Yohan berbalik, tidak ada sedikitpun rasa terkejut. Midam meski tidak mengerti apa-apa, ikut berbalik juga. Suara seorang wanita tadi membuatnya penasaran.
"Kau akhirnya memutuskan untuk ikut dengan kami? Dimana Mingyu?"
Baiklah, dapat Midam simpulkan kalau wanita ini adalah Ibu dari Yohan dan Mingyu. Dua kakak adik dengan visual luar biasa. Tidak heran, Ibunya juga memiliki visual di atas rata-rata kok.
"Jangan bermimpi, aku ke sini hanya untuk mengambil sesuatu. Ngomong-ngomong terima kasih atas aksesnya, Ibu."
Yohan berlalu, meningalkan Midam yang masih bingung pasal hubungan anak dan Ibu itu. Pemuda Lee tersebut tersenyum canggung, sebelum akhirnya menyusul langkah Yohan.
Sedingin apapun sikap Midam, ia masih menghormati orang tua. Lantas bungkukkan kepala di terima oleh Ibu Yohan dari pemuda itu.
"Kim Yohan masih keras kepala seperti biasanya." Wanita itu tersenyum menatap kepergian dua pemuda itu.
Ia kembali pada kegiatannya, tidak berniat melaporkan hal yang di lakukan teman Yohan tadi terhadap sistem mereka. Padahal ia jelas paham apa yang di lakukan pemuda itu.
***
Tangan Yaera sedikit ragu mengarahkan sasarannya pada papan yang di buat oleh Hangyul. Gadis itu meminta Hangyul untuk mengajarkannya pasal tembak-menembak, karena tidak selamanya ia akan meminta perlindungan. Gadis itu berpikir, setidaknya ia bisa melindungi dirinya sendiri. Yaera dengan perlahan menarik pelatuk pada senjata api itu, mereka berdua ada di halaman belakang rumah Wooseok yang terbilang begitu lebar ini. Beralih fungsi menjadi tempat latihan menembak, cukup aneh karena ada kolam renang di sana.
"Jangan ragu dalam tembakanmu, karena makhluk itu tidak akan menunggumu untuk siap
menembak."Hangyul yang berada di belakang gadis itu, memposisikan sebagaimana seharusnya kedua tangan itu lurus dan membidik pada sasaran yang tepat. Yaera berdehem canggung, posisi yang benar-benar canggung ngomong-ngomong.
"Nah, tembaklah dengan tepat."
Hangyul kembali menjauhkan tubuhnya, memantau bagaimana gadis itu melakukan hal yang ia pinta tadi. Yaera menarik napasnya dan mulai fokus pada titik yang jauh di depan sana.
"Kalian sedang apa?"
Buyar sudah, seketika semua fokus yang Yaera kumpulkan menghilang karena Sihoon yang tiba-tiba datang. Membuat gadis itu mengeluh, ia menatap Sihoon kesal.
"Aku sedang belajar menembak, astaga kau menghilangkan fokusku."
Pemuda Kim yang baru datang itu terdiam, ia mendekat pada Yaera. Lalu tanpa mengucapkan apapun mengambil senjata api itu dari si gadis lalu ia menembak papan tersebut. Memang, tidak tepat pada sasarannyaㅡtapi setidaknya lebih baik dari Yaera.
"Hangyul bisa tepat mengenai sasarannya."
Sihoon mendengus kesal, ia kembali memberikan revolver tadi pada Yaera membuat gadis itu terkekeh pelan karena Sihoon yang akhirnya menjauh dengan kesal. Memang menyenangkan membuat Sihoon kesal seperti tadi.
"Jadi, kau sengaja membuanya kesal seperti itu?" Hangyul terkekeh, pemuda kekar itu sebenarnya cukup bingung pasal hubungan Yaera dan Sihoon.
"Tidak penting lebih baik kiㅡ" ucapan Yaera terpotong kala ia melihat Midam yang muncul, pemuda Lee itu tampak tidak menyadari keberadaannya dengan Hangyul.
"Midam hyung! Sejak kapan kembali?"
Midam hanya menjawab seperlunyaㅡseperti biasa. Tidak terlalu perduli dengan pertanyaan lainnya yang Hangyul lontarkan. Sebelum akhirnya Mingyu datang dan meminta mereka semua untuk kembali ke dalam.
Sunhee dan Yunseong juga tampak menyusul masuk bersama, entah dari mana. Wooseok tampak melihat sesuatu dengan serius, dari tablet milik Midam dengan Yohan di sampingnyaㅡjuga Mingyu datang dan ikut bergabung bersama ketiga pemuda tersebut.
"Terima kasih Midam," Wooseok mengulas senyum tipisnya.
"Kita bisa keluar dari sini?" Hangyul yang pertama berujar dengan heboh.
Yohan hanya melirik sekilas pada Hangyul yang tampak ingin tau dengan isi tablet milik Midam. Mingyu yang di sebelahnya hanya bisa menggelengkan kepalanya maklum, memang Lee Hangyul seperti anak kecil dengan sejuta keingintahuannya.
"Midam hyung bisa membuat nametag dengan data-data dari sini?" ujar Yunseong saat Midam menunjukkan tabletnya pada mereka semua.
Midam mengangguk, beberapa penjelasan lainnya ia beritahu. Yohan juga menunjukkan beberapa barang yang ia ambil tadi. Sunhee tampak membantu Midam mengorganisir beberapa data yang Midam ambil di beberapa layar itu.
Sihoon dan Yaera tampak membantu Hangyul memasukkan beberapa peluru dan kembali merapihkannya. Mingyu, Wooseok dan Yohan sedang menyusun strategi sesuai dengan visualisasi yang Yohan jelaskan tadi. Dengan bantuan data dari Midam mereka menyusun kemana saja harus pergi.
"Nah, apa lagi yang kita butuhkan?"
"Keberanian." Ujar Yunseong dengan raut datarnya.
Memang benar, mereka semua tidak tau apa yang akan terjadi di luar sana. Kemungkinan selamat tidak bisa di pastikan, bisa saja salah satu dari mereka tiba-tiba menjadi sok pahlawan dengan mengorbankan diri. Atau mereka semua bisa saja menjadi buronan dan berakhir dengan lari-larian seperti di dalam film.
"Baiklah, setelah ini kita akan membagi senjata lalu beberapa keperluan lainnya. Jangan lupa yang pasti kita membutuhkan ekstrak bunga." Jelas Mingyu seraya membaca beberapa keperluan dari catatan kecilnya.
Sunhee mendekati Yaera yang juga masih sibuk dengan banyaknya jenis senjata-senjata di sana. Kedua gadis itu sesekali terkekeh bersama, tidak mau memikirkan kemungkinan buruk ke depan saat mereka harus bertahan hidup.
"Hei! Cepat ke sini." suara tinggi Midam membuat semuanya lantas bergegas mendekat ke arah pemuda Lee itu.
Midam itu bukan tipe orang yang rusuh ingat? Jadi, kalau ia sudah meninggikan inotasinya maka ada hal serius yang terjadi. Semuanya lantas berkumpul mengelilingi Midam yang tampak sibuk mengetikkan sesuatu.
"Kalian lihat di sini," Midam mengarahkan layar pada satu fokus salah satu kamera CCTV yang baru ia retas.
Satu ruangan penuh dengan makhluk hasil percobaan. Yang sialnya, menutupi jalan keluar mereka. Yohan tampak mengusak surainya kesal. Ia kira mereka bisa dengan mudah keluar dari balik dinding tinggi itu. Tapi sayang sekali, tidak semua realita bisa sesuai ekspetasi.
"Bagaimana kita bisa lewat dengan selamat?" gumam Minkyu, maniknya tentu berusaha mencari celah di layar sana. Namun nihil.
"Kita ledakkan saja." ujar Hangyul asal yang langsung mendapati pukulan pada kepalanya dari Sihoon yang terlihat kesal.
"Lalu mati bersama mereka? Tidak terima kasih." sugut Yaera kesal.
Gadis itu juga tampak memikirkan bagaimana mereka bisa melewati tempat itu. Atau ada jalan keluar lainnya? Kemungkinan untuk 99/1. Jika keajaiban itu ada, maka ada 1% jalan keluar lainnya ada. Tapi jika melihat ke realita maka akan menjadi yang 99% melihat bagaimana bangunan kokoh itu berdiri dengan penuh misteri di dalamnya.
"Apa ada bagian dari tempat ini yang tidak terkena CCTV?" pertanyaan Yunseong tentunya membuat jari-jari Midam bekerja. Mencari-cari jawaban dari pertanyaan tersebut yang membuat semua orang di sana juga ikut penasaran.
Atas dasar apa Hwang Yunseong yang biasanya acuh kini ikut membahas sesuatu bersama mereka. Biasanya pemuda Hwang itu akan diam saja dan menerima apapun keputusan mereka. Sunhee menyikut perut pemuda itu, menanyakan apa maksud darinyaㅡyang sialnya hanya di balas wajah datar tersebut.
"Jika di lihat dari denah bangunan ini, seharusnya ada ruangan lainnya di bagian utaranya. Tapi, jumlah CCTV-nya tidak sesuai dengan berapa jumlah ruangan di sana." Jelas Yohan menunjuk denah yang ia pegang.
"Kalau begitu, itulah jalan keluar
kita."To be continued.
KAMU SEDANG MEMBACA
Restraint Wall✔
FanfictionApa jadinya kalau tiba-tiba populasi di kota menghilang. Meninggalkan mereka yang harus bertahan hidup menghadapi makhluk-makhluk aneh yang tiba-tiba muncul? "Mereka atau ilmuwan gila itu yang menginginkan kita?" "Keduanya." PRODUCE X 101 Cast lain...