21 = Ice cream cravings? ( アイスクリームの欲求?)

7.9K 771 128
                                    

Hinata hanya mampu terdiam saat Temari dan Ino menceritakan rahasianya perihal hamil diluar nikah. Jika dipikir-pikir lagi, tak ada kesedihan dari wajah mereka tentang aib yang mereka ceritakan. Mereka malah menceritakan bagaimana Sai dan Shikamaru nekat berbuat itu pada mereka.

Bisa diartikan, mereka bangga. Bahkan tidak segan mereka menceritakan tentang kegagahan Sai dan Shikamaru saat bercinta.

Hinata memilih tutup mulut, Hinata tidak mau menceritakan keganasan Sasuke saat bercinta dengannya. Ugh, itu memalukan.

Lebih baik jadi pendengar daripada pendongeng, 'kan?

"Jadi, begitulah ceritanya." Ino berucap setelah menunggu Temari menyelesaikan ceritanya.

"Aku tidak menyangka, Shikamaru-Kun bisa senekat itu," ujar Hinata mengecilkan kalimat terakhirnya, "bahkan untuk Sai-kun," cicit Hinata lagi.

"Bagaimana dengan, Sasuke-kun?" tanya Ino antusias. Diiringi anggukan Temari.

Hinata hanya diam membatu. Keringat dingin mulai berembun di telapak tangannya. Kegugupan dengan jantung yang berdebar menjadi satu.

"A-ano, e-etto." Hinata menggaruk pipinya yang tak gatal. Bola matanya bergerak gelisah.

"Konbanwa, Ino, Temari...." Sakura muncul dari samping Hinata. Sakura menatap Hinata canggung, "konbanwa, Hinata-san." Sakura tersenyum canggung.

"Oh, Sakura!" seru Ino kegirangan, "ayo duduk, Jidat." Ino mempersilakan Sakura duduk.

Temari dan Hinata balas tersenyum pada Sakura. Lagi, Sakura tersenyum canggung.

Sakura memperhatikan setiap gerak-gerik Hinata. Sakura sedikit takut jika Hinata tidak memaafkannya, tapi jika tidak dilakukan Sakura akan terus merasa bersalah pada Hinata. Sakura menyerah, apapun jawaban Hinata, Sakura akan berusaha menerima. Mengingat apa yang dilakukan Sakura sudah diluar batas.

"Hinata ...."

Hinata beralih menatap Sakura yang tengah menunduk, "Dõ shita ño, Sakura-san?" tanya Hinata menatap Sakura yang masih menunduk.

Sakura mengangkat kepalanya. "A-aku ... a-aku minta maaf padamu, Hinata." Sakura mendesah halus. Rasa ringan mulai mendesiri hatinya, terasa bebas.

"Kuharap, kau sudi memaafkanku, Hinata," tutur Sakura lagi dengan bersungguh-sungguh.

Hinata tersenyum manis  "Kita ini adalah teman, Sakura-san. Aku sudah memaafkanmu, dan seharusnya aku lah yang meminta maaf karena sudah merebut--"

"Tidak, Hinata. Kau tidak salah, akulah yang terlalu egois. Jadi, maafkan aku," sela Sakura. Sakura akui, ia hanya terobsesi pada ketampanan Sasuke sampai melupakan ketulusan Naruto padanya. Jadi, Sakura benar-benar meminta maaf dari hati ke hati.

"Wah, ada Bibi jahat disini. Mau apa kau, huh? Mau menyakiti Kaa-san kami?" Kenichi dan Kirei muncul dari belakang Hinata. Menatap angkuh pada Sakura.

Sakura hanya menunduk. Sakura juga memiliki hutang maaf pada dua Uchiha kecil ini.

Hinata menyentuh pundak Kirei dan Kenichi pelan. "Sayang, tidak boleh berbicara seperti itu. Bibi Sakura hanya ingin minta maaf pada Kaa-san dan juga Kirei dan Kenichi." Hinata mengusap surai putra-putrinya.

ᴡᴀᴛᴀsʜɪɴᴏʜɪᴍɪᴛsᴜ [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang