03 | Nana

13 1 0
                                    

halo! ketemu lagi di hari minggu mepet senin ini... hahaha

gimana kabarnya? yang masih sekolah besok udah masuk ya?

semangat!

oke, jadi inilah chapter terbaru Lady Luck, semoga suka ya.

bantu aku koreksi typo boleh lho! juga kalau bisa selain baca, tinggalkan jejak berupa komen dan vote ya. kalo bisaaa.

enjoy!


---


Val tidak punya banyak waktu untuk berteriak atau sekadar memekik sepelan apapun. Tentu saja ia terkejut, tetapi justru karena saking terkejutnya, ia tidak kepikiran hendak bersuara. Seorang wanita yang baru tadi dilihatnya tahu-tahu berada di kamarnya, duduk dengan santai di atas kasurnya dengan senyum miring merekah. Val ingat bahwa tadi ia sama sekali tidak berbincang dengan wanita tersebut, jadi untuk apa wanita itu datang ke kamarnya?

Tunggu, apakah pintu masuk rumah belum dikunci?

"Sudah, kok," kata wanita itu tiba-tiba.

Val mengerjapkan matanya beberapa kali. "Gimana?"

"Kamu bertanya-tanya apakah pintu-pintu sudah dikunci atau belum, kan?" wanita itu mengingatkan. "Aku bilang, semuanya sudah terkunci rapat."

"Oh, oke," gumam Val pelan. "Lalu... kamu masuk dari mana?"

Wanita itu terkekeh pelan. "Ya dari pintu, dong. Kalau dari jendela nanti dikira maling sama siskamling. Aku lagi pakai baju hitam-hitam begini, pula."

Val makin tidak paham. "Dari pintu? Kok bisa? Katanya udah dikunci?"

Bunga dalam genggaman wanita itu diacungkan untuk menyita perhatian Val. Sebelum Val bertanya lebih lanjut, wanita itu berkata, "Kamu membawa bunga ini. Makanya aku bisa masuk lewat pintu, karena kamu juga lewat pintu."

Oke. Cukup. Val sudah paham apa yang terjadi.

Dirinya terlalu ngantuk.

Tetapi bahkan sebelum Val mengonfirmasi dugaannya tersebut, wanita itu berdecak. "Iya kamu capek, ngantuk, tapi itu nggak sampai bikin kamu jadi halu. Ah, Valsha, kamu masih nggak percaya kalau aku ini nyata?"

Untuk kedua kalinya pada hari itu, Val mengamati wanita goth loli tersebut dengan saksama. Lampu kamar masih menyala sehingga memudahkan Val untuk menyusuri figur di hadapannya itu. Jika tadi di restoran ia hanya bisa mengamati dari jauh, kini jarak mereka lebih dekat. Karena pakaian wanita goth loli itu serbahitam, jelas rambut pirang dan sepatu boots merahnya menjadi sangat menonjol. Kalungnya juga, tetapi masih lebih bersinar kulit putih bersihnya. Sepintas terpikir oleh Val bahwa wanita itu masih keturunan Asia Timur. Lebih spesifik lagi, karena tampilannya mirip dengan gadis-gadis yang bersliweran di Harajuku.

Tapi kenapa wanita asing ini bisa tahu namanya? Tadi ia memanggilnya "Valsha", kan?

"Kamu siapa?" tanya Val pelan dan sopan, tidak ingin menyinggung wanita tersebut dengan pertanyaan singkatnya.

Wanita itu tersenyum seraya beranjak dari kasur Val. Ia mengulurkan tangannya.

"Namaku Nana, your lady luck."

Sekali lagi Val mengerjapkan matanya berulang-ulang demi mencerna kalimat wanita itu.

"Gimana?"

"I'm Nana, your lady luck," ulang wanita itu dengan sabar.

Lady LuckWhere stories live. Discover now