27: Selamat!

11.7K 2.5K 377
                                    

"SELAMAT TEMANKU!!!!"

Yeri langsung memelukku dengan erat begitu ia naik ke atas panggung. Tidak jauh dari gadis itu, berdiri seorang laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah Choi Yeonjun, mantan musuh bebuyutan sekaligus suaminya.

"Selamat, Grace." Yeonjun menyalamiku dan tersenyum. "Longlast terus sampai maut memisahkan ya."

"Nah setuju!" Yeri mengangguk. "Gue nitip keponakan cewek cowok ya biar sepasang."

Mataku melotot pada gadis dengan rambut hitam di hadapanku itu. Tapi telingaku dapat mendengar dengan jelas suara kekehan kecil Winwin yang berdiri di sebelahku.

"Iya. Makasih udah request," ucap Winwin dengan nada yang sangat santai, membuatku kali ini melotot ke arahnya.

"Sama-sama." Yeri tertawa pelan, lalu gadis itu menggandeng tangan Yeonjun dan tersenyum menatap kami. "Kita turun dulu ya, gue udah laper banget nih."

Aku menganggukkan kepala. "Makasih banyak udah dateng, Yer."

"Makasih banyak udah ngundang gue. Bye sister!"

Yeri dan Yeonjun mulai berjalan menuruni panggung, sementara aku hanya menatap dua orang yang perlahan mulai membaur bersama tamu undangan lain itu dengan pandangan takjub.

Kejadian-kejadian lucu saat SMA seketika muncul dalam benakku. Masih jelas dalam ingatanku kala Yeri menjambak rambut Yeonjun sampai rambut pemuda itu rontok hanya karena Yeonjun menempelkan bekas permen karet ke bawah meja gadis itu.

Seperti yang pernah aku katakan dulu, Yeri dan Yeonjun adalah dua orang yang tidak bisa akrab. Tapi melihat pemandangan beberapa detik yang lalu, aku benar-benar terkejut dan tidak habis pikir.

"Hei."

Aku sedikit tersentak saat aku mendapati Lucas dengan seorang gadis sedang tersenyum ke arahku.

Untuk beberapa detik, aku tertegun melihat gadis berambut keriting itu. Gadis itu sangat cantik, membuatku jadi teringat dengan ucapan Winwin di malam hari saat aku masih tinggal di Vancouver.

"Selamat ya."

"Thank you." Aku menjabat tangan Lucas dan tersenyum. "Aku seneng banget kamu bisa hadir malem ini sama istri kamu. Thank you so much."

"Makasih juga ya udah ngundang aku sama Lucas," ucap gadis itu sambil tersenyum lebar. "Aku baru tau loh kalo kamu ternyata mantan Lucas pas SMA."

Mendengar kata mantan, aku segera menoleh ke arah Winwin karena tiba-tiba perasaan takut saat peristiwa buku harian itu kembali muncul di benakku.

Aku pikir Winwin akan memperlihatkan wajah kesal, tapi ternyata laki-laki itu hanya tersenyum tipis sambil memandang istri Lucas.

"By the way, sorry ya kita gak bisa lama-lama, soalnya kita ada flight habis ini."

Belum sempat aku bertanya soal destinasi yang akan dikunjungi Lucas berserta istrinya, gadis cantik itu sudah melanjutkan perkataan sang suami, "Kita mau ke Taiwan. Lucas dapet kerjaan baru di sana, jadi malem ini kita mau terbang ke sana buat ngurus keperluan penting."

Aku mengangguk-anggukkan kepala sebagai balasan atas penjelasan gadis itu. Penjelasan yang sangat jelas untuk pertanyaan yang begitu singkat.

"Kalo gitu, kita duluan ya."

Lucas tersenyum singkat sebelum ia menggandeng tangan sang istri. Kemudian, pasangan itu melangkah menuruni panggung.

"Udah dong ngeliatnya."

Aku sedikit tersentak saat mendengar suara Winwin yang terdengar tepat di telingaku. Aku menoleh ke arahnya dan aku dapat melihat wajah Winwin yang kini sedikit masam.

"Lucas ganteng banget ya malem ini? Kamu sampai ngeliatin terus."

"Eh?" Aku menggelengkan kepala. "Engga, biasa aja. Aku gak ngeliatin Lucas kok, aku liat ke arah lain."

Winwin mendecak. "Kamu kira aku anak kecil yang bisa kamu bohongin?"

Aku memutar bola mataku saat aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Untuk menghindari pertengkaran karena kesalahpahaman di acara sekali seumur hidup ini, aku memilih untuk mengganti topik.

"Kamu gak undang mantan kamu?"

"Gak punya mantan," jawab Winwin dengan nada yang sedikit ketus. "Yang mau sama aku aja gak ada."

Ucapan Winwin membuatku teringat dengan percakapan diantara kami saat laki-laki itu selesai menyanyikan lagu dari Bruno Mars untukku beberapa tahun yang lalu. Waktu itu Winwin bilang jika tidak ada satupun gadis yang menyukainya.

Awalnya aku sempat berpikir jika Winwin saat SMA tidak setampan yang sekarang. Tapi semua pandanganku berubah saat aku melihat foto-foto Winwin saat SMA. Dalam foto itu, Winwin tidak jauh berbeda dengan Winwin yang sekarang berdiri di sebelahku.

Rasanya, ini sangat sulit dipercaya. Mana mungkin tidak ada satupun gadis yang menyukai pemuda tampan seperti Winwin?

"Emang beneran gak ada yang mau sama kamu? Beneran gak ada atau kamu yang gak peka?" tanyaku, mengulang kembali pertanyaan yang pernah aku tanyakan dulu.

"Beneran gak ada."

Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban, lalu kedua mataku memandang Winwin lekat-lekat. Aku tidak tau sudah berapa kali aku mengatakan jika Winwin terlihat sangat tampan dari samping, dan sekarang ia benar-benar sangat tampan dengan potongan rambut undercut dan setelan jas hitam.

"Win—"

"Grace!"

Ucapanku terpotong saat aku melihat seorang laki-laki dengan jas abu-abu dan rambut hitam kecoklatan yang baru saja meneriakkan namaku. Pemuda itu dengan cepat naik ke atas panggung, dan ia memberikanku sebuah pelukan hangat.

"Selamat ya!"

Aku tersenyum lebar. "Iya, Jun. Makasih ya udah dateng."

"Ini pernikahan sahabat gua, jadi wajib hukumnya buat gua dateng." Dejun tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi. Setelah itu, ia melepas pelukanku dan menatap Winwin.

"Selamat," ucapnya, yang hanya dibalas anggukkan kepala dan senyum kecil oleh Winwin.

Dejun terlihat sedikit terkejut dengan reaksi yang diberikan Winwin, namun lelaki itu dengan cepat memasang senyum lebarnya kembali.

"Yaudah kalo gitu, gua turun dulu ya."

Sebelum Dejun melangkah turun, ia menepuk pundakku dan berkata, "Bahagia terus ya. Karena bahagia gua adalah lu."

ya ampun maaf banget aku baru
update sekarang 😭😭

beberapa hari yang lalu hp aku kecemplung di kloset dan mati total. sekarang udah bisa nyala, tapi di layarnya ada garis-garis putih, aku bingung harus ngapain lagi 😭

Dong Sicheng ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang