16

1 0 0
                                    

Malam pun tiba, kedua remaja tersebut sedang berada di dapur, Joey memang berniat mengajarkan Brietta memasak. Jujur saya Joey tidak begitu pandai memasak, jadi dia hanya mengajarkan Brietta memasak yang ringan seperti omelette, nasi goreng dan masakan-masakan yang menurutnya gampang.

Sejauh ini skill memasak Brietta tidak terlalu buruk, walaupun masih dalam tahap belajar. Hanya dalam waktu beberapa menit masakan ala-ala Joey dan Brietta sudah siap disantap. Mereka langsung bergegas ke ruang makan dan menyantap makanan yang mereka buat.

"Hmmmm, lumayan juga, ternyata lo bisa masak" ucap Brietta sambil menyicipi na insi goreng buatan Joey.

"Yaelah, nasi goreng kaya gini mah biasa aja"

"Iya deh iya yang bisa masak" sindir Brietta.

"Hehe, ntar gue ajarin lo masak lagi deh, lain kali lo liat cara masak di yutup, jangan liat oppa korea ae"

"Suka-suka gue lah, udah rutinitas gue liat oppa-oppa korea di yutup, lagian gue ga perlu susah-susah buat masak, ngeliatin mereka di yutup aja gue udah kenyang"

"Serah lo deh, lagian gantengan gue kali daripada oppa-oppa korea"

"Pedean lo"

Para remaja itu tertawa hambar, sesekali mereka menanyakan kebiasaan masing-masing dan bercerita tentang sekolahnya dulu. Karna Brietta tidak pernah melihat Joey di sekolahnya dulu begitupun dengan Joey, dia tidak pernah melihat Brietta di sekolah tersebut. Tidak di sangka hubungan kedua menjadi sangat dekat, Pria yang menabrak Brietta ternyata satu rumah dengannya, sangat-sangat tidak disangka.

"Oh jadi lo anak kelas IPS 2?"

"Iya"

Well, berbicara tentang kelas IPS 2, gadis itu teringat dengan mantannya. Ya, dulu Gerald juga berada di kelas IPS 2.

"Btw, lo kenal sama Gerald ga?"

"Oh si Gerald, ya kenal lah, dia temen sebangku gue"

"What? serius lo?"

"Iya, kenapa emang? lo suka sama dia?"

"Cih, dia mantan gue!"

"Iya, gue mutusin dia di hari anniversary gue, yang pas-pasan sama kelulusan gue, tadinya gue mau ngerayain kelulusan bareng sama dia tapi, gue udah duluan shok waktu denger Gerald bilang dia dijodohin sama papahnya, ternyata, cewek yang di jodohin sama Gerald ga kalah cantik" ujarnya panjang lebar.

Well membahas soal perjodohan, Joey jadi teringat papahnya, apa William sudah tidak memkasanya untuk menerima perjodohan tersebut? Hmmmm.

"Jadi, lo nangis di halte karna lo mutusin hubungan lo sama Geralnd?"

"Lo tau dari mana gue di halte? jangan-jangan cowok yang di halte itu elo?"

"Iya gue, terus lo pingsan. Tapi untungnya 'Kakak Singa' nelfon, jadi gue angkat aja telfonnya terus dia jemput lo ke halte"

"Thanks ya, untung disaat gue pingsan ada elo" Joey hanya menggangguk tersenyum, lalu membereskan piring yang sudah tidak ada makanan supaya langsung di cuci oleh Britta, kali ini dia tidak menolak, jadi dengan senang hati Joey memberikan piring kotor kepada Brietta.

Setelah mencuci piring, para remaja itu sibuk dengan dunia masing-masing. Mereka mengurung diri di kamar, dan tiba-tiba terdengar suara bell. Joey dan Brietta keluar dari kamarnya untuk membuka pintu. Siapa yang malam-malam datang untuk bertamu?

Ternyata itu adalah omahnya Brietta, gadis segera menyuruh omahnya untuk duduk sedangkan Joey membuat teh untuk omah Brietta.

"Wah, kalian akur juga ya ternyata" ucap omah

"Omah apaan sih, lagian siapa juga yang berantem" Joey hanya mendengarkan Brietta dan omah dari dapur karna sedang sibuk membuat teh.

"Oh iya ngomong-ngomong, lusa kalian udah  bisa masuk kuliah"

"Yang bener omah?" tanya Joey menghampiri omah dan Brietta sambil membawa teh.

"Iya bener, pokoknya kalian belajar yang rajin ya, ngomong-ngomong kalian pasti belum makan ya? omah pesenin makanan untuk kalian"

"Gausah omah, Joey udah makan ko"

"Iya omah, tadi Brietta sama Joey udah masak" timpal Brietta.

"Wah? yang benar? akhirnya cucu omah rajin juga" sudah bisa di tebak, pasti omahnya meresponnya seperti ini, memangnya sejak kapan Brietta menjadi gadis pemalas? hmmmm.

"Yaudah kalo begitu omah pulang dulu ya, terimakasih tehnya. Joey tolong jaga Brietta ya"  ucapnya sambil meneguk teh hangat buatan Joey.

"Iya omah" sebenarnya Brietta sempat kesal kepada omahnya, kenapa omahnya selalu menitipkannya kepada Joey? padahal gadis itu sudah besar, dia bisa menjaga dirinya sendiri.

Selepas omah pulang, para remaja tersebut memasukk kamarnya masing-masing dan bersiap untuk tidur.

Drrrt drrrtt

Ponsel Joey bergetar, padahal dia hampir terlelap, siapa orang yang menelponnya malam-malam begini? mengganggu saja.

Joey mengangkat telfonnya malas, dia menggeser ke tombol hijau tanpa melihat siapa yang menelfonnya.

"Hallo Joey? kamu dimana?"

-tbc

BriettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang