Setelah para tamu pulang, Chaeyoung masih merasa terganggu dengan kehadiran Nana yang tiba-tiba. Ia terpaksa membiarkan Seulgi membawa Lisa dan Jennie pulang lebih cepat. Bukan karena ia membenci kakak sepupunya sendiri, akan tetapi ia takut Nana membuat keadaan Lisa memburuk. Syukurlah Lisa tidak mengingatnya, tapi kemarahan Seulgi tidak dapat dihindari.
Namun Nana seperti tidak merasa bersalah sedikitpun. Ia singgah untuk mengambil beberapa bajunya yang masih tertinggal di apartemen Chaeyoung. Ia sendiri tidak menyangka Chaeyoung sedang melangsungkan pesta yang cukup meriah. Ia bertanya-tanya, kenapa Chaeyoung tidak mengundangnya.
"Chaeyoung-ah, maaf jika aku datang tidak di waktu yang tepat."
Chaeyoung tersenyum kecil seraya melirik tas berisi pakaian Nana. "It's okay, Eonnie. Maaf jika aku lupa mengundangmu. Aku mengira kau benar-benar sibuk."
Nana duduk di samping Chaeyoung dan membuka satu kaleng cola. Ia meneguk isinya lalu mendesah.
"Tapi aku bisa berusaha menghadirinya untukmu. Ya sudah, lupakan saja. Lagipula aku tidak menyukai pesta sebenarnya," ujar Nana.
Chaeyoung mengangguk. "Aku mengerti, Eonnie."
"Hm, jadi Lisa benar-benar hilang ingatan. Dia tidak mengenaliku, kan? Dan akhirnya aku bisa melihat mantan istrinya. Cukup cantik," ujar Nana lagi, kali ini dengan nada santai.
Chaeyoung tersenyum kaku. Jika Nana sudah membicarakan Lisa, Chaeyoung ingin sekali menghindar.
"Tapi kau lebih cantik, Chaeyoung-ah!" tukas Nana lalu tertawa kecil. Chaeyoung menoleh padanya, tidak ikut tertawa. Nana berdehem dan meredakan tawanya.
"Baiklah, maafkan aku. Kau pasti berada di pihak mereka saat ini," katanya murung.
"Bukan, Eonnie. Aku menyesal dan menghargai mereka. Mereka adalah orang-orang baik, tidak sepertiku. Aku ingin berubah menjadi orang yang lebih baik. Aku malu terhadap diriku sebab mereka masih ingin berhubungan baik denganku setelah semua yang kulakukan," ungkap Chaeyoung, menilai reaksi Nana dengan tatapannya. "Dan aku harap Eonnie pun menghormati mereka."
Nana meneguk minumannya sampai habis lalu berdiri. Ia menyambar tas berisi pakaiannya dan membalas tatapan Chaeyoung.
"Baiklah, jika itu maumu. Selamat malam."
Chaeyoung menghela napas berat. Ia membiarkan Nana pergi. Beruntung Nana tidak tinggal di apartemennya karena sudah mendapatkan tempat tinggal yang baru. Chaeyoung bisa bernapas tenang sekarang, karena Nana tidak lagi menjadi ancaman untuk mereka.
**
Lisa tidak bisa diam. Sejak satu jam yang lalu ia terus saja berjalan kesana kemari. Kadang ia ke taman belakang, ke ruang tamu, lalu mengintip ibunya yang sedang memasak di dapur. Tentu saja hal itu membuat Ny Manoban keheranan. Ada apa dengan putri tunggalnya?
Dan saat Lisa kembali melintas di depan counter dapur, Ny Manoban memutuskan untuk memanggilnya.
"Lalisa."
Lisa berhenti menggigit kuku tangannya dan menoleh ke arah ibunya. "Yes?"
"Apa kau tidak lelah? Duduklah di kursi itu dan bersantai. Atau kau menginginkan sesuatu?"
Lisa menyeringai konyol. Sebenarnya ia malu untuk mengatakannya pada sang ibu. Tapi hal ini sudah mengganggu pikirannya sejak semalam.
"Mom, aku berubah pikiran," ucapnya lalu duduk di depan counter dapur.
"Hmm?"
"Bagaimana cara meminta Jennie untuk tinggal di sini lagi?"
Ny Manoban tidak dapat menyembunyikan senyumannya. "Kau ingin Jennie tinggal bersama kita lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unbreakable
Fanfiction"You know it's never fifty-fifty in a marriage. It's always seventy-thirty, or sixty-forty. Someone falls in love first. Someone puts someone else up on a pedestal. Someone works very hard to keep things rolling smoothly; someone else sails along fo...