Part 39 : Sakit

1.9K 114 1
                                    

"Sejauh apapun dia melangkah. Jika takdir berkata dia masih menjadi milikmu, maka ia akan kembali padamu"

Bacanya pelan-pelan ya. Dihayati, diresapi, dimiliki ehh. Pokoknya jangan lupa klik bintang deh :)

Happy reading

Reynand membuka kelopak matanya yang semula terpejam. Beberapa hari terakhir ini tubuhnya dipaksa untuk mencari Ara. Dan inilah hasilnya, bukannya membawa Ara kembali malah dirinya yang terbaring berhari hari.

"Bangun juga lo," Reynand menatap Nafiz dan Ezra yang datang dari balik pintu dengan tatapan datar.

"Ya bangun lah. Lo kira gue mati? " Ezra membantu Reynand untuk duduk disenderan ranjang.

"Nih makan," Reynand menatap mangkok bubur yang disodorkan Nafiz.

"Ngapa diem? Mau disuapin? " Reynand mendengus sebal lalu mengambil paksa mangkok ditangan Nafiz.

"Tadi mama lo nelfon," Ucap Ezra membuat Reynand menoleh.

"Ngomong apa? "

"Nanyain keadaan lo," Reynand menghentikan tangannya yang sedang mengaduk ngaduk mangkok bubur.

"Terus lo berdua ngomong tentang keadaan gue? " Ezra dan Nafiz mengangguk bersamaan.

Reynand menghembuskan nafas kasar.

"Lo berdua udah dapet kabar tentang Ara?" Tiba tiba Reynand teringat akan Ara. Seseorang yang berhasil membuatnya seperti saat ini.

Ezra dan Nafiz menggeleng.

"Gue harus cari Ara, " Reynand menyimpan mangkok buburnya diatas nakas, lalu berdiri.

"Gausah nekat deh Rey! " Bentak Nafiz.

"Percuma gue terus terusan disini. Ara gabakal dateng juga kan?"

Nafiz menghela napasnya, "Seenggaknya lo sehat dulu baru cari Ara. Lo sehat aja dia kabur, apalagi lo sakit," Nafiz mendudukan Reynand secara paksa.

"Gue cuma demam. Bukan terpapar virus. Ara gaakan tertular, kecuali virus cinta dari gue,"

Semilir angin membelai lembut rambut hitam Ara. Tatapan matanya terfokus pada satu titik, namun pikirannya melayang kemana mana.

"Ra," Ara tersentak lalu menoleh.

"Kenapa Ke? "

"Lo yang kenapa. Masih mikirin Reynand?" Ara tersenyum masam lalu mengangguk.

"Dia udah baca surat dari gue atau belum ya? Kalau nyatanya belum gimana, jadi parno kan gue. Mana udah menghilang tiba tiba, lagi,"

"Filling gue sih dia udah baca surat dari lo,"

Ara mengamini dalam hati. Tiba tiba ponsel digenggaman Ara berbunyi, terpampanglah sebuah nama yang tak pernah Ara duga akan menelfonnya.

"Siapa? " Kezia bertanya setelah melihat keterkejutan diwajah Ara.

"Mamanya Reynand, " Ara menunjukan layar ponselnya pada Kezia

"Angkat angkat!" Ara menggigit bawah bibirnya lalu men-slide icon hijau ragu.

"Assalamualaikum ma, " Ara melirik Kezia sesekali, apa yang harus ia lakukan setelah ini.

"Wa'alaikumussalam Ara. Mama ganggu kamu ga? " Kata mama Reynand diseberang sana.

"Eng-engga kok ma. Emangnya kenapa? " Tanya Ara hati hati.

𝐑 𝐄 𝐘 𝐕 𝐀 𝐑 𝐀 | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang