HALO! akhirnya ketemu lagi di hari minggu setelah dua minggu nggak ketemu TTATT
gila, ternyata aku lebih sibuk daripada yang kubayangkan.
gimana kabarnya? semoga sehat-sehat aja, ya.
nih chapter terbaru lady luck~ semoga suka ya.
ada tokoh baru lho~~~
seperti biasa: read, vote, comment. boleh juga ikut bantu benerin typo dan mungkin follow aku? hehehe
enjoy!
---
Val merasa sangat tidak nyaman, jika tidak bisa dibilang sangat risih. Dia tahu, semua mata memandang ke arahnya. Tidak masalah jika pandangan mereka menyiratkan kekaguman seperti ketika dia mendapatkan peringkat teratas dalam ujian nasional kemarin. Namun, kali ini pandangan mereka... menyiratkan rasa kasihan, iba, dan yang paling menyakitkan: menghakimi.
Menjadi anak dari seorang dokter kandungan ternama di Yogyakarta, bahkan ayah kandungnya pun merupakan seorang dekan fakultas ekonomi di sebuah perguruan tinggi, membuat Val diberkahi otak yang encer dan prestasi akademiknya tidak dapat diremehkan. Sehingga menjadi suatu kehebohan ketika Val gagal menembus perguruan tinggi tahun ini. Bahkan hal itu terjadi dua kali.
Sebetulnya Val sudah mampu menerima kenyataan bahwa dirinya belum dapat meraih cita-citanya tahun ini. Bunda dan Yuza juga, bahkan mereka ikut membesarkan hati Val. Om Fauzan pun masih bersikap biasa saja kepadanya. Maka dari itulah, Val sudah tidak terlalu memikirkan kegagalannya. Namun, tampaknya hanya dia dan keluarganya yang mampu menerima itu semua sementara orang lain tidak. Guru-gurunya pun tampak salah tingkah ketika bertemu dengannya tadi, seperti bingung hendak mengatakan apa. Apalagi teman-temannya yang lebih memilih untuk diam dan hanya mengikuti langkah Val dengan mata mereka.
Pembagian buku tahunan berjalan relatif lancar jika dikurangi dengan keheningan di kala Val menerima buku tahunan miliknya. Kara yang datang bersamanya pun tidak mengatakan apa-apa, tetapi dia tetap mendampingi Val sepanjang waktu. Kara pun hanya mengajak Val untuk mengambil buku tahunan dan langsung cabut dari lokasi. Sedangkan Nana berkeliaran entah ke mana dan tadi dia sempat bilang ke Val agar tidak mencarinya karena Nana sendirilah yang akan menghampiri Val jika sudah waktunya pulang.
"Terus, si Jani, Ivel, sama Cici gimana?" tanya Val ketika mereka berdua sampai di parkiran.
"Oh, mereka malah sudah ambil buku tahunan duluan. Sekarang kita nyusul mereka ke Pasar Sehat," jawab Kara.
Val mengangguk mengerti. Mereka pun melajukan motornya keluar sekolah dan menuju Pasar Sehat yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Pasar Sehat ini diadakan setiap akhir pekan di sebuah boutique hotel dan menyediakan berbagai macam hidangan sehat. Sesuai dengan kesukaan Val yang memang terbiasa dengan makanan sehat karena Bunda pun selalu menerapkan makan sehat... kecuali pizza. Bunda sangat menyukai makanan tersebut serta makanan khas Italia lainnya.
Sesampainya di sana, tiga teman Val dan Kara—Jani, Ivel, dan Cici—melambaikan tangannya. Rupanya mereka baru saja hendak menyantap pesanan mereka yang baru datang. Berbeda dengan teman-teman lainnya yang berada di sekolah tadi, mereka menyambut Val dengan sangat hangat dan ceria seperti biasanya. Baru kali ini Val bertemu dengan mereka, bahkan berbicara, setelah parade kelulusan. Mungkin karena mereka juga bingung apa yang harus dikatakan kepada Val. Tetapi, tampaknya kini mereka lebih siap dan santai.
"Pesen dulu gih, Val. Itu ada salad sayur, pot-au-feu, ayam geprek yang tepungnya lebih aman, sampai siomay juga ada. Kamu tinggal pilih," ujar Jani membuka obrolan. "Kalau minumnya, aku nggak terlalu tahu sih, tapi ada jus buah dan teh. Not sure if there's coffee..."
YOU ARE READING
Lady Luck
General FictionWill be updated every Sunday (hopefully) Start: June 30th 2019 -------------------------------------------- Pemberitahuan dari Bunda yang hendak menikah lagi membuat pikiran Val kacau. Akibatnya, Val kehilangan kesempatan untuk memasuki universitas...