Yunseong sejak tadi terus melirik dari balik rak tempatnya bersembunyi. Mereka bertiga hampir saja terlihat oleh makhluk yang entah dari mana asalnya tadi. Yang jelas mereka sekarang harus diam dan tidak banyak bergerak. Sunhee duduk diam, pandangannya datar dan menatap lurus ke depan. Gadis itu tampak berpikir akan keadaan sekarang.
"Kenapa aku harus ada di keadaan ini, sial." Desisnya pelan.
Pandangan gadis itu beralih pada Yunseong yang tampak was-was di sana, ia mengulum senyuman. Hampir lupa kalau ia di sini berjuang bersama Yunseong. Kemudian maniknya beralih pada Sihoon, pemuda Kim itu tampak sedang mengambil permen karet.
"Hei, apa yang kau lakukan?" bisiknya pada Sihoon.
"Yaera suka permen karet."
Sunhee hanya membalas dengan tatapan datar, entah apa yang ada di pikiran Kim Sihoon itu—harusnya ia lebih memikirkan keselamatan mereka. Karena sejak tadi mereka sedang dibayang-bayangi dengan makhluk-makhluk itu yang bisa saja menyergap mereka kapanpun.
SRAK.
Tidak ada yang bersuara, mungkin lebih tepatnya mereka sedang menahan napas. Yang jelas suara itu bukan berasal dari mereka, terdengar seperti sesuatu yang besar terseret. Sunhee tidak berani berbuat apa-apa, ia hanya memejamkan matanya dan merapalkan doa di dalam hatinya demi keselamatan mereka.
Baik Sihoon maupun Yunseong berusaha mencari dari mana asal suara itu, namun sayang sekali mereka tidak berhasil menemukannya. Atensi Sihoon terfokus pada pintu di ujung lorong. Seperti gudang, dan tampak aman di sana. Setidaknya mereka membutuhkan rencana untuk pergi dari sini dengan selamat. Jika mereka berbincang di balik rak-rak ini tampaknya akan berbahaya, meski bukan opsi yang begitu sempurna setidaknya gudang itu lebih tertutup.
"Sun—"
Sepertinya Sihoon tidak ditakdirkan untuk menyerukan rencananya itu. Pasalnya, rak-rak di sana tiba-tiba saja terjatuh seperti domino. Sontak ia panik dan langsung melihat sekitar, dan sialnya Yunseong sudah tertimpa rak di sana—karena pemuda itu sejak tadi bersandar di salah satu rak tersebut.
Sunhee tampak ingin menghampiri Yunseong, namun ditahan oleh Sihoon saat ia melihat satu makhluk mendekat. Sihoon membekap mulut Sunhee yang ingin protes, maniknya melirik sekilas ke arah makhluk di sana. Mengerti akan maksud Sihoon, gadis itu mengangguk dan tangannya ia singkirkan dari mulut Sunhee.
Yunseong yang melihat rekannya itu mematung jelas paham dengan keadaan. Ia hampir saja berteriak karena rasa sakit yang ia dera, kalau tidak mengigit bibirnya sendiri mungkin ia sudah menjadi mangsa empuk. Yunseong tidak bisa merasakan setengah badannya yang tertimpa rak itu, dengan posisinya yang terlungkup ia jelas tidak bisa melihat ada berapa banyak rak yang menimpanya. Tapi yang jelas, ia tau kalau ada lebih dari satu.
Kepalanya mendadak pusing saat dirasa beban yang menimpa tubuhnya bertambah, pemuda Hwang itu meringis. Dadanya terasa sesak luar biasa dengan semua beban itu, namun ia sama sekali tidak bisa mengeluarkan suara. Ia jelas tidak ingin mengambil risiko, mengingat dirinya tidak bisa melihat ke belakang sekarang.
Berbeda dengan rekannya—Sihoon dan Sunhee—mereka sudah bersembunyi di balik rak yang masih berdiri kokoh. Tak jarang Sihoon mengintip ke arah Yunseong. Sunhee menutup matanya saat melihat ada satu makhluk yang berdiri tepat di rak yang menimpa Yunseong itu.
"Tuhan, mungkin ini terkesan egois dari seorang manusia yang jarang meminta padaMu. Tapi, kumohon biarkan Yunseong hidup."
Gadis itu merapalkan doa dengan tulus, memang ia sejatinya manusia yang jarang berdoa. Namun, kali ini ia dengan tulus berdoa demi keselamatan Yunseong. Sunhee sungguh tidak bisa membayangkan jika ia kehilangan Yunseong di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restraint Wall✔
FanfictionApa jadinya kalau tiba-tiba populasi di kota menghilang. Meninggalkan mereka yang harus bertahan hidup menghadapi makhluk-makhluk aneh yang tiba-tiba muncul? "Mereka atau ilmuwan gila itu yang menginginkan kita?" "Keduanya." PRODUCE X 101 Cast lain...