1.4 ; Ragu

5.1K 684 18
                                    

Ketika membuat janji di tengah malam kemarin, Doyoung tak mengira gadis itu akan langsung membalasnya. Padahal itu sudah sangat malam dan kemungkinan gadis itu sedang tidur.

Apa gadis itu menunggunya? Atau kebetulan ia memang sedang terjaga? Doyoung tak tahu.

Yang terpenting adalah, siang ini ia akan menemui gadis itu.

"Jangan terlalu jaga image, jadi diri sendiri, tapi jangan terlalu frontal."

Begitulah pesan Yuta ketika Doyoung meminta saran beberapa hari yang lalu.

"Emang gue biasanya kayak apa?" Doyoung mengernyit.

Mengenal dirinya sendiri saja tak bisa, namun ia malah ingin mengenal orang lain. Ck ck ck.






Yara
| Doyoung
| Gue udah di perpus. Lo dimana?



Doyoung hanya membaca pesan tersebut dan langsung pergi ke perpus.

Bukan, Doyoung bukannya sengaja menelatkan diri. Sebenarnya ia sudah sampai sejak setengah jam dari jam perjanjian. Doyoung hanya pergi ke kamar mandi sambil sekalian mencari udara segar.

"Jadi diri sendiri kan? Biasanya orang lain nge-chat, juga cuma gua baca," pikirnya.

Jika saja Yuta sedang bersamanya, pasti Yuta akan berkata "bukan gitu, tolol!"















"Maaf, gue habis dari kamar mandi," ucap Doyoung setelah menemukan gadis itu yang terduduk dengan novel di tangannya.

"Oiya, gapapa," kata gadis itu dengan senyuman santai.

Doyoung pun duduk di hadapan gadis itu.

Mereka pun membahas soal tugas mereka. Doyoung menjelaskan rencananya sementara Yara memperhatikan sambil sesekali mengangguk paham.

"Gimana?" Tanya Doyoung, meminta pendapat.

"Hm, gue sih ngikut aja."

Doyoung tersenyum. Sesungguhnya Doyoung membenci orang yang seperti ini.

Ketika baru mengenalnya, Doyoung melihat Yara adalah gadis yang cukup ekstrovert. Dengan percaya diri gadis itu menyatakan pendapatnya kepada orang lain. Bahkan gadis itu tak segan-segan menyatakan kesalahan dan kebenciannya terhadap orang lain. Saat itu Doyoung cukup salut dengannya. Namun, dari yang ia lihat sendiri sekarang, rasanya jauh berbeda dari sebelumnya.

Gadis di hadapannya sedari tadi hanya mendengarkan saja ketika Doyoung menjelaskan, tanpa memberikan pendapat atau ketidaksetujuannya. Mungkin saja mereka memang sejalan, namun rasanya ia sedang berbicara dengan gadis yang berbeda.

Apakah sebenarnya gadis itu memang seperti ini?

Apakah Doyoung salah memilih orang?

Doyoung jadi ragu untuk melakukan pendekatan dengan gadis tersebut.

Oke, kalau dia ngikutan gini, seenggaknya dia mempermudah rencana gue. Doyoung mencoba berpikir positif.

Lagipula Doyoung mendekati gadis tersebut bukan karena menyukainya, namun karena membutuhkannya.

Selain itu, tujuannya membawa gadis itu ke perpus di waktu ini, selain untuk membahas tugas mereka, juga karena-

Doyoung melirik ke arah pintu perpustakaan lalu menyunggingkan senyum di wajahnya.

-ia tau Sejeong akan pergi ke perpus di waktu yang sama.

"Yaudah, kita mulai ngerjainnya aja," kata Doyoung pada Yara.

"Oke."

"Sekarang gue bawa laptop, kita bisa cari bahannya bareng," kata Doyoung sambil mengeluarkan laptop dari tasnya.

Doyoung pun meminta Yara berpindah duduk ke sampingnya dengan alasan agar lebih mudah mencari bahan materi. Padahal ia memiliki maksud terselubung di baliknya.

"Sekarang kita nyari materi bareng, gua yang nyusun, terus lu yang nulis. Gimana?" Jelas Doyoung. Gadis itu hanya mengangguk.

Di tengah-tengah mencari bahan, Doyoung sempat melirik Sejeong beberapa kali. Ia sempat memergoki Sejeong juga sedang melihat ke arahnya.

Sepertinya ini akan berhasil, pikirnya.









Sejeong merapikan barangnya dan pergi dari perpustakaan. Doyoung memperhatikannya.

"Kayaknya bahannya udah cukup. Nanti gue susun. Habis ini gue ada urusan. Nanti malem kalau udah selesai langsung gue kirimin hasilnya, tinggal lu tulis," kata Doyoung sambil mengemas barang-barangnya.

Gadis itu mengangguk tanpa berkata apa-apa.

Doyoung terdiam sejenak.

"Sapa kalau ketemu, pamit kalau mau pergi. Simpel, tapi penting."


"Gue duluan. Sampai ketemu lagi," pamit Doyoung.

"Iya."























Doyoung berdecak. Ia berpikir, sepertinya akan sulit mendekati gadis incarannya itu.

Terlalu dingin menurutnya.

Bahkan gadis itu hanya tersenyum ketika Doyoung menyapa dan berpamitan dengannya. Selain itu, gadis itu hanya memasang wajah biasa.

Sepertinya gadis itu tak tertarik dengannya.

Sikap gadis itu juga tak sesuai dengan ketika pertama kali Doyoung melihatnya.

Apakah Doyoung harus menyerah?

Oke, sudah dua kali Doyoung bertanya pada dirinya sendiri untuk menyerah. Sekali lagi dapet piring cantik.

Namun jika Doyoung menyerah begitu saja, artinya ia juga menyerah dengan Sejeong.

"Tau gini, waktu Sejeong ngajak putus nggak gue iyain."

Hari ini dobel apdet, aku gabut:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini dobel apdet, aku gabut:)

'drukkie' doyoung, nct✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang