24: Kembali

11.5K 2.6K 263
                                    

"Aku ke sini karena aku mau kasih ini kamu. Happy birthday sekali lagi."

Aku mengambil paper bag bertuliskan YSL yang disodorkan Winwin, lalu tersenyum tipis. "Makasih banyak, Win."

Pemuda dengan kemeja hitam dan celana jeans itu menganggukkan kepalanya pelan, kemudian ia mulai melangkahkan kaki meninggalkan area rumahku setelah ia tersenyum.

"Udah? Gitu doang?" tanya Yeri sambil menatap punggung Winwin yang perlahan menghilang. Gadis itu menggelengkan kepalanya lalu berujar, "Idih kok gue jadi kesel gini sih. Ceweknya ulang tahun kasih surprise dong, kasih cium atau apalah gitu. Ini cuma kasih kado doang?!"

"Gapapa lah, Yer." Aku tersenyum tipis. "Gini aja gue udah seneng. Masih bagus dia inget ulang tahun gue."

Yeri menatapku dengan tatapan datar lalu mendecak kesal. Sebagai seseorang yang telah mengenal Yeri cukup lama, aku sudah dapat memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.

Maka dari itu, aku segera mengalihkan topik dan mengajak dua manusia tak diundang itu masuk ke dalam rumahku.










Winwin
Kamu lagi di rumah?
6:50 PM

Mulutku menganga saat melihat sebuah pesan masuk dari Winwin. Aku segera mematikan laptop-ku dan meraih ponselku untuk membalas pesan mantan tunanganku tersebut.

Grace
Iya
Kenapa?
6:51 PM

Winwin
Aku mau ke rumah kamu
Boleh ya?
6:51 PM

Aku tersenyum tipis saat membaca pesan terakhir yang baru saja masuk. Sejak kapan aku tidak memperbolehkan Winwin untuk berkunjung ke rumahku?

Grace
Boleh
Mau kapan ke sini?
6:52 PM

Winwin
Yey
Hehehe
Abis ini
Bentar
Aku mandi dulu
6:52 PM

Grace
Okay
6:52 PM

Aku segera beranjak dari tempat tidur dan menaruh ponsel di atas nakas. Jantungku perlahan mulai berdetak dengan cepat dan berbagai pertanyaan tentang Winwin mulai meramaikan isi kepalaku.

Jujur, aku sebenarnya tidak mengerti dengan laki-laki itu.

Masih jelas dalam ingatanku saat aku menanyakan perihal sosok wanita yang berhasil merebut hati Winwin beberapa hari yang lalu. Dan jawaban yang keluar dari mulutnya sukses membuatku terkejut dan bahagia di saat yang bersamaan.

Tapi rasa bahagiaku tidak berlangsung lama karena beberapa hari setelahnya, tepat tadi pagi, ia mengatakan jika ia tidak bisa kembali padaku dalam nada bicara yang terdengar serius.

Lalu beberapa jam setelah itu, Winwin tiba-tiba menampakkan diri di depan apartemenku dan membawakan aku sebuah kado berupa tas dari salah satu merek ternama dunia. Dan baru saja, ia mengirimkan pesan teks karena ingin datang ke rumahku.

Sungguh, aku tidak mengerti. Apa Winwin sedang mempermainkan aku saat ini?

Drrrt drrtt.

Lamunanku tentang laki-laki itu seketika buyar saat ponselku bergetar dan nama Winwin terpampang di layar.

"Halo, Win?"

Aku menjauhkan ponselku dari telinga untuk mengecek jaringan Wi-Fi yang tersambung dengan ponselku. Lalu, aku kembali menempalkan ponselku ke telinga.

"Halo?"

Dahiku mengkerut saat aku tidak mendengar suara apapun dari seberang sana. Aku menjauhkan ponselku dari telinga untuk mengecek jaringan internet yang tersambung dengan ponselku, tapi pandanganku malah teralih pada pintu rumahku yang diketuk berkali-kali.

Tok tok tok tok.

Aku segera berlari ke arah pintu saat pintu rumahku kembali diketuk. Aku meraih engsel pintu dan menekannya ke bawah dengan pelan.

Namun, aku kembali tidak menemukan siapapun di depan rumahku. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, namun hasilnya tetap sama.

Benar. Tidak ada siapa pun di sini, kecuali sebuah kotak berukuran kecil yang tergeletak tepat di depan pintu rumahku.

Aku menatap kotak dengan warna merah itu selama beberapa sebelum aku mengambilnya. Kemudian, mataku melongo saat aku melihat tiga buah huruf Mandarin yang tertulis disebuah kertas yang diselipkan dalam kotak tersebut.

董思成

"Dibuka kotaknya."

Tubuhku refleks melompat ke belakang dan kotak di tanganku hampir terjatuh ke bawah saat sebuah suara yang sangat familiar terdengar di telingaku.

Suara siapa lagi kalau bukan suara milik Dong Sicheng?

"Buka kotaknya, terus liat apa isinya."

Aku membuka kotak itu secara perlahan. Lalu, nafasku tercekat saat aku melihat sebuah cincin yang sangat tidak asing dalam kotak tersebut. Lebih tepatnya, cincin yang pernah tersemat di jari manisku.

"Ini cincin yang pernah aku pake kan?"

Winwin mengangguk pelan. Lelaki itu maju selangkah dan mengambil cincin itu dari tanganku.

Mataku membelalak saat aku melihat Winwin yang mulai mengambil tanganku dan dengan perlahan memakaikan cincin tersebut ke jari manisku.

"Win?"

Winwin tersenyum lebar dan aku dapat melihat rona bahagia yang muncul di wajahnya.

"Kamu mau kan kembali sama aku?"

maaf ya ini garing banget 😭

Dong Sicheng ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang