Flash Back! (3)

145 27 1
                                    

Kaki kananya terasa sangat sakit, Izumi mulai berteriak minta bantuan lagi, ada yang sesekali melirik ke tempat ia berada, tapi seakan orang itu tak melihannya dan berlalu pergi dari sana.

Kepalanya mulai terasa pusing, darah terus keluar dari betis kanannya, setitik air mata mulai jatuh.

Ayah Izumi masih belum melakukan sesuatu dan menikmati penderitaan sang anak "bagaimana Izumi-chan? Apakah sakit?"orang itu terkikik melihat anaknya yang menderita.

"Ayah.. bunuh aku.." suara Izumi sampai bergetar karena menahan rasa sakitnya, ia sudah tidak kuat menahan rasa sakit.

"Masih belum.. Izumi-chan" pria paruh baya itu mulai menyayat-nyayat kaki kiri Izumi, Izumi berteriak karena rasa sakit yang bertubi-tubi, Izumi mulai terduduk darah terus keluar dari kedua kakinya.

Wajah Izumi mulai pucat "Izumi-chan belum boleh pingsan.." ucap pria paruh baya itu lagi sambil tersenyum.

Izumi sudah tak punya tenaga untuk melawan, ia bersandar di dinding gang yang kotor, ia sudah pasrah akan takdir.

"Ita..chi-kun.." entah karena apa disaat-saat sekarang ia mengigat teman masa kecilnya itu.

"Kau masih berteman dengan bocah kurang ajar itu ya Izumi!?" Tanya sang ayah tak senang

Seakan Izumi sudah tak bisa mendengar lagi, ia mulai bergumam sendiri "Itachi-kun.. setidaknya biarka-"

Seketika perut Izumi ditusuk-tusuk oleh sang ayah "kau tidak mendengarkan ayah hah Izumi!?" Ia mencabut pisau dan menusukkannya lagi ke perut sang anak, darah menyembur dari perus Izumi hingga darah itupun sampai keluar dari mulut Izumi.

Izumi meraung kesakitan dan masih melanjutkan kalimatnya "setidaknya.. aku ingin.. melihat wajah Itachi-kun untuk yang terakhir kalinya.."

Izumi kehilangan kesadaran, wajahnya pucat pasi, darah terus mengalir.

"Cih.. karena emosi aku malah membunuh anak sialan ini.. sepertinya aku akan mencari 'mainan' baru lagi" ucap ayah Izumi yang seakan tak merasa bersalah.

Tiba-tiba ada anak laki-laki yang berlari masuk ke gang itu, ini terkejut dan berhenti beberapa meter dari Izumi.

Matanya terbelalak, ia melihat darah yang terus merembes dari perut anak perempuan didepannya, ia tak melihat wajahnya karena tertutup rambutnya yang panjang tergerai.

"A-apa yang paman lakukan?" Tanya'nya berusaha tenang.

Pembunuh itu berbalik dan melihat kearah anak dibelakangnya.

"Kau!?" Ucap mereka bersamaan.

"K-kau.. ayah Izumi kan!?" Anak laki-laki itu mengepalkan tangannya, ia sangat marah.

"Kau anak sialan yang membawa kabur Izumi dulu kan!? Tapi tak apa, sekarang kau sudah terlambat.. Itachi" pria paruh baya itu tertawa.

Mata Itachi terbelalak "ja-jangan-jangan-"

"Nah.. kesini.. kau akan jadi 'mainan' baruku"

Tanpa aba-aba Itachi berlari menerjang pembunuh didepannya, ia mengambil pisau kecil disaku kanannya dan melancarkan serangan.

Tapi, pria itu bisa menghindarinya dengan mudah.

"Ah.. mainan yang menarik"

Itachi berbalik dan mulai menendang kaki kiri sang pembunuh, tapi sialnya malah kaki Itachi yang tertangkap.

Tanpa pikir panjang itachi melempar pisaunya tepat kearah wajah pria itu, lebih tepatnya mata kiri.

Tepat sasaran, pria itu melepas cengkraman tangannya dari kaki Itachi dan buru-buru mencabut pisau yang tertancap di matanya.

"Khh.. anak sialan!!!" Pekiknya sambil menahan sakit.

Itachi menghiraukan perkataannya dan mulai menyerang lagi, Itachi menggunakan gerakan berputar dan mengangkat kaki kanannya untuk menendang kepala pria didepannya.

Duak!!

Pria itu terjatuh dengan kepala menghantam dinding gang, pria ia mengerang kesakitan.

Itachi mengambil lagi pisaunya yang disaku kiri, ia menancapkannya dikaki kanan pria itu agar menghambat pergerakannya bila ia kabur.

Itachi mengambil ponselnya dan mulai menelepon ayahnya yang seorang polisi.

"Ayah, disini sedang ada kasuh pembunuhan dan ada 1 korban, pembunuhnya sudah diamankan, lokasinya akan kukirimkan"

Setelah selesai melapor dan mengirimkan lokasinya, ia beranjak kearah perempuan yang bersimbah darah di samping kanannya.

Jantung Itachi berdetak kencang 'semoga bukan dia!' Itachi mulai berjongkok dan mengangkat wajah perempuan itu dengan tangan kanannya, ia menyibak rambut kecoklatan miliknya.

Itachi tak percaya yang ia lihat, air matanya tak terbendung, ia berusaha tenang.

Itachi menyentuh leher Izumi dengan tangan bergetar, ia mengecek nadi Izumi.

Denyutnya sangat lemah hingga tak akan terasa bila tak benar-benar diperhatikan.

"Disana!" Pekik gadis cilik yang bersama ibunya.

"Ino-chan.. tunggu disini ya.." Tanpa pikir panjang ia berlari kearah Izumi.

"Bukan.. bukan kau kan!? Yang melukai Izumi!?"

Itachi menunjuk kearah pria disampingnya.

Nyonya Yamanaka itu melihat kearah pria itu dan melihat kearah Izumi, "jadi benar.. itu... ayah Izumi?" Tanya nyonya Yamanaka itu dengan suara bergetar.

"B-bagaimana d-dengan Izumi?" Tanya'nya lagi, air mata mengucur dari mata nyonya Yamanaka, ia tak bisa melakukan apa-apa selain menangis.

"Dia masih hidup.. tapi denyut nadinya sangat.. lemah.. aku sudah menelepon polisi dan mereka.. juga akan membawakan.. ambulan" ucap Itachi dengan bersusah payah, karena tenggorokannya terasa tercegat, ia tak percaya.

Lebih tepatnya tak mau percaya kalau perempuan sekarat didepannya ini adalah sahabat masa kecilnya.. dan orang yang ia cintai selama ini meskipun mereka sudah tak bertemu bertahun-tahun, perasaan Itachi pada izumi tak akan pernah pudar.

Tak selang beberapa waktu, terdengar suara sirine dari ambulan dan mobil polisi, mereka bergerak cepat untuk menangkap sang pembunuh, dan membawa Izumi masuk kedalam mobil ambulan dengan menggunakan tandu.

TBC~~

Huaahh.. ma'ap telatnya sampe seminggu.. /><\
Mana flash back'nya lama pula.. :"
Tapi tenang aja.. minggu depan, depannya lagi flash back terakhir kok.. hehe.. //plak!
Thanks to dukungan kalian selama ini.. tanpa kalian saia gk bakalan bisa lanjut.. //terhura.. eh? Terharu.. TvT.

01/07/2019

Double InoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang