3.3 ; Mata-mata

2.3K 344 0
                                    

Hari ini adalah hari Jumat. Karena sebuah acara keluarga, Yara dan Yuta harus kembali ke Jepang hingga hari Minggu.

Kedua orang mereka sudah berada di Jepang, membantu menyiapkan acara. Sementara Yara dan Yuta menyusul di hari Jumat ini.

Tanpa disuruh, Doyoung mengantarkan sahabat dan pacarnya tersebut ke bandara. Dengan mobil Yuta, Doyoung si supir membawa keduanya dengan selamat.

"Hati-hati, ya," kata Doyoung sebelum kedua manusia tersebut check in.

"Kamu yang ati-ati, Doy. Jangan ngebut-ngebut," balas Yara.

"Siap," Doyoung mengangkat tangannya ke pelipisnya, tanda hormat. Membuat Yara tertawa melihatnya.

"Ati-ati, Doy, bawa mobilnya. Lecet dikit, lu juga ikutan gua lecetin," tambah Yuta.

"Siap, Bang. Nyampe rumah, udah nggak berbentuk tu mobil," canda Doyoung yang membuat Yara tertawa.

"Gua pulang, lu juga bakal nggak berbentuk juga loh, Doy," kata Yuta.

Mereka pun tertawa bersama. Dasar makhluk-makhluk receh.

Oh ya, Yuta bukannya sudah berbaikan dengan Doyoung untuk masalah 'itu'

Yuta hanya mencoba mengesampingkan masalah tersebut agar adiknya tak berpikir macam-macam. Doyoung sudah berjanji padanya ketika itu, sebelum berpacaran dengan Yara.

Setelah acara perpisahan kecil-kecilan tersebut, Yara dan Yuta pun melakukan check in. Beberapa waktu setelahnya mereka sudah duduk tenang di dalam pesawat.

Sebelum lepas landas, Yara menyempatkan diri untuk mengecek ponselnya.

Ten |
Gue udh mau berangkat |
Tolong ya |
Makasih |












—·—







Ten memasukkan ponselnya kembali ke saku celananya. Tangannya bergegas melepas topi favoritnya dari kepalanya dan memasukkannya ke dalam ranselnya.

Itu adalah topi kesayangannyam. Topi yang hanya ia gunakan di waktu-waktu khusus.

Doyoung yang sedang berjalan ke arahnya tak boleh melihat topinya. Karena ia berencana memakai topi itu untuk membantu Yara memata-matai Doyoung.

Iyain aja ya, suka-suka Ten.


"Eh, Doy," sapa Ten, "baru nganter Bang Yut yak? Kok nggak sekalian bolos?"

"Emang elu?" Balas Doyoung dengan wajah datar khasnya sebelum berjalan terus memasuki kelas.

Sore ini, Ten dan Doyoung berada di kelas yang sama. Selain mereka, seharusnga juga ada Yara dan Joy. Namun tentu saja Yara tak ada di sana.

Dengan bantuan Ten, absen Yara terisi bagaikan Yara hadir di sana.

"Oiya Doy, lu jadian udah lama tapi kaga ngasih gua PJ. Parah sih parah. Mana PJ gua?!" Ten menengadahkan tangannya, meminta Pajak Jadian.

Doyoung menoleh lalu merogoh sakunya, "nih," diletakkanlah sebungkus permen Yupi berbentuk hati pada tangan Ten.

"Apa ini?! Kok cuma ini?! Parah ya! Kalo sebungkus mah gua terima, lah ini?! Apa-apaan ini?!" Protes Ten.

"Bersyukur," Doyoung berjalan lebih dahulu, mencari tempat duduk yang nyaman.

Sementara Ten hanya tersenyum miris dengan tangan mengelus dada, tak lupa mengucap rasa syukur walau dengan setengah hati.



















"JOYYIII!" Ten melambaikan tangannya ke arah Joy yang baru memasuki kelas.

Dengan segera, Joy melangkah mendekati Ten dan Doyoung yang duduk bersebelahan. Joy pun mengambil tempat duduk di depan Ten.

"Kenapa? Kangen gue ya?" Tanya Joy pada Ten, "utututu, iya tau, gue emang ngangenin."

"Dih, najis."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Gak tau, ya, tapi gue curiga sama Joy."

Terlintas ucapan Yara dalam pikiran Ten. Ten mengernyit, menatap gadis yang sedang mengubek-ubek tas di depannya.

Tapi menurut Ten, tak ada yang mencurigakan dari Joy.

Tapi menurut Ten, tak ada yang mencurigakan dari Joy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bener² kehabisan ide aku tuh😭

'drukkie' doyoung, nct✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang