PROLOG

9.2K 291 2
                                    

"Jika kau mencintai seseorang, biarkanlah ia pergi. Karena jika ia kembali,ia akan menjadi milikmu. Namun jika dia tidak kembali, maka ia tidak akan menjadi milikmu."

-Khalil Gibran-

Ara mengambil tas yang ia simpan di kursi koridor kelas. Melihat teman teman yang lain asik bercanda gurau, Ara pun melangkahkan kakinya dengan sangat malas. Benar benar merasa terasingkan batinnya.

Ia pun berjalan sambil menundukkan kepala. Entah kemana ia harus melangkah, biarlah kaki jenjangnya yang menentukan. Namun tiba tiba,

Dukk

"Aww shh," Ringis Ara ketika keningnya menabrak sesuatu. Sesuatu yang keras tetapi terasa berdetak?

"Kalau jalan jangan nunduk. Mata itu digunain buat liat kedepan bukan liat ke bawah," Suara itu. Suara yang Ara dengar pertama kali di sekolah ini. Ara pun mendongakkan kepalanya seraya mengusap pelan keningnya yang terasa berdenyut nyeri.

Ara menggelengkan kepalanya, "Kenapa harus lo lagi sih? Pusing kepala gue ketemu lo terus," Ucap Ara sebal. Mood nya sedang buruk, malah dihadapkan dengan penyebab mood nya buruk.

"Harusnya lo berterima kasih sama gue. Lihat di depan lo," Ucapnya seraya menunjuk sesuatu. Pandangan Ara mengikuti arah telunjuknya.

"Ada lubang kecil yang pasti kalau lo ga hati hati lo pasti jatuh ke lubang itu," Ucapnya lagi. Elusan dikening Ara seketika berhenti.

Ara melihat ada lubang persegi panjang yang didalamnya terdapat pipa air, tidak cukup dalam memang, tapi jika tidak hati hati pasti akan jatuh cukup dalam.

"Oke thanks udah ngelindungin gue dari lubang itu," Ucap Ara menatap lelaki itu.

Lelaki itu memutar bola matanya, "Gue ga ngelindungin lo ya! " Jawabnya tegas. Lah terus tadi apa? Jadi polisi berdiri gitu? Benar benar tidak habis pikir dengan jalan pikirannya - Batin Ara.

Setelah itu. Lelaki berperawakan tegap itu pun meninggalkan Ara yang masih terdiam.

To be Continue

✍️ Revisi : 02 Juli 2020

Copyright © 2020 by Delapuspita

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang