Blood Sea

252 26 9
                                    

"justru kau yang meremehkan kami, Yamanaka!" pekik salah seorang polisi.

"kau jangan menghalangiku ya, sialan" ucap Ino dengan nada pelan, tentu saja kalimat itu untuk pria pucat di sebelah kirinya.

"wah~ wah~ garang sekali, tenang saja.. aku tak akan menghalangimu hime.." jawab Sai dengan mengukir senyum palsunya.

Door! Trankk~

"apa-apaan gerakan cepatnya itu!?" salah seorang polisi yang menembak, terkejut dengan tembakannya yang begitu mudahnya ditangkis oleh Ino hanya dengan sebuah katana yang entah dari mana.

ada 8 polisi yang mengepung Ino dan Sai. tapi hanya di satu sisi.. yaitu didepan mereka.

Ino mulai menerjang duluan, kedua katananya sudah ia keluarkan.

Sriingg~

suara katana yang saling beradu, sontak Ino kaget dengan salah seorang polisi yang juga memakai katana.

tak gentar Ino langsung menargetkan seorang polisi itu, polisi lainnya tak bisa menembak karena tak bisa mengikuti gerakan kedua orang didepan mereka.

Ino berusaha menargetkan bagian vital polisi itu tapi ia masih dapat menangkisnya dengan katana di tangannya.

polisi itu juga mempunyai sebuah pistol ditangan kirinya dan tak ia sia-sia kan pistol itu, ia menembak beberapa kali dan tentu saja ditangkis Ino dengan mudah.

Ino sedikit mundur, tapi beberapa orang polisi yang menonton tadi tak hanya tinggal diam, mereka mulai menembak Ino. mau tak mau Ino kembali lagi menyerang polisi didepannya.

"apakah kalian.. tidak melupakan sesuatu?" bisik Sai pada salah satu polisi yang menembak tadi.

Sraakk~
suara pisau yang menggorok leher, darah mulai merembes keluar dari leher salah satu polisi tadi.

'sial! kami terlalu fokus pada Yamanaka Ino hingga melupakan anak itu!'

"satu tumbang" ucap Sai sambil mengukir senyumnya.

sementara itu Ino masih beradu katana dengan salah seorang polisi. Ino melihat sekilas kearah belakangnya, tempat para polisi lainnya yang perhatiannya sedang teralihkan oleh Sai.

'kesempatan!"

Sraakk~
suara katana Ino yang berhasil menembus perut salah seorang polisi. Ino memutar katananya dan mendorongnya keatas. sekali lagi darah mewarnai jalanan sepi itu.

tentunya polisi yang memakai katana tadi tak tinggal diam, ia menerjang kearah Ino dengan posisi katana didepan. Ino langsung meluncurkan tendangan tepat di atas kepala polisi tersebut.

polisi itu terjatuh dengan kepala terlebih dahulu di jalanan bawahnya dan dengan cepat Ino menancapkan katananya ke kepala polisi itu sebelum ia bangkit.

tempat itu sudah bagai lautan darah.

Pshiiyw~
suara peluru Sniper yang kena tepat di salah satu kepala seorang polisi yang masih hidup.

"cih.. akhirnya datang juga"

para polisi yang masih hidup mulai panik. "jangan panik! perhatikan baik-baik arah pelurunya!" pekik salah satu dari mereka.

tapi terlambat, 4 tembakan beruntun tepat mengenai kepala mereka.

seseorang di atas gedung tersenyum puas dengan hasil kerjanya, ia membuka ponselnya dan menelepon seseorang "selesai, bayarannya belakangan saja" tut.

telpon ditutup sepihak oleh si penelepon, dan ia mulai menuruni gedung yang ia tempati.

kembali ke Ino dan Sai.

"wah.. itu tadi hampir saja ya, hime.." ucap pria pucat dibelakang Ino dengan senyumnya.

"berhenti mengoceh dan ayo pergi" Ino menyeret Sai masuk ke mobil melemparnya kasar ke kursi penumpang, diikuti Ino.

"hah.. kasar seperti biasanya ya~" ucap Sai masih dengan senyuman palsunya pada Ino.

Ino hanya diam sambil menyimpan katananya yang sudah berlumuran darah.

kemana sopir yang tadi? tentu saja ia tetap bersembunyi di dalam mobil tentunya.

tanpa di perintah Ino dan Sai, sopir mobil itu mulai menghidupkan mesin mobilnya.

mobil mulai melaju dengan kencang di gelapnya malam, dimana jam sudah menunjukkan pukul  1 dini hari.

Ino mulai memejamkan matanya, rasa kantuk yang berat tak sanggup ia tahan, ia tertidur.

Sai yang melihatnya tersenyum lembut, ia membuka jaketnya dan memasangkannya pada sang Yamanaka, tak lupa ia senderkan kepala Ino ke bahunya "Selamat tidur.. Ino..".

mungkin ini pertama kalinya seorang Sai tersenyum tulus.

______________________________________

-di kantor pusat kepolisian-

"sial!" pekik seorang pemuda bermata onix dan berambut sama kelamnya dengan matanya.

"harusnya aku sendiri yang ke sana.." pekik Itachi yang frustasi.

"jika kau yang datang kesana, tak ada jaminan kau akan menang melawan mereka kan?" ucap sang ayah tetap tenang, Uchiha Fugaku.

"dan menurut laporan, 5 orang lainnya dibunuh oleh sniper. seperti yang terlihat dari mayat korban, peluru-peluru itu semuanya tepat mengenai kepala mereka, jika ketua ikut kesana, tak menutup kemungkinan. ketua juga bisa terbunuh" ucap salah satu bawahan langsung Itachi, Konan.

Itachi menghela nafas panjang, manik kelamnya menatap kosong kesembarang arah.

"saya mendapat informasi baru ketua" sambung Konan dengan cepat.
"ada seorang pria pucat yang mendampingi Yamanaka, identitasnya tak diketahui" manik keemasan Konan yang tadi melihat kearah monitor beralih melihat sang Ketua, Itachi.

Itachi berfikir sejenak "apa mungkin, Yamanaka bergabung dengan sebuah organisasi? kalau benar begitu, masalah ini akan tambah runyam"

TBC~~

gomen.. dah ilang setengah taun /><\
author sibuk soalnya.. :"// halaahh
niat nulis bener-bener ilang setengah taun ini.. huhu T~T
setydaknya diriku pernah berjuang.. :')
sore jaa.. sekali lagi ma'ap banget.. /><\
lain kali saia akan usahakan cepet apdet.. walaupun gaada yg ngarep apdet.. :'D
karena itu, Vomment kalian sangat berharga buat kelanjutan Ff ini gaes.. biar bisa jadi motivasi :'3

14/03/2020

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Double InoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang