Suasana menjadi canggung, tidak ada yang berani berucap apapun. Hanya suara kunyahan permen karet dari Yaera yang terdengar. Membuat Sihoon mendelik pada gadis itu, tapi seperti yang diharapkan ia hanya menatap pemuda Kim itu dengan datar.
"Jadi, orang tua kalian penyebab masalah ini?" suara dingin dan berat Hangyul menyapa pendengaran mereka.
Entah mengapa seketika membuat Yunseong bergidik, suara Hangyul membuat keadaan semakin keruh. Membuat suasana kian berada pada atmosfer yang tidak menyenangkan, hawa dingin seakan melingkupi membuat yang lain tidak berani bersuara.
"Sama saja dengan orang tuaku, Lee Hangyul." Ujar Wooseok.
Hanya ia yang berani untuk menjawab pemuda kekar itu. Hangyul tatap Wooseok, seakan berusaha untuk memberitahu rasa kecewa itu. "Tapi, mereka menyiapkan fasilitas ini. Sementara orang tua mereka? Mereka menyiksa Dohyun..."
Wooseok tau jelas siapa itu Dohyun, midam juga begitu. Nam Dohyun, satu-satunya kelemahan Hangyul. Satu-satunya keluarganya, bisa dikatakan adik sepupunya yang sudah ia anggap adik kandungnya. Ia menyaksikan bagaimana adik sepupunya itu disiksa, tanpa rasa manusiawi sama sekali.
"Itu kejadian lama Hangyul, jangan diungkit lagi." Midam menengahi mereka, sementara yang lain tentunya hanya bungkam.
Mereka tidak tau harus bereaksi seperti apa, bahkan siapa orang yang dibahas juga mereka tidak tau sama sekali. Lebih baik diam, daripada membuat keadaan semakin memburuk.
"Memang, tapi mengetahui kenyataan mereka adalah orang tua dari penghuni tempat ini seketika membuatku muak. Atau jangan-jangan mereka sengaja datang kemari, agar bisa menyerahkan kita pada orang tua mereka?"
Yohan muak, ia juga lelah terus menjadi bahan ceomooh pemuda Lee itu. Ia tanpa basa-basi mendekat, menarik kerah baju Hangyul. Tapi, pemuda yang lebih pendek darinya itu tak getar sama sekali. Justru malah melayangkan seringai yang begitu menyebalkan. Kemarahan Yohan sudah ada di ubun-ubun, hanya tinggal meledak.
"Jaga ucapanmu, keberadaanku dan Mingyu di sini karena kami membangkang pada orang tua. Menolak tawaran mereka untuk selamat dari keadaan kota ini." Suara Yohan memecah keheningan, setelahnya ia menghempaskan kerah Hangyul membuat kedua pemuda itu seketika berjauhan.
"Jadi, sepertinya kalian tau apa yang sebenarnya terjadi di sini?" tanya Sihoon yang sudah cukup frustrasi dengan atmosfer mencekik di sini.
Yohan menatap Mingyu, meyakinkan anak itu jika semuanya akan baik-baik saja. Senyuman dari sang adik Yohan terima, dan Kim yang lebih muda itu menatap satu persatu manusia di sana yang jelas tampak meminta penjelasan padanya.
"Itu virus,"
"Tidak tau bagaimana mereka bisa menyebarkan virus itu. Yang pasti, hanya akan mengenai manusia pada rentan usia dari 30 tahun."
Sunhee membekap mulutnya tidak percaya. Gadis itu berusaha untuk menerima fakta baru yang cukup mengerikan.
"Lalu, tidak mungkin hanya kita yang tersisa di sini bukan?" Tanya Yunseong, pemuda pemilik ekspresi datar 24/7 itu akhirnya mengeluarkan suara.
"Mungkin saja, di sini yang tertua Wooseok hyung. Mungkin populasi lainnya yang berusia di bawah 30 tahun sudah dihabisi makhluk aneh di luar sana." Mingyu ikut berujar, memberkan fakta yang ia tangkap sejauh ini.
Hangyul memijat pelipisnya, benar-benar hal yang memusingkan. Mereka tidak mungkin akan terus berdiam diri saja di sini. Hal konyol jika mereka menunggu bantuan dari pemerintah negara, yang tentu saja tidak akan mengetahui bagaimana kacaunya kota mereka.
"Apa yang terjadi dengan orang-orang yang terkena virus itu? Mereka menghilang secara mendadak, tanpa adanya jasad."
Baik Yohan dan Mingyu sama-sama tidak bisa memberikan jawaban atas pertanyaan yang Yaera lontarkan. Midam satu-satunya yang menjadi penyimak setia, sementara Wooseok yang sudah mengetahui garis besarnya hanya diam.
"Kau mengetahui semua ini sejak awal hyung?"
Hangyul tatap Wooseok dengan air muka kecewanya. Melihat bagaimana Wooseok diam, menatap lurus ke arah sembarang membuat pemuda kekar itu tau apa maksudnya. Tentu saja iya, tapi pemuda itu tidak memberitahunya. Sial, kenapa ia merasa dikhianati?
Ia melangkah keluar, Hangyul menjadi orang pertama yang meninggalkan ruangan itu. Lalu diikuti oleh Sihoon yang memanggil namanya. Midam menghela napasnya, kembali meluruskan fokusnya pada layar monitor banyak itu. Terus berusaha mencari di mana peluang mereka untuk bisa bebas dari kota rusak ini.
"Hyung, bagaimana kalau kita berkunjung ke sana?" ide gila terlintas di otak Mingyu.
Yohan terkejut, membuat yang lainnya menoleh pada Mingyu. Tak terkecuali para gadis yang bingung harus melakukan apa saja sejak tadi. "Kau gila Mingyu?" protes Wooseok yang sangat tidak setuju dengan ide Mingyu.
Siapa yang akan menjamin keselamatan mereka, mungkin hanya untuk berhasil melewati pagar tinggi yang menutupi bangunan tinggi itu kecil kemungkinannya.
"Tapi, sepertinya hanya ini satu-satunya kesempatan kita." Yohan tampak setuju dengan ide itu.
Wooseok terperangah, tidak mengerti akan jalan pikir kedua sepupunya ini. Bagaimana mereka bisa melewati semua hal di sana, atau hanya melewati gerbang tinggi sebagai awalan saja sulit. Bagaimana bisa mereka bisa melewati tembok tinggi gila itu.
"Kalau begitu biar aku yang pergi." Ujar Yunseong menawarkan diri, sontak membuat Sunhee menatap pemuda Hwang itu tidak percaya.
"Hwang Yunseong, apa yang kau katakan?!" seru si gadis tidak percaya.
Midam tidak perduli dengan percakapan beberapa manusia di belakangnya, ia masih fokus melihat CCTV di sana. Ah, andaikan ia bisa mengakses beberapa bagian gedung itu lebih banyak. Pasti mereka bisa dengan mudah bebas dari sini.
"Tunggu! Biarkan aku ikut, siapa yang mau pergi?" lagi-lagi sebuah kejutan, seorang Lee Midam yang selalu tidak ingin pergi keluar sana akhirnya berminat.
Wooseok menjadi sangat bingung, bagaimana keadaan ini bisa terjadi. Ide gila Mingyu, lalu disetujui oleh Yohan. Kemudian Hwang Yunseong si anak baru ini mau pergi, terlebih lagi saat Midam tiba-tiba ingin pergi 'berkunjung' di sana. Yang mungkin saja bisa dikatakan masuk ke habitat singa.
"Sebentarㅡkenapa tiba-tiba hal ini bisa terjadi? Terlalu cepat, hingga tiba-tiba kalian saling menawarkan diri untuk masuk ke sarang singa?"
Yohan terkekeh, "Sudah kubilang hyung, ini satu-satunya cara yang kita miliki."
"Bagaimana cara kalian bisa masuk ke sana?" tanya Yaera yang sejak tadi hanya diam.
Yunseong menoleh pada gadis itu, ah benar juga. Ia tidak berpikir sejauh itu, hanya menawarkan dirinya untuk ikut tanpa memikirkan apapun. Dasar ceroboh.
"Tenang, aku punya kartu aksesnya." Ujar Mingyu.
"Kalau begitu, aku juga ikut." Hangyul tiba-tiba kembali datang dengan tangannya yang ditarik oleh Sihoon.
Mengutarakan apa yang ada dipikirannya setelah mendengar percakapan itu.
"Lebih baik tidak perlu terlalu banyak orang."
"Maka dari itu, aku dan Midam hyung yang akan pergi." Ujar Yohan final.
Mingyu tampak ingin protes namun segera dicegat oleh ucapan Midam.
"Karena aku lebih berguna jika ikut."
To be continued.
Apa kabar gaes? Aku kacau banget abis final. Tapi ada secercah harapan dari by9.
Ya allah Jinhyuk, Yunseong, Keumdongku..
:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Restraint Wall✔
FanfictionApa jadinya kalau tiba-tiba populasi di kota menghilang. Meninggalkan mereka yang harus bertahan hidup menghadapi makhluk-makhluk aneh yang tiba-tiba muncul? "Mereka atau ilmuwan gila itu yang menginginkan kita?" "Keduanya." PRODUCE X 101 Cast lain...