6 - Hideout

1.5K 290 10
                                    

Sihoon berlari keluar dari rumah itu. Setelah menetapkan keberanian ia akhirnya memutuskan untuk melangkah keluar. Badannya berputar meneliti sekitar, dengan netranya yang seakan sedang membelah keadaan sekitar yang terbilang sangat tidak baik-baik saja. Tentunya ia masih waspada, hari sudah terang dan tentunya mungkin saja membuat makhluk-makhluk itu bisa melihat mereka dengan mudah.

Pemuda Kim itu dapat melihat bagaimana Yaera yang mengintip dari jendela. Sebuah gelengan kepala gadis itu terima dari sahabatnya. Sihoon tau dengan pasti Yaera ingin ikut bergabung dengannya. Tapi, tentu saja ia tidak ingin membuat gadis itu dalam bahaya sama seperti sebelumnya.

Yaera meringis di tempat, melihat adanya cahaya yang berkilat dari arah belakang Sihoon membuatnya begitu panik. Ia tidak ingin Sihoon dalam bahaya. Ia benci kalau sahabatnya itu menantang maut seperti ini. Tapi, ia jelas tau kalau beginilah satu-satunya cara untuk bertahan hidup dalam keadaan ini.

Sihoon dapat mendengar suara berat Hangyul yang sedang mengumpat dengan tidak karuan. Pasti pria itu butuh bantuan. Kekehan lolos darinya, lalu melangkah menuju sumber umpatan Hangyul yang tidak mereda. Hangyul terlihat kelabakan, tangan kirinya terlihat menggantung bebasㅡsepertinya tidak bisa bergerak dengan bebas. Mungkin sebab makhluk aneh itu.

Keadaan pemuda itu begitu kacau. Bisakah Sihoon tertawa karena melihat beberapa anak rambutnya yang berdiri? Tersengat listrik tentunya.

"Hei Lee Hangyul! Butuh bantuanku?" dengan sok menjadi pahlawan kesiangan, ia mendekati Hangyul yang menatapnya keheranan.

Seperti adegan heroik dalam film, rambut Sihoon berterbangan dengan sedikit heboh. Jangan lupakan kemeja yang ia jadikan luaran kaos hitamnya turut berkibar dalam langkahnya. Hanya kurang backsound saja.

"Berhenti bersikap seakan kau ada di film, sialan. Bantu aku cepat!"

Terlihat jelas Hangyul kewalahan mengurus makhluk itu. Pertahanan tubuhnya berbeda dari makhluk yang lainnya. Sudah jelas Hangyul menembakkinya, tapi makhluk itu belum tumbang. Pertahanan tubuhnya tampak kuat, mungkin karena aliran listrik dari tubuhnya?

Sihoon sontak menembak dengan revolver kepunyaannya saat jarak mereka sudah minim. Ah, ia berhasil mengalihkan perhatian makhluk itu. Beralih padanya, dan detik itu pula Sihoon berlari meninggalkan Hangyulㅡsebelum sempat melempar suntikan ekstrak bunganya.

Tidak mau menyia-nyiakan waktu tentunya, Hangyul langsung menyuntikkan cairan itu ke dalam tubuhnya. Lengan kirinya masih mati rasa, tapi sebentar lagi pasti kembali pulih. Hangyul membuka tasnya, memberi senapannya lebih banyak peluruㅡhanya menggunakan tangan kanannya. Tangan kirinya masih mati rasa, walaupun tidak separah tadi tapi masih cukup sulit untuk digerakkan.

Yaera tersentak, gadis itu bahkan refleks membuka pintu saat melihat Sihoon yang berlari ulah di kejar makhluk itu. Tapi, setelah menyadari perbuatan bodohnya Yaera kembali masuk ke dalam rumah. Mengintai dari jendela, walaupun ia tau itu tidak ada gunanya. Lalu kemudian ia menemukan Hangyul yang lari tergopoh-gopoh dengan tangan kirinya yang menggantung aneh.

Apa ia baik-baik saja?

"Ah sialan, lama sekali kau Hangyul!" protes Sihoon yang sudah terlihat sangat lelah.

Kali ini Hangyul yang bersikap seperti pahlawan kesiangan lainnya. Yaera rasa tidak ada gunanya ia mengkhawatirkan dua pemuda aneh di sana. Karena setelahnya mereka berdua dengan mudah bisa membuat makhluk di sana tumbang. Sebenarnya berkat Hangyul, pemuda Lee itu yang menembaknya. Tapi Sihoon saja yang sibuk mengalihkan perhatiannya, dengan tingkah centengnyaㅡpadahal sudah jelas ia cukup takut apakah peluru Hangyul tepat sasaran atau malah meleset mengenainya.

"Kenapa tidak sejak tadi kau menembak jantungnya? Dasar
bodoh." Umpat Sihoon.

"Hei, kenapa tidak kau lakukan sendiri dan malah menunggu aku sementara kau berlari seperti orang idiot seperti tadi?"

Restraint Wall✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang