4.3 ; Telepon

3.1K 452 34
                                    

Sebelum itu.. kalau kalian suka cerita ini, mohon beri apresiasi berupa vote/comment ya makasih.


































'Drrrrrtttt... Drrrrrtttt...'

"Anjing, ganggu mulu," keluh Doyoung ketika mendapati ponselnya kembali berdering. Tampaklah panggilan masuk dari temannya, Ten.

Tanpa pikir panjang, Doyoung melempar ponsel mahalnya ke kasur. Sedari tadi, terus saja ada yang mengganggunya.

Ada Kun yang terus-terusan menelpon dan mengirim pesan, menanyakan tugas dan sebagainya. Lalu Taeyong yang menelpon untuk membahas soal kegiatan himpunan. Juga teman-temannya yang tak berhenti mengiriminya pesan.

Ditambah lagi ibu kostnya yang mengetuk pintu kamarnya, meminta pembayaran kost tahun ini untuk segera dibayar. Jangan lupakan tetangga kamarnya yang beberapa kali datang untuk meminjam ini dan itu.

Dan kini giliran Ten yang menelpon entah untuk apa.

Kesabaran Doyoung sudah habis. Bahkan makalah yang sedang ia kerjakan belum tersentuh sedikit pun.

Mengabaikan dering ponselnya yang cukup mengganggu, Doyoung kembali fokus pada laptopnya. Setelah beberapa kali deringan, akhirnya ponselnya pun diam kembali. Akhirnya Doyoung bisa mendapatkan ketenangan.

Hampir 1 jam Doyoung tak terusik. Ia berhasil menyelesaikan bagian-bagian yang kurang pada makalahnya. Tinggal sedikit, dan—

'Drrrrrtttt... Drrrrrtttt...'

"Harusnya gua silent dulu tadi, anjir," umpat Doyoung ketika ponselnya kembali mengganggu konsentrasinya.

Namun Doyoung memilih untuk mengabaikannya. Mengabaikan dering ponselnya yang mengganggu.

Sempat berhenti, namun kembali berdering karena si penelpon masih terus berusaha menelponnya.

Sekitar lebih dari 5 kali panggilan tersebut diulang, namun Doyoung bersikeras mengabaikannya. Ia merasa tugasnya saat ini lebih penting untuk dikerjakan.

—·—


"Anying," umpat Yara ketika panggilan teleponnya terputus.

Ia sedang berada di depan gedung fakultasnya, berharap-harap ada yang mau mengantarnya pulang. Kelasnya lagi-lagi dibatalkan dan karena berangkat terburu-buru, kini Yara tak memiliki uang sepeserpun untuk pulang ke rumah.

Yara tak memiliki banyak teman dekat, dan ia tak begitu mengenal teman-teman satu kelasnya. Jalan satu-satunya hanyalah menelpon. Sayangnya kakak tercintanya bahkan tak peduli Yara pulang atau tidak.

"Gak guna emang Kak Yuta jadi kakak."

Baru saja ia menelpon Yuta untuk meminta dijemput, namun Yuta menolak dengan alasan yang tak jelas. Bahkan sedang rapat atau ada kelas saja tidak, namun manusia satu itu menolak permintaan mudah Yara begitu saja.

"Siapa ya??" Yara mengamati setiap nama pada kontaknya.

"Doyoung?"

Yara berpikir panjang. Ia sedang ada masalah dengan Doyoung, gengsi rasanya jika ia harus meminta tolong padanya. Namun saat ini otaknya tak bisa berpikir jernih. Tak ada nama lain yang muncul di pikirannya selain, Doyoung.

Tak ingin terlalu lama berpikir, Yara akhirnya menekan tombol panggilan.

"Kok nggak diangkat sih?!" Sabar menunggu, namun Doyoung tak mengangkat panggilannya.

"Mungkin nggak denger," Yara menghubungi Doyoung kembali.

"Kok masih nggak diangkat?! Doyoung kemana sih?!"

'drukkie' doyoung, nct✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang