Jam 8 malam, Yara masih belum juga tertidur. Tugasnya masih menumpuk dan ia berniat mengerjakannya terlebih dahulu agar bisa bersantai di hari minggu besok.
Tok tok tok
Yara menoleh ke arah pintu kamarnya. Ada yang mengetuk. Ia pun beranjak untuk membuka pintu.
"Apa?" Tanya Yara ketika mendapati Doyoung berdiri di depan pintu kamarnya.
"Besok hari minggu," ucap Doyoung.
"Iya, tau. Kalo senin kan ngampus, ga bakalan kalian nginep di sini," balas Yara.
"Iya, maksudnya, ayok besok kita jalan," ajak Doyoung.
"Ke?"
"Ya liat aja besok. Mau kan?"
"Hm," Yara berpikir sejenak, "iya deh."
"Oke, met tidur!" Doyoung mengarahkan tangannya untuk mengusap kepala Yara.
"Ih," Yara menjauhkan kepalanya sebelum tangan Doyoung sampai. Raut wajahnya menunjukkan ekspresi kesal. Namun setelah kepergian Doyoung, senyumnya merekah lebar.
—·—
Doyoung tak mengatakan jam spesifik mereka akan pergi. Jadi untuk berjaga-jaga, Yara berusaha untuk bangun sepagi mungkin untuk menghindari kemungkinan Doyoung sudah siap ketika ia baru saja bangun.Pukul 06.00 pagi, alarm Yara berbunyi. Dengan setengah malas, ia pun beranjak dari tidurnya. Mengusap wajahnya, ia berusaha membangunkan dirinya untuk segera bersiap-siap.
Beranjaklah ia ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Usai mandi, ia menyiapkan pakaian sebagus dan sesimpel mungkin. Ia ingin tampil sebaik mungkin, namun tak ingin terlihat terlalu bersemangat.
Sekiranya kek begini
Atau terserah sih mau bayanginnnya kek gimana. Ga penting juga:v
Walau sudah menyiapkan pakaian, Yara masih tetap memakai baju tidurnya ketika keluar dari kamarnya. Sekali lagi, ia tak ingin tampak terlalu bersemangat. Lagipula ia pun tak tahu jam berapa Doyoung akan mengajaknya jalan.
Dasar Duyung, kalo mau ngajak jalan tuh kasih tau dong jam berapa. Ngerepotin ae.
Begitu keluar dari kamarnya, Yara tertegun.
"Hm, kok sepi?"
Yara menengok ke sebelah kiri, menatap pintu kamar tamu dimana Doyoung biasa menginap. Lalu menengokkan kepalanya ke kanan, menatap pintu kamar Yuta dimana teman-teman Yuta menumpang tidur.
Tak ingin terlalu memikirkannya, Yara pun turun ke lantai satu. Karena tak tau harus melakukan apa sepagi ini, ia pun ke dapur dan mengambil segelas susu lalu meminumnya di ruang keluarga sambil menonton serial kartun favoritnya.
Sampai bosan ia menonton televisi. Namun Doyoung masih belum terlihat ujung rambutnya sekalipun. Teman-temannya yang lain pun tak terlihat. Jangankan lihat, suara saja tak terdengar. Rasanya Yara bagai berada di rumah sendirian. Namun ia yakin ia tak sendirian karena sempat mendengar suara dengkuran dari kamar Yuta tadi.
Setelah 2 jam menunggu kebosanan, Yara pun beranjak kembali ke lantai 2 untuk membangunkan kakaknya. Ia sudah sangat lapar dan ini memang sudah waktunya sarapan.
Sesampainya di depan pintu kamar Yuta, Yara langsung mengetuk pintu. Biasanya ia akan berteriak atau langsung masuk ke dalam jika ingin membangunkan Yuta. Namun kali ini tidak, tentu saja karena teman-teman Yuta berada di sana.
Tok tok tok tok tok
Belasan puluhan kali Yara mengetuk, sampai-sampai ia mengetuk dengan tempo lagu agar tidak bosan.
Hingga suara gagang pintu menghentikan ketukan Yara.
"Kak Yu–eh, Doyoung.." bukannya Yuta, malah Doyoung yang sudah ditunggunya sejak tadi yang membuka pintu.
Belum saja Doyoung membuka suara, Yara langsung berbicara lagi, "bangunin Kak Yuta! Suruh pesen makan."
"O..ke," belum saja Doyoung selesai menjawab, Yara sudah berjalan duluan ke kamarnya.
Doyoung menatap kepergian Yara sampai Yara masuk ke kamarnya, lalu menutup pintu dan melemparkan bantal ke arah Yuta yang masih mengorok.
"Woi! Disuruh pesen makan tuh ama Yara!"
Nih aku apdet nih:v
Oh ya, btw, kalian tim kuning ato merah?:v
KAMU SEDANG MEMBACA
'drukkie' doyoung, nct✔️
Fiksi Penggemar[Doyoung x OC] Drukkie in Afrikans mean Hug. "Jadi lu mau deketin orang cuma buat bikin Sejeong cemburu, terus balikan?" -Yuta "Kalo keluar dari mulut lo, kok jadi kedengeran jahat, ya?" -Dy . . . Note: cerita ini BUKAN tentang Doyoung dan Sejeong y...