Yura membuka mata, mengerjap ke sekeliling ruangan yang entah kenapa kini terlihat sedikit asing. Ia tahu itu adalah kamar Hyun, bahkan ranjang tempat ia berbaringpun terasa sangat familiar karena telah beberapa kali ia tidur di atasnya.
Namun, nuansa hangat dari warna cream yang dulu mendominasi kamar lelaki itu kini sudah sepenuhnya hilang. Perabotnya tetap sama, namun semuanya telah berubah warna hingga yang terlihat sekarang hanyalah merah dan hitam. Sejak kapan Hyun mengganti dekorasinya?
Lilin-lilin kecil mengitari tempat tidur, menambah kesan kelam dalam ruangan berukuran besar tersebut. Apa Hyun tengah menyiapkan suatu kejutan romantis? Tapi dimana dia sekarang?
Yura terduduk, tetapi tiba-tiba saja ia merasakan nyeri yang hebat dari perutnya. Seperti ada sebuah benda yang mengganjal di dalam, sampai-sampai Yura tak mampu untuk duduk dengan tegap. Yura mengerutkan kening, merasa aneh dengan semua keganjilan yang terjadi di kamar ini.
Mendadak rasa takut merayapi tubuhnya. Mengapa ia merasa seperti sedang berada dalam sebuah ruangan yang digunakan untuk melakukan ritual?
Kembali lagi pada keanehan yang ia rasakan di perutnya. Untuk memastikan, ia mengecek perutnya dengan kedua telapak tangan. Dan betapa terkejutnya ia ketika merasakan bahwa perutnya membuncit, seperti tengah hamil 9 bulan.
"Apa-apaan ini? Sejak kapan aku..." Yura mendadak panik sampai tenggorokannya tercekat. Ia masih belum mampu untuk duduk dengan tegak, satu tangannya yang menopang berat tubuh sedari tadi kini terlihat gemetaran.
"Kau sudah bangun?" Suara lembut Hyun terdengar dari arah depan ranjang. Mata Yura mencari-cari sumber suara, hingga kini ia dapat melihat dari pendaran cahaya ratusan lilin yang berjajar mengelilinginya, sosok Hyun yang tengah berdiri di kegelapan, memakai sebuah jubah hitam seraya tersenyum lebar ke arahnya. Walau ruangan itu agak gelap, namun ketampanannya masih sangat jelas terlihat. Tudung jubah yang menutupi kepala dan membingkai wajahnya pun malah semakin membuat warna kulitnya terlihat berkilauan.
"S-sedang apa kau?" Tanya Yura terbata-bata.
"Sedang melakukan upacara penyambutan bayi yang ada di dalam kandunganmu, Yoon Yura..." Jawab Hyun singkat, setelah itu tiba-tiba saja terdengar suara beberapa orang yang berkomat-kamit mengucapkan sebuah mantra dengan bahasa yang tak Yura mengerti. Orang-orang itu berjajar duduk di samping kiri ranjang. Tengah bersujud ke arahnya.
"Apa-apaan ini?!" Yura yang panik segera turun dari atas tempat tidur, dan saat itulah ia merasakan sakit yang sangat hebat dari dalam perutnya, seperti sedang disayat-sayat dari sana, oleh sebuah tangan kecil dengan cakar setajam taring singa.
Ia mengerang kesakitan hingga berlutut di atas lantai memegangi perutnya. Suara orang-orang itu semakin kencang, memekakan telinga, membuat Yura nyaris gila. Cakaran makhluk yang ada diperutnya semakin menjadi-jadi, membuat rasa sakit yang ditimbulkan nyaris tak dapat Yura tahan lagi. Bahkan ketika melihat kekasihnya itu meronta, Hyun masih tidak beranjak satu sentipun dari tempatnya berdiri.
"Begitu bayi itu keluar, aku akan bebas, dan kau akan mati, Yoon Yura!!! Bersiaplah untuk menjadi persembahan tamu agung yang akan lahir sebentar lagi!" Teriaknya dengan tatapan mata yang terkesan bengis. Suara tawanya membahana, memekakan telinga.
"Tidak!!!! Tidaaaaaaaaaaaakkk!!!!"
Yura terduduk dengan napas terengah-engah. Betapa leganya ia saat membuka mata dan melihat ruangan terang yang bukan lagi berwarna merah dan hitam.
![](https://img.wattpad.com/cover/131272712-288-k48261.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped by A Cold Pervert
Romanscerita ini merupakan sequel dari BASTARD ON MY LIPS. *Tapi gapapa sih kalo mau langsung baca ini tanpa baca BOML terlebih dahulu ?* cerita ini mungkin hanya sesuai untuk dibaca oleh usia 15 tahun ke atas.