"Sapa kalau ketemu, pamit kalau mau pergi. Simple tapi penting"
Sore ini Doyoung bermain ke rumah Yuta. Tak sendiri, ada Ten, Kun, Taeyong, dan Johnny.
Apakah Doyoung juga harus menerapkannya ketika bertemu gadis itu di rumah Yuta?
Yuta mungkin akan curiga jika Doyoung menyapanya. Namun gadis itu mungkin juga merasa aneh jika Doyoung tak menyapanya.
Doyoung hanya berharap gadis itu tak ada di rumah ketika Doyoung datang.
Sayangnya Doyoung dan teman-temannya merencanakan akan menginap di rumah Yuta dan tak mungkin jika Doyoung tak bertemu dengan gadis itu.
Doyoung tak mau Yuta mengetahui bahwa gadis incaran Doyoung adalah adiknya sendiri. Doyoung tau, Yuta pasti menyayangi adiknya meski sering jaim. Yuta pasti tak akan terima jika adiknya menjadi bahan mainan Doyoung.
Lagipula Doyoung tak akan menembak Yara, hanya mendekatinya di depan Sejeong. Jadi tak akan masalah jika Yuta tak mengetahuinya.
Doyoung dan teman-temannya memang sering bermain di rumah Yuta dan menginap. Bahkan ibu Yuta pun sampai hapal dengan wajah mereka. Namun itu sebelum Doyoung mengenal dekat Yara dan memikirkan rencananya. Saking seringnya bermain di rumah Yuta, ia sampai hapal wajah Yara.
Ngomong-ngomong soal itu, Doyoung pertama kali melihat Yara ketika di rumah Yuta. Namun ia tak peduli dan tak pernah memperhatikannya.
Doyoung baru mengenal Yara ketika mereka tergabung dalam sebuah kelompok di salah satu mata kuliah. Saat itu ia baru sadar jika ia sekelas dengan adik dari sahabatnya.Di saat itulah Doyoung mengetahui sikap blak-blakan Yara dalam menyampaikan pendapatnya. Namun ia tak pernah dekat dengan Yara dan memang tak pernah berpikiran untuk dekat dengannya. Hingga rencana ini muncul.
"Udah, Doy! Giliran gue!" Ucap Ten ketika Doyoung kalah dalam permainannya.
Ya, mereka sedang bermain dengan PS milik Yuta di ruang tengah.
Doyoung pun mundur dan mengambil tempat yang nyaman untuk menjadi tim hore dan menunggu gilirannya kembali.
Waktu menunjukkan pukul 5 sore, namun Yara belum juga pulang. Rasanya aneh.
"Adek lu kemana, Bang?" Tanya Yuta pada Yuta yang sedang mengambil potongan pizza.
Seperti biasa, setiap berkumpul mereka membeli banyak camilan dan minuman untuk menemani mereka. Ten dan Johnny lah yang biasanya membayarnya. Prinsip 'teman adalah babu' dan 'teman adalah dompet berjalan' ada di dalam pertemanan mereka.
"Ngapa lu nanya-nanyain adek gua?" Tanya Yuta dengan wajah tak santai dan sedikit terkejut.
Doyoung pun ikut terkejut. Bukan karena ucapan Yuta, namun terkejut karena pertanyaannya sendiri. Ia sendiri tak tahu mengapa ia menanyakannya.
"Hm ya kan biasanya ada. Daritadi kaga keliatan, kan aneh."
"Owh," Yuta mengangguk, percaya, "lagi kerja kelompok katanya, palingan bentar lagi pulang," jawab Yuta sambil menyantap pizza di tangannya. Doyoung hanya mengangguk sebagai tanggapan.
Waktu menunjukan pukul 6, Doyoung sedang berkutat dengan ponselnya ketika yang ditunggu datang dan mengucap salam.
Doyoung menoleh ke arahnya. Gadis itu tampak kaget ketika menemukan teman-teman Yuta berkumpul di ruang tengah. Jelas saja ia terkejut. Keadaan rumahnya kini persis seperti kapal pecah berkat teman-teman Yuta.
KAMU SEDANG MEMBACA
'drukkie' doyoung, nct✔️
Fanfic[Doyoung x OC] Drukkie in Afrikans mean Hug. "Jadi lu mau deketin orang cuma buat bikin Sejeong cemburu, terus balikan?" -Yuta "Kalo keluar dari mulut lo, kok jadi kedengeran jahat, ya?" -Dy . . . Note: cerita ini BUKAN tentang Doyoung dan Sejeong y...