Kenapa dirinya harus kembali hadir di hadapaku? Siapa yang harus kusalahkan? Mereka yang membuat aku iri, atau aku yang tidak bisa menerima kenyataan hidupku? Aku ingin mati saja jika terus seperti ini ...
-Bulan Latifa Syakira
💔
Aku tidak mau mengobrak-abrik rumah milik Danish sehingga aku tidak tahu semuanya sudut rumah ini. Pertama yang tidak kuketahui ialah kamar yang terselip di dalam pintu di samping lemari pendingin. Dan yang kedua, aku tidak tahu bahwa pintu yang berada di sudut dapur adalah sebuah garasi yang tersimpan sebuah mobil sport berpintu empat. Hah! Aku tidak peduli itu. Lagian, aku tidak bisa mengendarainya. Jadinya, itu tidak penting untukku.
Sudah dua hari ini aku menghabiskan waktu bersama pasangan pengantin baru yang ribet dengan kehamilan pengantin wanitanya. Pagi-pagi sekali aku mendengar suara Alice mual-mual di kamarnya. Lalu, usai mual itu hilang, aku akan melihat pemandangan Alice yang terbaring lemah bagaikan tak ada nyawa di sana. Pucat pasi. Namun setelah beberapa jam dan perutnya terisi, ia kembali hidup. Wajahnya kembali merona dan kembali sehat. Seperti hal yang menyedihkan tadi tidak pernah menghampiri dirinya. Kehamilan memang sangat aneh.
Melihat pasangan pengantin baru di hadapanku ini, membuat hatiku tercubit kecil. Aku hanya bisa ikut bahagia dalam kebahagiaan orang lain. Aku tidak tahu kapan kebahagiaan itu akan menghampiriku. Aku tidak tahu kapan happy ending mendatangiku. Hidupku diambang keabu-abuan. Tidak jelas kapan kebahagiaan menghampiri diriku.
Kala mata ini memandang kemesraan Alice dan Danish, aku kembali terlempar pada masa lalu. Hatiku kembali tersayat-sayat dengan amat indah. Rasa sakit itu kembali menyesakkan dada ini. Tak terasa, air mataku kembali mengalir di pipiku setelah sekian lama aku tak menangis lagi. Mataku berpandang lurus tak tentu arah. Kekosongan menghampiri diriku.
Tuhan. Bolehkan aku jahat?
Jika boleh, aku ingin berdoa agar Bunga pergi jauh dari Bumi dan bawa kembali Bumi untukku. Aku rapuh, Tuhan. Aku mengharapkan Engkau membawanya kembali padaku. Aku berharap Engkau berbaik hati padaku membawa aku kembali pada pelukan Bumi. Aku merindukan kamu, Bumi. Ingin aku berteriak mengatakan bahwa aku rindu kamu, Sayangku ...
Sebuah kabar tak enak menghampiri aku siang ini. Danish dan Alice harus kembali ke Paris karena Bumi akan berkunjung dalam waktu dekat. Mendengar nama itu, hatiku kembali menjerit dan menangis. Hanya saja, aku tak ingin menangis di depan mereka dan membuat mereka khawatir. Jadinya aku di sini, di depan pintu rumah milik Danish melambaikan tanganku melepaskan mereka pergi. Senyuman kupaksakan terbit di bibirku. Aku masuk kembali ke rumah itu dengan kesepian dan kesunyian. Aku menangis di balik pintu yang baru saja kututup. Aku menangis karena merindukan Bumi.
Aku sedikit bersyukur mereka kembali menjauh. Itu artinya, aku tidak akan melihat lagi kemesraan yang membuat aku iri. Tapi, aku kembali meraung karena aku sendiri. Aku sepi. Aku sunyi. Dan aku. Aku sangat merindukan Bumiku. Sangat merindukannya.
Tuhan. Berikan waktu aku untuk kembali padanya ...
Semesta. Bekerja samalah denganku agar aku bisa memeluknya dan mendekapnya. Aku sangat ingin dia kembali untukku.
Kenapa semua pada jahat dan kejam terhadapku? Kenapa semuanya membiarkan aku tersakiti. Bahkan kini, seluruh isi rumah ini termasuk dinding itu sedang menertawakan nasibku. Di saat seperti ini, aku sungguh sangat terpukul. Aku ingin mati saja jika aku tidak bisa berada di sisi Bumi dan di hatinya.
Aku ingin kamu, Bumiku ...
💔
Hari-hari yang kulalui tidak lagi seindah seminggu yang lalu. Musim gugur masih terus berlanjut dan dingin menusuk kulitku yang hanya menggunakan gaun tidurku. Aku duduk termenung di kursi santai depan kolam renang. Aku tidak menggunakan jubah tidurku. Aku tidak menggunakan alas kaki. Kubiarkan dingin itu menerpa kulitku yang putih pucat itu. Aku ingin tubuhku mati rasa sampai aku tidak tahu bagaimana lagi caranya untuk menangis atau pun tersenyum. Aku rasanya dingin bagaikan batu es. Pandanganku sayu dan aku yakin, kerinduan sangat jelas tercetak di mataku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Friend of Life and Death #Wattys2019
RomanceHidupku sangat menyedihkan. Aku tak tahu kapan happy ending menghampiriku. Awalnya sih, hidupku baik-baik saja bersama Bumi kekasihku. Ah! Lebih tepatnya cinta pertamaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi selama aku di Paris. Aku ke sana karena hendak...