halo! ketemu lagi di hari minggu. untung nggak terlalu mepet ya hehehe
apa kabar? semoga baik-baik saja ya.
nih, buat menyemangati kamu, ada update terbaru dari Val dan Nana~
jangan lupa read, vote, comment, dan bantu benerin typo ya ^^
enjoy!
---
Selama berada di kamar mandi, Val sibuk memikirkan bagaimana Nana melakukan itu. Kok dia bisa menghilang tiba-tiba? Sembunyi di mana dia? Melihatnya sekali, dan ketika Val mengalihkan perhatiannya sebentar saja Nana mendadak menghilang. Wanita itu tampak lagi di hadapannya setelah Val berpaling untuk kedua kalinya.
Bulu kuduknya berdiri. Jangan-jangan... Nana itu hantu?
Tapi tunggu. Val memperhatikan tangannya. Semalam aku nyalamin tangannya... dan dia bisa meremas tanganku keras banget. Val meringis. Bahkan sakitnya masih sedikit terasa, batinnya.
"Valsha, kok lama banget?" terdengar suara Nana dari luar kamar mandi. "Kamu nggak lagi sembelit, kan?"
Tuh, bahkan suaranya aja kedengaran jelas kayak kalau Bunda teriak dari luar, pikir Val. Dengan mengelap kakinya sebagai sentuhan terakhir, ia pun menjawab, "Ini bentar lagi keluar!"
"Oke," sahut Nana.
Setelahnya, tidak lagi terdengar suara Nana. Val segera memakai dalamannya dan jubah mandinya sebelum keluar dari kamar mandi. Ketika ia membuka pintu, Nana telah berdiri di hadapannya, bersandar pada tembok belakangnya seraya melipat tangannya di depan dadanya.
"Ganti baju gih, aku tungguin di sini. Nggak usah repot-repot dandan, cuma ke pasar aja," kata Nana.
Val manyun. "Cerewet," sungutnya.
Bukannya membalas atau marah, Nana malah tertawa. "Udah sana."
Dan Val pun bergegas ke kamarnya untuk ganti baju. Meskipun Nana bilang tidak perlu dandan, tapi setidaknya ia memakai pelembap agar kulitnya tidak terlalu kering. Bunda yang memintanya agar lebih memperhatikan kesehatan kulitnya—meskipun beliau bukan spesialis kulit.
Baju yang Val kenakan hanya seadanya, karena seperti yang Nana bilang, mereka hanya akan ke pasar. Celana training, kaus yang ditutupi jaket, dan sandal jepit. Tak lupa tas kecil yang berisi dompetnya. Nana yang melihatnya hanya mengangkat bahu, tapi tidak protes. Setidaknya itu sudah pertanda bahwa ia menyetujui cara berpakaian Val.
Yang keheranan justru Bunda. Bukan karena cara berpakaian putri sulungnya, melainkan karena Val sudah "rapi" sepagi ini. Bunda menatap Val dari pucuk kepala hingga ujung kaki dengan kerutan di keningnya, bahkan beliau sampai menurunkan kacamatanya.
"Mau ke mana?" tanya beliau.
"Pasar," jawab Val singkat.
"Pasar?" ulang Bunda.
"Iya, pasar. Market. Peken. P-a-s-a-r."
"Ngapain?"
"Liburan," sahut Val sekenanya. "Ya belanja dong Bunda sayang, ngapain lagi ke pasar kalau bukan belanja."
Kerutan di kening Bunda semakin dalam. "Belanja buat apa? Kamu mau masak?"
Val mengangguk. "Semalam Bunda nyuruh Val untuk minta maaf sama anaknya Om Fauzan, kan? Ya ini salah satu upaya buat ngerayu dia."
"Bunda nggak paham," gumam Bunda. "Emang kamu mau masak apa? Kamu tahu makanan favoritnya Garin apa?"
"Mungkin."
![](https://img.wattpad.com/cover/192458734-288-k878595.jpg)
YOU ARE READING
Lady Luck
General FictionWill be updated every Sunday (hopefully) Start: June 30th 2019 -------------------------------------------- Pemberitahuan dari Bunda yang hendak menikah lagi membuat pikiran Val kacau. Akibatnya, Val kehilangan kesempatan untuk memasuki universitas...