Patahan bola mata
Jenuh, jenuh dengan segalanya.
Jenuh, jenuh dengan patahannya.
Para pemangsa hati telah ku basmi.
Namun, tetap saja kau yang ku inginkan hadir disini.
Hanya untuk menunggumu dengan ikatan janji.
Sejak dahulu tetap begini saja rasanya.
Rasa yang tak pernah berubah walau badai darah tak kasat mata tercipta.
Butiran air macam hujan membasahi pipi.
Seketika semua diam, hanyut dalam kabut hitam yang menembus mata.
Walau gelap tetap terlihat amat jelas.
Ternyata sederhana, membuat patahan tanpa mematahkan.
Perihal dua insan yang penuh tawa dan cerita.
Hanya mengikuti naluri hati ke tempat kau berada.
Benar, bukan hanya kau disana.
Melainkan, kalian berdua dengan kebahagiaannya.
Melewati jembatan drama yang sengaja tersusun sesuai rencana.
Melewati lorong - lorong ular berbisa tanpa diketahui aku yang memiliki rasa dan menunggu dengan setia.
Rasa cinta yang berubah seketika itu juga.
Menjadi patah yang tidak terkira.
Menjadi sirna yang termakan cinta dusta.
Aku, harap, aku bisa cepat lepas dari bayang tak ternilai sepertimu yang meninggalkan aku demi dia.
Apa, menurutmu kehilangan kekasih itu suatu bencana?
KAMU SEDANG MEMBACA
Suatu Kata Kedua.
PoetryIni adalah diary kedua saya, saya hanya ingin menuangkan isi otak saja dalam bentuk tulisan sederhana. Semoga sukaa. Terima kasih yg sudah baca, vote dan comment juga.