"Kau yakin ia benar-benar melupakan istrinya?"
Chaeyoung menatap tajam sepupunya yang kini sedang menyantap makan malam di hadapannya. Malam itu Nana berkunjung ke rumah Chaeyoung setelah sekian lama tidak terlihat. Ia baru saja kembali dari Jepang untuk menenangkan pikirannya. Ia tahu tentang kecelakaan yang dialami Lisa, namun baru saja mengatahui fakta tetang amnesia yang dialami wanita itu.
Akan tetapi Nana tidak terlalu murung menanggapinya. Ia masih merasa Lisa juga telah menghancurkan hidupnya karena Lisa-lah dirinya dipecat dari pekerjaannya. Di samping itu Mr Choi juga menutup aksesnya untuk mencari pekerjaan di perusahaan lain serta mengambil kembali apartemen yang selama ini ditempatinya.
Nana tidak bisa menghilangkan rasa dendamnya begitu saja. Dan sedapat mungkin ia tidak ingin Chaeyoung mengetahuinya, mengingat sepupunya itu sudah berkata bahwa hubungan mereka telah baik-baik saja.
"Nde, dia melupakan istrinya dan aku. Setelah mendengar penjelasan Kang Seulgi atas apa yang terjadi pada Lisa, aku rasa ia memiliki trauma pada kami berdua. Aku merasa sangat bersalah."
"Untuk itu kau bersedia meminta maaf pada mereka? Kenapa kau melakukannya?"
Chaeyoung menatap lurus kepada Nana. Sorot matanya sangat serius, membuat sepupunya tersebut salah tingkah.
"Eonnie, bukankah seharusnya aku meminta maaf? Akulah penyebab penderitaan mereka," ujar Chaeyoung tajam.
Nana terdiam. Ia menyimpan pendapatnya untuk diri sendiri dulu. Sepertinya saat ini Chaeyoung tidak dapat diajak bekerja sama. Ia menghela napas panjang kemudian menyudahi makan malamnya.
"Baiklah, maafkan aku. Apa aku boleh tinggal di apartemenmu untuk sementara? Setidaknya sampai aku mendapatkan pekerjaan baru."
Chaeyoung mengangguk singkat. Bagaimanapun Nana adalah sepupunya. Hanya Nana keluarganya yang tersisa di Korea saat ini. Jadi Chaeyoung akan selalu membantu jika wanita itu membutuhkannya.
"Terima kasih, Chaeyoung-ah. Aku berjanji akan cepat mendapatkan pekerjaan dan mencari tempat tinggal baru."
"Kau tak perlu sungkan, Eonnie. Tinggalah di sini selama yang Eonnie inginkan."
Mendengar kebaikan hati Chaeyoung, Nana pun tersenyum.
"Kau sangat baik, Chaeyoung-ah. Gomawo."
**
"Jennie, bisa antarkan sarapan ini untuk Lisa?"
Jennie tidak mempunyai alasan untuk menolak. Lagipula ia juga harus menyiapkan obat-obatan yang harus diminum Lisa pagi ini. Jennie mencuci tangannya terlebih dahulu dan mengambil nampan berisi sarapan Lisa.
"Jika dia masih tidur, bangunkan saja."
"N-nde?"
"Dia harus bangun karena sekarang hampir pukul 9, Jennie. Dia harus minum obat, bukan?"
Jennie mengangguk patuh dan keluar dari dapur.
Setelah peristiwa ciuman itu, Lisa tak banyak bicara dengannya. Jennie rasa Lisa membutuhkan waktu untuk menenangkan diri sebab ingatannya belum stabil. Dr Cho berjanji akan datang dua kali dalam seminggu untuk mengontrol Lisa. Dan hari ini adalah salah satunya.
Jennie membuka pintu kamar Lisa dengan perlahan. Lisa memang masih tidur nyenyak.
Sarapan untuk Lisa diletakkannya di atas meja. Kemudian Jennie kebingungan sendiri. Bagaimana caranya membangunkan Lisa yang tertidur sangat nyenyak begitu? Selama ini Lisa tidak perlu dibangunkan atau Ny Manoban yang melakukannya. Kini mantan ibu mertuanya itu sedang sibuk di dapur dan meminta bantuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
Fanfiction"You know it's never fifty-fifty in a marriage. It's always seventy-thirty, or sixty-forty. Someone falls in love first. Someone puts someone else up on a pedestal. Someone works very hard to keep things rolling smoothly; someone else sails along fo...