4: Langit Malam

16.7K 3.4K 589
                                    

Aku mengamati Winwin yang sedang terlelap dengan seksama. Alis yang tebal, pipi yang tirus, kulit yang putih bersih, bulu mata yang lentik, dan bibirnya yang terlihat sedikit pucat.

Harus aku akui, dari jarak sedekat ini, Winwin terlihat begitu tampan.

"Selamat tidur," kataku sambil beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke balkon kamarku.

Mataku sibuk memandang pemandangan kota di malam hari yang sangat indah, ditemani dengan bulan purnama yang bersinar terang malam ini.

"Qingqing.."

Aku menoleh ke kanan dan melihat Winwin yang berdiri di sebelahku. Pemuda itu menatap bulan dan bintang sambil tersenyum.

"Loh?" Aku terkejut dengan kehadiran Winwin. "Kamu gak jadi tidur?"

"Engga." Winwin menggelengkan kepalanya pelan. "Ngomong-ngomong, ngeliat langit malam ini, aku jadi inget waktu kita pertama kali ketemu."

"Pertama kali ketemu?"

"Iya. Tahun depan kita bakal ketemu untuk yang pertama kalinya," ujar Winwin. "Di malam hari, di airport, terminal 3."

"Di airport?" Aku menatap Winwin bingung. "Emang aku mau ke mana?"

"Abis balik dari sini," jawab Winwin. "Tapi itu tergantung sih. Kalo Dejun jadi ngajak kamu balik ke Jakarta."

Aku mengangguk-anggukkan kepala, cukup terkejut dengan perkataan Winwin. Pasalnya, aku sudah berjanji pada diri sendiri untuk tidak kembali ke Jakarta karena tempat itu memiliki kenangan yang tidak ingin aku ingat-ingat lagi. Tapi ternyata, pada akhirnya aku kembali juga.

"Oh iya, kamu seumuran sama aku ya? Aku sebenernya mau nanya tapi kelupaan."

"No, aku lebih tua." Winwin menatapku dan tersenyum cerah. "Aku lahir tahun 1997."

Aku kembali menganggukkan kepala. Dan detik berikutnya, keheningan menyelimuti kami. Aku diam-diam mengamati wajah Winwin dari samping yang entah mengapa terlihat menawan, dan Winwin yang sibuk menatap langit.

"Kamu kerja apa?"

"Aku direktur utama di perusahaan Papa," jawab Winwin.

Mulutku menganga lebar karena terkejut. Seketika aku membayangkan kehidupanku di masa depan. Aku pasti tidak akan pernah mengeluh kekurangan uang seperti sekarang. Pasti kebutuhanku selalu tercukupi dengan baik.

"Aku mau ngomong apa lagi ya." Winwin menggaruk-garuk kepalanya, tapi beberapa detik kemudian ia menjetikkan jarinya dan tersenyum lebar. "Hampir lupa, mantan kamu waktu SMA dateng ke pernikahan kita."

"Lucas?"

Winwin mengangguk. "Iya. Dateng sama istrinya. Aku lupa siapa nama istrinya, tapi cantik banget kayak putri kerajaan."

"Sama aku cantikan siapa?"

"Istrinya Lucas lah," ujar Winwin dengan mantap. "Kamu tau gak? Waktu dia salaman sama aku pas resepsi kita, aku bener-bener pangling banget. Rasanya pengen aku tuker aja istri aku sama istrinya Lucas."

"Mestinya tuker aja biar aku balikan sama Lucas," kataku. "Enak tuh kalo ulang tahun ngerayainnya bareng. Gak perlu repot-repot beli banyak kue."

Winwin tertawa terbahak-bahak. Aku hanya menatapnya dengan tatapan kesal.

"Aduh lucu banget sih," ucap Winwin setelah benar-benar berhenti tertawa. "Aku becanda. Gak mungkin aku tuker istri aku sama orang lain."

Aku memutar bola mataku dan berjalan kembali ke dalam kamar. Aku segera membaringkan diri di atas tempat tidur.

Jam sudah menunjukkan pukul 1 waktu setempat, tapi kedua mataku belum mengantuk sama sekali. Aku pun bergegas bangkit dari tempat tidur dan membuka komputer.

Niat awalku ingin menonton Pink Panther atau kartun favoritku lainnya, namun Winwin yang baru masuk ke dalam kamar langsung mencabut kabel komputer milikku.

"Tidur," katanya dengan nada yang sedikit galak. "Udah jam 1. Waktunya tidur, bukan main komputer."

"Aku gak bisa tidur jam segini. Baru bisa tidur nanti jam 3."

Winwin duduk di atas kasurku lalu menepuk-nepuk sebelahnya. "Sini, aku tidurin."

Aku lantas berteriak, "HAH?!"

"Eh maksudnya." Winwin menggaruk-garuk alisnya. "Kamu gak bisa tidur karena biasa tidur sendiri kan? Nah malem ini aku temenin."

Aku terdiam cukup lama. Aku memang mulai percaya jika Winwin adalah suamiku dari masa depan meski masih banyak hal yang sebenarnya belum bisa aku terima dengan akal sehat, tapi aku ragu jika harus tidur di sebelahnya.

"Kamu tidur aja di kasur aku, aku tidur di sana," ucapku sambil bangkit berdiri dan berjalan menuju sebuah sofa berukuran panjang yang ada di dekat balkon.

Dan aku bisa melihat Winwin yang menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku jelaskan sebelum aku memejamkan mata.

sebelum lanjut aku mau minta kritik dan
saran kalian buat cerita ini 🙏

oh iya, kalo di mandarin qingqing dibaca chingching ya bukan kingking 😂 buat kalian yang pengen tau huruf mandarinnya
kayak gini nih: 清清 artinya clear/pure.

Dong Sicheng ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang