10

0 0 0
                                    

Plak

Satu tamparan melayang di wajah Joey. Dia berfikir William memang tidak pernah menyayanginya. Joey langsung pergi menggunakan mobil milik William, dia sangat muak melihat papahnya itu.

"JOEY! papah belum selsai bicara!"

"Pah, biarkan saja, anak kita itu sudah besar. Dia bisa memilih pendamping hidupnya sendiri" ujar Diana menenangkan.

"Apa kamu bilang? Anak kita? dengar Diana, aku tidak pernah membesarkan anak kurang ajar seperti Joey!" jawabnya dan pergi meninggalkan istrinya tersebut.

Lagi-lagi Diana dibuat menangis oleh tindakan suaminya. Kenapa suaminya jadi berubah? kemana William yang dulu? yang sangat menyayangi keluarga? yang selalu menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah? yang selalu mengadakan acara untuk berlibur? Terkadang Diana merindukan moment-moment seperti itu.

Hingga dia tak sadar bahwa anak bungsu nya pun sedih melihat dirinya sedang menangis menatap foto keluarga yang terpampang di dinding.

"Mah, mamah nangis lagi?"

"Enggak sayang, mamah cuman kelilipan aja"

Sherly pun menggangguk, dia mempercayai ucapan Diana segampang itu, well anak kecil bisa apa?

"Mah Sherly laper"

"Yaudah mamah buatin makanan"

Diana langsung membuatkan makanan untuk anak bungsunya tersebut, dia tidak ingin hanyut dalam kesedihan, kasihan Sherly, dia pasti sedih jika melihat Diana sedih.

~~~~~~~

"Turun de"

"Hah?"

Seketika gadis itu tersentak, memang dari tadi Brietta tidak fokus. Selama kak Leo menyuruhnya untuk diam, gadis itu hanya melamun. Kak Leo hampir menduga, pasti adiknya itu sedang memikirkan mantan kekasihnya.

"Udah nyampe, lo mau sampe kapan diem di mobil?"

"Oh"

Brietta dan kak Leo turun dari mobil, mereka berada di pameran, ramai sekali orang berlalu lalang disini. Hampir membuat gadis itu tersesat, untung saja kak Leo langsung menggemgam erat tangan mungil adiknya itu. Disana terdapat jembatan panjang, yang dapat melihat luas sungai di penuhi gemerlap bintang. Sangat indah.

Brietta mulai memasangkan seulas senyuman, dia sangat senang berada disini. Banyak permainan yang membuat Brietta penasaran dan ingin memainkan berberapa diantaranya.

Jangan salah, gadis itu sangat jago memainkan permainan-permainan tersebut. Bahkan, dia mendapatkan boneka bear yang besar atas usahanya. Gadis itu sangat senang.

"Kak, thanks ya lo udah ajak gue kesini"

"Lo seneng?"

"Seneng banget!"

"Lo janji ya sama gue?"

"Hah? janji apaan?"

"Bakal bahagia terus, gaakan sedih lagi"

Gadis itu mengangguk dan memeluk erat tubuh kakaknya. Benar kan? walaupun kak Leo menyebalkan, dia tetap tidak suka melihat adiknya sedih, dia pun tidak segan-segan menghajar Gerald sampai memar di bagian bibirnya.

"Kak, bentar gue ke toilet dulu, lo disini aja, jangan kemana-mana"

"Iya bawel, udah sono cepetan, awas kelamaan, gue tinggal nih"

"Iya, iya"

Brietta pergi meninggalkan Leo. Disana Leo melihat sosok pria yang hampir-

"ARGHHHHHH- gue benci papah, gue benci!"

"Heh, lo sadar! bunuh diri itu dosa" ujar kak Leo menghampiri laki-laki tersebut dan merangkul bahunya.

Laki-laki itu hampir terkejut mendengar suara berat yang mengampirinya.

"Lepasin, siapa juga sih yang mau bunuh diri?"

Laki-laki  itu masih membelakangin Leo.

"Ck, gue kira lo mau bunuh diri, sayang nyawa lo tong"

Dan tersadar, bahwa-

"Eh, lo bukannya cowo yang sama ade gue di halte?"

"Oh, lo kakak singa ya?"

"Anjir, gue punya nama udin"

"Oh, nama lo Udin?"

"Ck, masa iya cogan kaya gue namanya udin"

"Jadi nama lo siapa?"

"Kenalin nama gue Leo" sambil memberi jabatan tangan kepada pria dihadapannya.

"Oh, Leo, gue Joey" jawabnya dan membalas jabatan tangan pria yang dikenal dengan sebutan Leo tersebut.

"Bang, gue buru-buru, gue cabut ya, bye"

"Iye-iye"

Joey pergi meninggalkan Leo, dia tidak sadar sudah berada jauh dari tempat terakhir dengan adiknya. Auto marah Brietta :)

Tapi siapa sangka, adiknya berjarak tidak jauh dengan kakaknya. Syukur deh, gaperlu repot-repot kak Leo nyari adiknya.

"Kak, tadi siapa?" ujarnya dan menghampiri Leo

"Oh itu, Joey" jawabnya

"Joey?"

"Iya, orang yang nolongin kamu waktu di hal-"

Kringg

"Hallo mah?"

"Joey? kamu ajak adek kamu kemana si? jam segini kok belum pulang?"

"Iya mah, ini Joey mau pulang"

"Kapan? jangan malem-malem, papah kamu dari tadi khawatir"

"Tumben mah"

"Papah khawatir mobilnya kamu lecetin"

"Eh kirain khawatir sama Leo"

"LEO, JADI KAPAN KAMU PULANGNYA?" ujar Wilshon dengan suara tinggi.

"Iya pah otw ini, udah di jalan"

Tut

Leo memutuskan sambungan, dia tidak ingin mendengar ocehan mamah dan papahnya di telfon, menurutnya tidak penting.

"Dek ayo pulang, mamah sama papah udah nungguin"

Gadis itu menggangguk, dan memasuki mobil.

-tbc

BriettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang