3.8 ; Perasaan

2.6K 326 2
                                    

"Halo, Ra? Aku anter ya?" Tawar Doyoung dibalik telepon.

"Nggak usah, aku bareng Kak Yuta," tolak Yara.

"Oh, yaudah pulangnya nanti jam berapa? Aku jemput."

"Nanti aku ada kerja kelompok, gatau selesainya kapan."

"Gapapa, ntar bilang aja kalo udah selesai. Langsung aku jemput."

"Hm."

Ada jeda beberapa saat sebelum Doyoung kembali berbicara, "aku tutup ya."

"Hm."

Sambungan pun terputus. Yara hanya menghela napas sambil menatap bayangan tubuhnya pada cermin.

Entah mengapa kehidupannya mendadak membosankan.

Dulu Yara senang sekali ketika Doyoung menelponnya, apalagi datang menjemputnya. Kini membalas pesannya saja Yara malas.

Apa baik mempertahankan hubungan seperti ini?

"Halah, toh nanti juga diputusin kalo udah balikan sama mantannya," gumam Yara, antara menyemangati diri atau malah menjatuhkan dirinya sendiri.

Yara meraih tasnya lalu bergerak keluar dari kamarnya. Menuruni tangga, ia melangkah ke arah pintu utama.

Tak lupa sebelum keluar, ia memakai sepatu.

"Mau berangkat, Yar?" Tanya Yuta yang berdiri tak jauh darinya sambil melahap roti di dengan tangan kanannya dan memegang jus di tangan kirinya.

"Iya," Yara tak menoleh, fokus mengikat tali sepatunya.

"Sama siapa? Doy?"

"Ntah," balas Yara, malas. Ia beranjak lalu membuka pintu rumahnya.

Yuta mengernyit, "hmm. Mau roti? Jus?"

Tak menghiraukan saudaranya, Yara langsung berjalan keluar. Tak lupa menutup pintu.

Sementara Yuta masih mengernyit bingung sambil melahap sisa rotinya.

—·—

Yara tak sepenuhnya berbohong ketika ia berkata akan kerja kelompok. Ia memang akan kerja kelompok. Namun ia dan teman-teman sekelompoknya hanya berkumpul untuk membagi tugas lalu pulang ke rumah dan mengerjakan tugas di rumah masing-masing.

Yara hanya malas melihat wajah Doyoung.

Wajah Doyoung yang anehnya tak pernah kehilangan ketampanannya.

Wajah Doyoung yang entah mengapa terlihat semakin tampan setiap harinya.

Argh! Bagaimana bisa manusia setampan itu ternyata berhati busuk.

Ok, setidaknya hidup Yara menjadi lebih bermanfaat:)

"Udah selesai?" Tanya Doyoung yang hanya dibalas anggukan oleh Yara.

"Ayok," ajak Doyoung sambil menggandeng tangan Yara.

Sudah 3 hari berlalu sejak Yara mengetahui perihal rencana Doyoung memanfaatkannya. Namun ia masih saja tak tahan. Ia masih bingung.

Ia kesal padanya. Marah. Kecewa. Namun tak bisa menghilangkan rasa sukanya.

Mereka masuk ke dalam mobil Doyoung. Yara segera memakai sabuk pengaman agar tidak di-stop polisi di tengah jalan:v

Doyoung pun menyalakan mesin dan segera melajukan mobilnya sementara Yara memperhatikan jalanan.

"Kita nggak mampir kemana gitu?" Tanya Yara ketika mendapati jalanan yang dilewati hanyalah jalanan untuk pergi ke rumahnya.

'drukkie' doyoung, nct✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang