Chapter 13

9.7K 1K 143
                                    

Lisa terbangun dari tidurnya dengan perasaan bahagia. Ia bermimpi indah semalam. Dan pada kenyataannya, makan malam juga berlangsung seperti yang ia harapkan. Hatinya tidak pernah sebahagia ini setelah mengalami kecelakaan naas tersebut. Kini, Jennie telah kembali ke dalam dekapannya. Benar-benar ke dalam dekapannya.

Ujung hidungnya bergesekkan dengan tengkuk Jennie. Lisa menggigit bibir bawahnya. Sejak tadi malam Jennie tidak lepas olehnya. Bahkan dalam keadaan tidur pun, ia tidak melepaskan Jennie dari sisinya. Lisa mengendus leher wanita di depannya pelan, menghirup aroma lembutnya. Jennie sempurna.

Lisa melirik jam dinding dan waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi. Masih banyak waktu bagi mereka di atas tempat tidur. Mereka tidak melakukan apapun semalam, kecuali berciuman dan berangkulan. Lisa tidak ingin bertindak terlalu jauh sebab ia menghormati Jennie. Ia ingin mengingat segalanya dengan sempurna terlebih dahulu sebelum mereka melangkah lebih jauh.

Tiba-tiba Jennie bergerak, menandakan ia juga terbangun. Lisa tersenyum. Ia sudah tidak sabar melihat wajah bangun tidur mantan istrinya tersebut. Perlahan Jennie meluruskan posisinya, tanpa menoleh pada Lisa yang menghadap ke arahnya. Ia terlalu malu.

"Good morning," ucap Lisa.

Jennie menoleh padanya lambat-lambat. Lisa menopang kepalanya dengan sebelah tangan, ingin menatap kekasihnya lebih jelas. Dalam beberapa detik, mata mereka pun bertemu.

"Good morning," balas Jennie gugup.

Tidak peduli mereka sudah sangat mesra tadi malam, namun melihat tatapan Lisa tetap membuat jantung Jennie berdegup liar.

"Apa tidurmu nyenyak?" tanya Lisa.

Jennie mengangguk. Kemudian kepalanya menoleh ke arah jam dinding. "Wah, aku kira sudah pukul sembilan pagi."

Lisa diam saja. Ia tahu Jennie sedang mengalihkan perhatiannya. Namun ia tidak berniat melakukannya sama sekali. Ia masih ingin keintiman yang mesra seperti ini dengan Jennie.

"Kau boleh tidur kembali," kata Lisa.

"Mana bisa aku kembali tidur," tukas Jennie. "Apa yang kau inginkan untuk sarapan? Aku akan mempersiapkannya dari sekarang, tapi sebelumnya aku harus mandi—"

"Jangan kemana-mana," potong Lisa. "Tetap di sini sampai kita harus menggabungkan sarapan dengan makan siang," ia berkelakar.

"Mwo? Tidak boleh, Lalisa. Sarapan itu penting!" ucap Jennie tegas.

Lisa terkekeh kemudian mencium pelipis Jennie. "Baiklah, tapi tunggu sebentar lagi. Aku masih ingin menghabiskan waktu denganmu."

Jennie tersenyum merasakan bibir Lisa yang masih menciumi pelipisnya. Ia memejamkan mata, sedikit tidak percaya dengan keadaan. Lisa-nya telah kembali padanya, meski tidak seperti Lisa yang ia inginkan.

Lisa menciumi pipi sampai ke dagu Jennie, kemudian menatap matanya. Setengah tubuh Lisa sudah berada di atas tubuh Jennie. Jennie menelan ludah. Dulu mereka sering sekali bercinta di pagi hari, apakah sekarang Lisa sedang mengingatnya?

"Lisa..."

"Hmm...?"

Lisa hanya bergumam sementara matanya terpaku pada mulut Jennie.

"Kapan kita bisa mengatakan rencana pernikahan ini kepada Appa Eomma dan Mommy Daddy?" tanya Jennie hati-hati.

Pertanyaan Jennie berhasil membuat mata Lisa beralih menatap matanya.

"Terserah padamu. Kapan kau ingin bicara dengan mereka?"

Jennie menggeleng. "Kita tunggu waktu yang tepat?"

UnbreakableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang