5: Belanja

15.5K 3.2K 289
                                    

"PAGI SAYANG!"

Aku membuka mata secara perlahan dan melihat Winwin yang sedang tersenyum lebar.

"Pagi pagi pagi!"

Winwin naik ke atas tempat tidurku dan mengguncangkan tubuhku berkali-kali sambil terus berucap, "Ayo bangun bangun bangun bangun bangun!"

"IYAAAA!" Aku perlahan bangun dan mengucek-ucek mataku. Sesaat kemudian, aku terkejut melihat Winwin yang tengah berdiri dengan apron bergambar karakter Hello Kitty milikku.

"Aku pinjem ya." Winwin tertawa sambil menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. "Aku lagi masak terus aku ngeliat celemek kamu. Ya aku pake a—ASTAGA SEBENTAR YA!!!"

Winwin langsung berlari dengan kecepatan kilat turun ke lantai bawah saat ia mencium bau gosong. Aku tertawa kecil dan ikut turun ke lantai bawah.

"YAH GOSONG!" teriak Winwin sambil menunjukkan telur mata sapi yang gosong dalam teflon. "Padahal aku mau show off bakat masak aku tapi malah gosong gini."

"Oh, kamu bisa masak?"

"Engga sih." Winwin menggaruk-garuk alisnya. "Cuma mau bikin yang spesial aja buat kamu."

Tanpa aku sadari, aku tersenyum lebar mendengar pernyataan Winwin. Entah mengapa pagi ini Winwin terlihat menggemaskan seperti Yangyang, tetangga yang sudah aku anggap sebagai adik sendiri.

"Kita makan diluar aja deh," ujar Winwin sambil melepas apron dengan hati-hati.

"Loh? Kenapa?"

"Aku gak bisa masak," jawabnya. "Aku juga sekalian mau beli baju baru. Bosen pake baju ini terus."

Aku baru sadar jika Winwin belum ganti baju sejak kemarin, saat ia tiba-tiba muncul di kamarku. Laki-laki itu masih memakai kaos hitam polos dan celana basket berwarna hitam.

Tapi anehnya, aku tidak mencium bau-bau tidak sedap saat berdiri dekat Winwin. Malah aku mencium wangi parfum yang harumnya menenangkan.

"Yaudah, aku mandi dulu."

Winwin mengangguk dan aku segera berjalan ke kamar mandi.










"Eh?" Aku menatap Winwin yang baru saja memakai sebuah topi berwarna hitam dengan tulisan Balenciaga. "Itu punya kamu?"

"Iya." Winwin mengangguk pelan. "Hadiah dari kamu loh."

Mulutku menganga lebar. Aku tau Balenciaga adalah merk terkenal dan harga produknya selalu membuat aku meringis. Dan ternyata, aku memberikan salah satu produknya untuk Winwin di masa depan.

"Beneran dari aku?"

Winwin kembali menganggukkan kepalanya. "Iya, beneran dari kamu. Makanya aku pake terus."

Aku masih menatap Winwin dengan tatapan tidak percaya sambil terus berjalan menuju sebuah toko baju yang berlokasi tidak terlalu jauh dari rumahku.

"Kamu pilih aja mau yang mana."

"Oke," ucap Winwin. "Tapi deket sini ada money changer gak?"

"Money changer?" Aku menaikkan sebelah alisku. "Ada sih tapi agak jauh. Mesti jalan lagi sepuluh menit. Kamu ke money changer mau ngapain?"

Winwin merogoh saku celana dan mengeluarkan beberapa lembar uang pecahan $100.

"Oh." Aku berujar ketika aku mengerti dengan situasi ini. "Gak usah repot-repot ke money changer. Aku aja yang bayar baju kamu."

Lelaki itu masih terdiam. Aku bisa melihat sedikit keraguan di wajahnya. Maka dari itu, aku menepuk-nepuk lengannya sambil berkata, "Udah sana pilih aja yang kamu mau. Kamu borong semua juga gapapa. Uang aku masih banyak."

Aku tersenyum saat Winwin akhirnya mulai bergerak untuk memilih baju dan celana yang tersedia.

Sambil menunggu Winwin selesai, aku berjalan mengitari area baju perempuan. Tapi langkahku berhenti saat melihat seseorang yang sangat familiar di mataku.

"Yangyang?"

"Hai, Jie!" sapa Yangyang dengan senyum ramahnya. "Sendiri aja? Gak sama Hendery Ge?"

"Engga. Aku ke sini sama—"

"—Sama saya."

Aku melongo saat Winwin tiba-tiba berdiri di sebelahku sambil membawa beberapa potong pakaian.

Yangyang menatap Winwin secara seksama selama beberapa detik, lalu pandangannya teralih padaku. Dari tatapan matanya, aku sudah mengerti apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Dia siapa, Jie?"

"Saya Dong Sicheng." Winwin mengulurkan tangannya dan memperkenalkan dirinya sama seperti saat ia bertemu dengan Hendery dan Yeri. "Suami Grace dari masa depan."

Raut wajah Yangyang berubah. Dari yang semula penuh tanda tanya, sekarang aku seperti melihat api kemarahan di wajahnya.

"Kurangnya Hendery Ge apa, Jie?"

Aku terdiam mematung. Aku hendak menjawab, tapi kata-kata tidak bisa keluar dari mulutku.

Yangyang masih menatapku dengan tatapan sedingin es, lalu pemuda itu melangkah pergi meninggalkanku dan Winwin. Aku hendak memanggilnya, namun Winwin menahan tanganku.

"Gak perlu repot-repot jelasin ke Yangyang," ujarnya. "Terserah dia mau mikir apa tentang kita. Bentar lagi dia juga bakal minta maaf sama kamu. Pas kamu udah putus sama Hendery."

Aku masih diam membisu. Winwin baru saja berkata jika aku dan Hendery akan putus sebentar lagi.

Dan itu berarti, apa Hendery akan segera meninggalkan aku sendirian?

Dong Sicheng ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang