01 | Bertemu

41 0 0
                                    

halo! jumpa lagi bersama maissy eh rahma di sini~~~

apa kabar? semoga sehat-sehat aja ya.

sudah 2 bulan saya istirahat dari dunia perwattpad-an, waktunya saya meluncurkan cerita baru. bisa dibilang ini genre young adult karena tokoh utamanya berusia sekitar 18 tahunan.

semoga suka ya ^^

cewek di kover itu adalah aktris Jepang favorit aku, namanya Aragaki Yui. aku pinjem fotonya buat kover gapapa kan ya heuheu.

ada bumbu fantasi/supernatural, jadi sebenernya aku agak ragu untuk meluncurkan cerita ini. tapi yah, aku seneng ketika nulis, jadi aku harap para pembaca juga seneng bacanya.

jadwal update insyaallah setiap hari minggu, kalau nggak ada halangan hehe.

oh iya, meskipun ada makhluk ga kasat mata di sini, overall ga serem kok ^^

enjoy!


---


"Kenapa bisa gagal, Valsha?!"

"Sudah takdir, Bun."

"Kok kamu malah santai-santai begitu sih?!"

"Terus Val harus gimana? Udah terlanjur ini lho."

"Astaga..."

Meskipun ia tahu Bunda sedang merasa frustrasi karena dirinya, jika boleh jujur sebetulnya Val tidak terlalu merasa bersalah. Ia memang menyesal tidak dapat masuk ke universitas impiannya, namun ia tidak menyesal karena gagal masuk fakultas kedokteran. Tidak peduli seberapa modern penampilan dan pemikiran Bunda, tetap saja Bunda itu masih kolot: menginginkan anak-anaknya jadi dokter karena Bunda sendiri juga merupakan dokter. Dokter kandungan paling dicari di Jogja, bahkan.

Tapi, masalah berasal dari situ. Justru karena Bunda adalah dokter kandungan ternama di Jogja, beliau dan orang-orang di sekitarnya mengharapkan Val mengikuti jejak Bunda. Sebetulnya Bunda tidak masalah misalnya Val ingin menjadi dokter kulit dan kelamin kek, anestesi kek, atau sekadar dokter umum, yang penting Val harus jadi dokter. Berbekal otak Val yang lumayan encer dan nilai-nilainya yang tinggi pada ujian nasional, Bunda percaya bahwa anak sulungnya tersebut dapat menembus universitas bergengsi di Jogja.

Mungkin hal itu bisa saja terjadi... jika Bunda tidak mengumumkan rencana pernikahannya tiga hari sebelum SBMPTN.

"Kenapa kamu nggak belajar lebih giat, Valsha?! Sudah tahu ini SBMPTN, ujian penting agar kamu dapat masuk universitas dengan salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia!" Bunda lanjut mengomel.

"Bunda nggak kepikiran apa, kalau niat Bunda menikah lagi itu bisa mengacaukan otak Val?" tantang Val.

Bunda mengernyit. "Apa? Kamu... nggak setuju?"

Jika Bunda mau sabar menunggu hingga setidaknya seluruh rangkaian SBMPTN selesai untuk menyampaikan rencana pernikahannya dengan si dokter bedah jantung itu—Val sampai lupa namanya karena memang tidak mau mengingatnya—mungkin saja ia akan dapat berkonsentrasi dalam mengerjakan soal-soal SBMPTN dan menembus universitas pilihannya. Tapi nasi telah menjadi bubur, dan Val akan menyaksikan Bunda bahagia menikah dengan seseorang sementara dirinya meratapi nasib.

"Menurut Bunda?" tanya Val, alisnya nyureng tanda tak habis pikir.

Bunda merapikan posisi duduknya. Wajah beliau yang tadinya menahan amarah, menjadi tak terbaca. Beberapa kali Val melihat mulut Bunda terbuka seperti hendak mengatakan sesuatu, tetapi selalu diurungkannya. Pada akhirnya, mereka berdua terdiam tanpa tahu harus bilang apa.

Lady LuckWhere stories live. Discover now