11 | Bahu

22 0 0
                                    

halo! selamat hari minggu~

apa kabar? semoga semua baik-baik saja.

seperti biasa, read-vote-comment, sekalian titip yak kalau ada typo, minta tolong kasih tahu.

enjoy!


---


Di saat teman-temannya sudah sering mengantongi izin ke pensi sampai malam, Val benar-benar merasa culun dalam hal ini. Bunda tidak pernah mengizinkannya keluar malam, dan itu artinya dia tidak pernah mengunjungi pensi sekolah manapun termasuk sekolahnya sendiri. Meski dia memiliki beberapa idola yang sering manggung di pensi-pensi, tetap saja Val tidak pernah berkesempatan untuk menonton aksi panggung mereka. Terkadang teman-temannya berbaik hati merekam penampilan penyanyi atau band yang Val sukai di suatu pensi dan mengirimkan video tersebut kepadanya, sehingga Val tidak terlalu bersedih.

Tetapi kali ini, entah mengapa Val merasakan suatu keharusan untuk memenuhi undangan Friska. Mungkin karena memang sudah saatnya dia berusaha untuk berbaikan dengan Garin. Biar bagaimana pun, Garin akan menjadi kakaknya. Meskipun Garin akan tinggal di kos-kosan, Val merasa tidak baik jika hubungan mereka tetap dingin seperti itu. Garin memang pernah menjadi tutornya selama beberapa waktu, tapi komunikasi di antara mereka terputus begitu saja sampai akhirnya mereka bertemu di Pasar Sehat itu.

Kali ini, kegugupan Val begitu kentara. Dia bermaksud untuk meminta izin kepada Bunda, tetapi tentu saja dia yakin Bunda akan menolak mentah-mentah. Namun, apakah Bunda masih akan tidak memberi izin jika Val menyebutkan nama Garin?

"Kamu ngapain?" tanya Nana yang tiba-tiba saja muncul di sampingnya.

Mungkin karena saking seringnya Nana mengagetkannya, sehingga jantung Val sudah sangat terlatih dan tidak lagi terkejut setiap Nana melakukan itu. Paling cuma berdecak kesal.

"Mau minta izin Bunda buat ke pensi," jawab Val.

"Ya udah, kan tinggal bilang. Apa susahnya?"

"Masalahnya ini tuh minta izin ke pensi, gitu lho. Malam-malam. Aku nggak pernah diizinin ke pensi sebelumnya," jelas Val.

"Kan ada Garin. Pasti langsung beres, lah," Nana berusaha menghibur, namun nadanya seperti menganggap itu sebagai hal yang remeh. "Kamu jadi anak kok ya nurut banget sama orang tua, sih?"

Val hampir tersedak ludahnya sendiri. Di saat orang lain menekankan pentingnya mematuhi orang tua, perempuan nyentrik ini malah bertanya-tanya mengapa dia terlalu menurut.

Hari ini pun Nana tampil sangat nyentrik di matanya. Memakai pakaian untuk bermain tenis atau malah ping pong, Val tidak terlalu tahu pasti tetapi itu seragam olah raga. Namun, yang mengherankan adalah bahwa rambutnya jadi pendek begitu. Panjangnya pun hanya sampai bawah telinga. Seperti itu saja, Nana terlihat makin manis dan imut. Tapi, mengapa rambutnya bisa secepak itu?

"Rambut kamu ke mana, Na?" Val tidak tahan untuk bertanya.

Nana tersenyum lebar seraya mengibaskan rambutnya. "Bagus, kan?" godanya, secara instan membuat Val menyesal bertanya serius. "Anggap aja kupotong. Namanya rambut panjang terus jadi pendek itu ya tentu saja karena dipotong, kan?"

Val tidak mengiyakan, hanya menghela nafas panjang. "Kapan? Waktu ikut aku ke sekolah ambil buku tahunan, ya? Makanya nggak mau ikut pulang bareng."

Saat Val hendak pulang dari Pasar Sehat itu, dia mencari-cari Nana karena mereka pergi bersama. Namun, Nana yang akhirnya berhasil ditemuinya malah menolak untuk pulang bareng. "Aku masih ada urusan. Nanti aku balik sendiri aja," kata Nana saat itu. Tetapi, sepanjang sisa hari itu Nana tidak kembali. Baru hari ini dia kembali. Hmm... apakah dia punya rumah sendiri entah di mana?

Lady LuckWhere stories live. Discover now