Chapter 8

7.9K 1K 132
                                    


Jennie terbangun pagi harinya dengan ponsel yang masih berada di tangan. Ibunya belum masuk untuk mengantarkan sarapan. Ia beralih menatap jam dinding. Sudah pukul 8 pagi. Tidurnya benar-benar nyenyak.

Lalu ia menyadari kalau ponselnya sudah mati. Pasti karena menyala semalaman. Jennie memutuskan untuk mengisi ulang baterainya sementara ia masuk ke kamar mandi. Ia harus segera membersihkan tubuhnya sebelum ibunya masuk.

Jennie bertanya-tanya, apakah Lisa sempat menghubunginya tadi malam? Karena ia tidak menyadari kapan ia tertidur. Jika Lisa memang menghubunginya, Jennie merasa kurang beruntung. Ia telah mempersiapkan dirinya untuk melakukan video call dengan Lisa. Ia merindukan Lisa.

Oleh sebab itu Jennie sedikit terburu-buru membersihkan tubuhnya. Ia ingin segera memeriksa ponselnya dan mencari tahu apakah Lisa menghubunginya tadi malam.

Beberapa menit kemudian, Jennie keluar dari kamar mandi. Ia bertanya-tanya mengapa ibunya belum juga mengantarkan sarapan. Apa ayahnya belum berangkat? Jennie mengenyampingkan pikiran itu terlebih dahulu dan menghampiri ponselnya yang sedang dicharge di samping tempat tidur.

Namun di saat ponselnya baru saja dinyalakan, terdengar suara pintu terbuka. Jennie menoleh dan melihat ibunya berdiri di sana. Seperti biasa, membawa baki makanan. Tetapi ekspresi di wajah ibunya tampak tidak seperti biasa. Jennie tersenyum pada ibunya.

"Eomma—"

"Apa yang sedang kau lakukan, Jennie?"

Suara ibunya terdengar sedikit sedih dan gemetar. Wanita itu berjalan menghampiri Jennie dan meletakkan baki makanan di atas nakas.

"Menyalakan ponselku, Eomma. Ada apa? Kenapa Eomma tampak takut?" Jennie menyuarakan keheranannya.

"Andwe, kau tidak boleh melihat ponselmu. Lebih baik kau makan, ayo."

Terang saja Jennie semakin heran. Hal itu tak masuk akal baginya. Ibunya tidak pernah melarang untuk melihat-lihat ponselnya.

"Eomma, aku tertidur tadi malam. Aku hanya ingin memeriksa apakah Lisa menghubungiku atau tidak. Setelah itu aku akan makan," ujar Jennie menenangkan ibunya.

Namun ekspresi ibunya semakin memburuk. Matanya bahkan berkaca-kaca. Jennie menaruh ponselnya dan mengusap kedua lengan ibunya. Ada yang aneh.

"Eomma, ada apa sebenarnya? Kenapa Eomma menangis?"

Ibunya tidak menjawab. Wanita itu menundukkan kepalanya, menyembunyikan airmata yang mungkin akan terlihat oleh putri kesayangannya. Sementara Jennie semakin resah. Ia harus tahu apa penyebab ibunya bersikap melankolis di pagi hari ini.

"Eomma, apa ada sesuatu yang terjadi? Jebal, katakan padaku," Jennie memohon.

Ibunya menyeka sedikit airmata di bawah kelopak matanya dan menatap Jennie penuh kelembutan. Tangannya mengusap pipi Jennie yang terasa hangat. Jennie mulai cemas. Ia tidak ingin berpikiran buruk, tapi sepertinya hal itu bisa terjadi. Karena pada kenyataannya, sang ibu tampak sangat prihatin.

"Eomma, apa ini ada hubungannya dengan Lisa?" mata Jennie mulai berkaca-kaca. Perasaannya tidak nyaman saat ini. Apa mungkin memang terjadi sesuatu pada Lisa?

Tanpa menghiraukan larangan sang ibu, Jennie menyambar ponselnya dan melihat ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan dari Lisa. Berikutnya juga ada pesan dari teman-teman serta Jisoo.

"Jennie," panggil ibunya, namun wanita itu tidak mendengarkan.

Ia memutuskan untuk membaca pesan-pesan dari Lisa. Semuanya ada 5 pesan. Matanya menatap lekat ke layar ponsel dan tidak ingin melewatkan satu kata pun.

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang