Rumah Yuta cukup besar. Tentu saja karena keluarga Yuta berekonomi menengah ke atas. Doyoung dan yang lain sudah sering berkunjung hingga hapal seluk-beluk rumah Yuta.
Keadaan rumah Yuta yang luas itulah yang membuat Doyoung dan yang lainnya sering berkunjung dan menginap di sana.
Ketika menginap, biasanya empat orang tidur di kamar Yuta sementara dua lainnya tidur di kamar tamu.
Kasur Yuta yang empuk membuat Taeyong dengan egoisnya selalu tidur bersama Yuta seranjang. Kamar Yuta yang lebih luas dengan AC yang sejuk membuat Johnny dan Ten lebih memilih tidur beralaskan karpet setiap menginap di sana. Doyoung dan Kun pun selalu tidur di kamar tamu yang lebih kecil tanpa AC.
Ngomong-ngomong soal kamar, kamar Yara terletak diantara kamar Yuta dan kamar tamu. Mau tak mau Doyoung akan melewati kamar Yara ketika pergi dari kamar Yuta ke kamar Tamu.
Ketika melewatinya, Doyoung sadar lampu kamar Yara masih menyala sementara pintunya tertutup rapat.
Dari yang Doyoung perhatikan selama ini, Yara selalu tidur dengan lampu yang dimatikan. Artinya Yara belum tidur saat ini. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 1 malam. Atau mungkin adik sahabatnya itu ketiduran dan tak sempat mematikan lampu?
Oke, untuk apa Doyoung mempedulikannya?
"Pdkt itu, kudu sering-sering ngechat. Telpon kalo perlu. Biar makin deket."
Hey |
Tak lama kemudian, pesan balasan pun datang.
Yara
| Ya?Hey there! I'm using Whats***! |
| Lucu banget gilak🤗
Blm tdr? |
| Kalau udah tidur, berarti lu lagi chattan sama setan
Oh, temen lo |
| Hah?
Katanya tmnan sama penghuni rumah |
| Masi inget aja😭
Wkwk |
Napa ga tidur? || Mikirin kamu
| Tapi boonkIngin rasanya Doyoung membanting ponselnya sekarang juga, namun ia belum cukup mampu untuk membeli ponsel sendiri.
Bukan, Doyoung bukannya baper atau semacamnya. Ia hanya—ah sulit dideskripsikan.
| Marathon drama hehe
Kirain ngerjain tgs |
| Niatnya sih gitu. Tapi khilaf
Cpt tidur. Dah pagi |
| Shiap bosq
| Lu juga
ReadBukannya Doyoung ketiduran, namun ia sengaja hanya membaca pesan tersebut. Ia sudah terlalu terbiasa mengabaikan pesan yang dianggapnya sudah tak perlu untuk dibalas.
—·—
"Subuhan, Doy!" Ucap Kun, membangunkan Doyoung.
Doyoung menggeram pelan sebelum akhirnya terbangun. Sepertinya ia tidur terlalu malam, membuatnya tak bisa bangun pagi. Padahal biasanya ia begadang mengerjakan tugas dan bangun pagi.
Sepertinya rumah Yuta memiliki banyak penghuni yang terus berbisik pada Doyoung untuk tidur lebih lama dan melupakan kewajibannya.
Doyoung pun beranjak dan melaksanakan kewajibannya.
"Mau tidur lagi, lu?" Tanya Doyoung pada Kun yang kembali merebahkan tubuhnya.
"Dibisiki yang punya rumah biar tidur lagi," canda Kun.
Bahkan Kun memikirkan hal yang sama seperti Doyoung. Mereka memang sehati. Untung bukan jodoh.
Doyoung hanya tertawa menanggapinya. Ia meraih ponselnya dan berjalan keluar dari kamar tamu.
Ngomong-ngomong, setiap kamar di rumah Yuta memiliki kamar mandi di dalamnya. Karena itulah Doyoung tak perlu keluar kamar jika ingin ke kamar mandi.
Doyoung berjalan menuruni anak tangga. Tujuannya adalah ke dapur untuk mengambil minum.
Rumah Yuta sudah bagai rumah sendiri. Bahkan ibu Yuta tak masalah jika teman-teman Yuta tanpa ijin pergi ke dapur atau tempat-tempat lainnya disana. Asal bukan tempat yang privasi seperti kamar.
Doyoung mengambil segelas air mineral dan meneguknya lalu langsung mencucinya di wastafel sebelum dikembalikan ke tempatnya semula.
Tujuan Doyoung hanya untuk minum, selanjutnya ia sendiri tak tau akan kemana.
Doyoung keluar dari dapur dan kakinya menuntun ia pergi ke ruang tengah. Tanpa ia ketahui, ternyata putri kedua keluarga Nakamoto sedang duduk disana dan menonton televisi.
Ya, putri kedua. Karena keluarga Nakamoto memiliki 3 anak. Anak pertama juga perempuan, namun Doyoung tak pernah melihatnya sekalipun. Ia tak tau apapun tentangnya. Mungkin kakak tertua Yuta berada di negri asalnya.
"Udah bangun, Yar?"
"Ngagetin astaga," balas Yara dengan tangan di dada.
Doyoung terkekeh.
Bangun di pagi hari dan mendapati doi menyapa, gimana nggak kaget? Pikir Yara.
Doyoung duduk di samping Yara.
"Pulang kapan?" Tanya Yara, basa-basi.
"Ngusir?" Balas Doyoung.
Yara tertawa, "bisa jadi."
Doyoung terkekeh, "nanti siang gue pulang, gatau yang lain."
Yara mengangguk.
Tak lama, terdengar kegaduhan dari lantai dua. Darimana lagi jika bukan dari kamar Yuta.
Sepertinya mereka semua sudah terbangun dan mulai bertengkar seperti anak-anak. Bahkan sebelum tidur, tadi malam mereka sempat bertengkar juga. Persis seperti anak sd berebut bantal.
"Gue naik dulu, mau nitip salam?" Pamit Doyoung.
"Salam ke siapa?" Yara mengernyit.
"Ya entah. Kali aja mau nitip."
"Yaudah salam buat Kak Taeyong," canda Yara.
"Sip, gua sampein."
"Gausah tai. Canda doang."
Doyoung hanya tertawa. Ia pun berjalan menaiki anak tangga.
Sepertinya gadis incarannya menyukai Taeyong. Isn't?
Met pagiಥ⌣ಥ
Sekarang jam setengah 4 dan aku belum tidurಥ⌣ಥ
Lagian kalo tidur sekarang, bangunnya jadi siang. Mending daripada gabut sendirian, aku apdet meski gada yang bacaಥ⌣ಥ
Oke maap lagi suka emot ini ಥ⌣ಥ
KAMU SEDANG MEMBACA
'drukkie' doyoung, nct✔️
Fanfiction[Doyoung x OC] Drukkie in Afrikans mean Hug. "Jadi lu mau deketin orang cuma buat bikin Sejeong cemburu, terus balikan?" -Yuta "Kalo keluar dari mulut lo, kok jadi kedengeran jahat, ya?" -Dy . . . Note: cerita ini BUKAN tentang Doyoung dan Sejeong y...