereka tau ini adalah tempat yang aman untuk saat ini. Di ujung lorong, mereka keluar dan akhirnya bisa kembali berdiri dan berjalan dengan benar.

Menampakkan ruangan yang begitu lebar dan ada beberapa pintu yang di yakini adalah sebuah kamar. Sunhee tidak bisa menahan rasa penasarannya akan ruangan-ruangan tersebut, ia mencoba membuka salah satunya namun berakhir dengan ia yang mati kutu karena seseorang terlebih dahulu membuka pintu itu dari dalam.

"Hyung!" pemuda itu tampak tidak perduli dengannya, lalu kemudian menghampiri Wooseok yang melemparkan senyum pada pemuda tersebut.

"Kau membawa banyak orang ya."

Pemuda itu mendelik pada mereka, tapi mau bagaimanaㅡsetidaknya mereka harus berusaha untuk bertahan hidup.

"Ah, kenalkan ini Lee Midam. Ia memiliki peran penting di sini, aku harap kalian bisa akrab."

Tanpa memerdulikan senyuman orang-orang baru itu, Midam pergi dengan acuh membuat Wooseok menghembuskan napasnya. Lee Midam memang selalu dingin dan tidak perduli seperti itu.

"Ku rasa, kau yang memiliki peran penting di sini hyung." Ujar Yohan lalu menarik Mingyu untuk mencari kamar. Karena sungguh, ia ingin merebahkan tubuhnya di kasur dan bersantai hanya untuk sebentar.

"Rumah semegah ini, kenapa tidak tinggal di luar saja?" tanya Yunseong pada Wooseok yang nyaris beranjak dari sana, sehingga membuat pemuda itu kembali pada posisinya.

"Bisa di bilang, kalau rumah ini sudah pernah di jarah. Jadi, aku rasa di sini lebih amanㅡsangat. Karena tidak ada yang bisa masuk kecuali kita."

Sunhee mengangguk setuju, karena ia bisa melihat ada beberapa bercak darah di pintu dan lantai. Tapi, entah mengapa gadis itu merasa kalau ia harus segera terbiasa. Karena mungkin ia harus melihat lebih banyak dari sekarangㅡatau mungkin melakukan sesuatu yang lebih.

"Ayo cari kamar," ujar Yunseong pada Sunhee.

Sontak saja kepalanya menjadi sasaran empuk dari pukulan Sunhee. Yunseong mengaduh dengan wajah yang tidak terima atas perlakuan tersebut.

"Apa yang kau pikirkan Chae Sunhee? Tentu saja kita ada di kamar yang berbeda!" protesnya seraya menahan tangan gadis itu yang tampak ingin kembali memukulnya.

Segera saja ia mematung dengan wajah yang berangsur-angsur memerahㅡentah karena malu atau apa, tapi setelahnya ia langsung menarik tangannya dengan kasar. Memasuki salah satu kamar dengan asal, lalu Yunseong yang memilih kamar di sebelahnya.

Setidaknya mereka tidak harus khawatir akan tidur di tempat yang tidak nyaman. Meskipun terbilang seperti asrama, tapi ini cukup nyaman. Ada dua kasur tingkat dalam satu kamarnya, dan gadis itu harus sendiri di sini?

Jujur saja, ia berharap akan ada seseorang yang menjadi roommatenya. Memang terbilang aneh untuk situasi seperti ini, tapi ia sadar kalau ialah satu-satunya perempuan di sini.

Ia harus segera terbiasa.




To be continued.






Aku sedang dalam posisi galau. Sihoon ke-depak dari move. Tapi jadi center di super special girl.

AKU GALAW:")

Restraint Wall✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang