Kuterima PinanganMu~

3.8K 119 0
                                    

Aira masih memikirkan ucapan Izmi tentang Ta'aruf. Apakah mungkin Aira bisa menjalani kehidupan seperti yang diceritakan oleh sahabatnya itu? Semenjak kepergian laki-laki yang begitu dicintainya, begitu sulit untuk Aira membuka hati kembali. Sungguh hati gadis itu sudah membeku. Tak mudah baginya melupakan kisah masa lalu yang tak seindah harapannya itu.

Berhari-hari Aira terus saja nemikirkan itu meski ia sendiri mengerti ucapan Izmi hanya  candaan saja.

[Mbak Ai besok main kerumah lagi sih, Bapak mau bicara]

Izmi mengirim pesan lewat akun whatsapp.

[Bapak mau bicara apa?]

[Udah kesini aja jangan banyak tanya!]

[Apa mungkin Pak Hilmi serius dengan kata-katanya kemaren?]

[Mbak Ai, iya atau nggak?]

[Iya besok kesana Sayangku]

[Alhamdulilah ... ditunggu ya Mbak]

Jawaban Izmi nampak bahagia. Usai berbalas pesan, Aira masih saja penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh suami temannya itu.

Keesokan harinya, sepulang kuliah Aira pergi menuju rumah Izmi.

"Assalamualaikum," kata Aira mengetuk pintu rumah Izmi.

"Waalaikumsalam, Masuk mbak Ai" kata Izmi sambil menggendong putri bungsunya.

"Ada apa Mbak Iz minta aku kesini?" kata Aira setelah duduk di sofa ruang tengah.

"Nanti ya Bapak masih istirahat, baru aja pulang," kata Izmi sambil menidurkan putrinya.

"Hani sama Naya gak kelihatan Mbak?" Tanya Aira tak melihat putri Izmi yang lainnya.

"Nyusul Bapak tadi tiduran dikamar"

Tak lama kemudian, Pak Hilmi keluar dari kamar sedang kedua putrinya tak tampak ikut keluar.

"Eh Mbak Aira, dari tadi Mbak?" tanya Pak Hilmi sambil mencium Luna yang tertidur di gendongan Izmi.

"Barusan kok Pak," jawab Aira.

"Kakak kemana Pak, kok nggak ikut keluar?" Izmi menanyakan kedua putrinya.

"Bobok Mah, Bapak yang ngantuk mereka yang tidur," jelasnya sambil tertawa.

"Ini Pak, Mbak Aira udah nunggu Bapak," kata Izmi sambil berjalan kekamar menidurkan Luna dikasur.

Sambil menunggu Izmi, Pak Hilmi dan Aira bergurau sebentar. Setelah Izmi kembali, suasana hening sesaat.

"Mbak Aira beneran mau ta'aruf?" Tanya pak Hilmi tegas.

"Kemaren yang bilang mbak Izmi bukan saya Pak," jawab Aira menunduk.

"Tapi Mbak Aira mau kan ta'aruf?" tanya pak Hilmi memastikan.

"Terus maksud Bapak?" Kata Aira sedikit bingung.

"Mahasiswa Bapak ada yang siap menikah kalau Mbak Aira mau nanti Bapak kenalkan," jelas Pak Hilmi pada Aira.

Aira pun terdiam, Izmi dan suaminya ternyata benar-benar serius dengan candaannya kemarin. Dirinya bingung harus berkata apa pada suami temannya itu.

Izmi pun paham jika Aira bukanlah orang yang cepat mengambil keputusan.

"Mbak Aira dimantapkan dulu, kalo perlu istikharah. Nanti kabari Bapak ya, mau atau tidaknya karena mahasiswa Bapak itu menunggu jawaban Mbak Aira," jelas Pak Hilmi membuat hati Aira berdebar kencang.

Aira benar-benar bingung dan masih tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini dirumah sahabatnya itu.

Seminggu berlalu, Aira tak kunjung memberikan jawaban pada Pak Hilmi. Entahlah perasaannya tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ingin rasanya ia menerima namun seperti ada rasa untuk menolak perkenalan itu.

Bayang-bayang masa lalu Aira memang tak bisa menghilang begitu saja. Ah ... dia sudah bahagia bersama pilihannya, lantas jika tidak sekarang Aira belajar membuka hati, sampai kapan dirinya akan terluka seperti itu?

Tapi apakah mungkin Aira bisa mencintai laki-laki itu layaknya ia mencintai masa lalunya?

Berhari-hari Aira bertanya pada hatinya, pertanyaan mungkinkah itu membuat Aira bimbang. Namun kabar bahagia tentang dia bersama pasangannya kembali menyayat hati Aira, perih rasanya melihat dia sangat bahagia, sedang gadis itu masih terus bersedih karena takdir yang tak seindah harapannya.

[Mbak Ai, gimana kabarnya? Kemarin Mas itu main kerumah nanyain jawaban dari Mbak Aira] 

Pesan Izmi di akun whatsapp 2 hari yang lalu dan baru hari ini dibalas oleh Aira.

[Maaf Mbak baru bales, Insyaallah aku siap]

Jawaban Aira spontan, hatinya kalut melihat laki-laki yang sangat dicintainya sedang bahagia.

Semoga keputusan ini tepat dan laki-laki itu memang hadir bukan menjadi pelampiasan saja melainkan sebagai obat dari luka hati Aira selama ini.

[Mbak Ai serius?]
Tanya Izmi memastikan.

[Insyaallah Mbak]

[Alhamdulilah ... aku seneng banget Mbak]
kata Izmi nampak bahagia dari balasan pesannya.

Aira pun segera menemui orang tuanya untuk membicarakan niat berta'aruf dengan laki-laki pilihan suami sahabatnya itu. Orang tuanya tidak banyak komentar, apapun keputusan Aira maka itu yang terbaik untuk dirinya.

Setelah keduanya sepakat, Pak Hilmi bermaksud mengantar laki-laki itu kerumah Aira bersama dengan keluarganya.

[Mbak Ai kapan bisa kerumah, ini sudah siap bersama orang tuanya]

[Silahkan saja kerumah Mbak, orang tuaku sudah mempersilahkan]

Waktu yang ditentukan pun tiba. Aira benar-benar akan betemu dengan laki laki pilihan suami Izmi tersebut.

"Semoga semua akan indah pada saatnya," batin Aira suatu malam sambil  menatap layar ponselnya.

Hari yang ditunggu pun tiba, "Muhammad Nuril Azmi" laki-laki pilihan Pak Hilmi yang akhirnya meminang Aira.

Usai pertemuan pertama dirumah Aira saat itu yang dihadiri kedua orang tua Nuril beserta dua adik laki-laki dan seorang adik perempuannya serta tak ketinggalan pula Izmi dan suaminya yang berperan dalam perkenalan itu.

Tak sampai satu bulan Aira benar-benar resmi menikah dengan Nuril. Akad nikah dilaksanakan dirumah Aira dengan syukuran sederhana yang dihadiri keluarganya saja.

Sebenarnya Nuril memang menawarkan untuk diadakan pesta mewah namun Aira menolak, sengaja sebab ia tak ingin masa lalunya hadir diacara pernikahan Aira. Lalu bagaimana dengan hati Aira? Usah ditanyakan lagi, saat orang tuanya mengatakan suka dengan kehadiran Nuril maka itulah pertimbangan Aira mengapa ia memantapkan hatinya untuk menikah. Terlebih Pak Hilmi tidak mungkin mengenalkan laki-laki yang tidak baik pada sahabat istrinya, membuat Aira semakin yakin dengan keputusan itu.

Nanti akan ada masanya cinta itu datang seperti yang dikatakan Izmi padanya.

Nuril adalah salah satu mahasiswa semester 4 di kampus tempat Pak Hilmi mengajar. Usianya memang 2 tahun diatas Aira, saat lulus SMA Nuril memilih untuk bekerja disebuah percetakan hingga dua tahun kemudian baru dirinya memutuskan untuk kuliah, mengambil jurusan pendidikan matematika yang jarang sekali diminati kebanyakan mahasiswa lain.

Sebelum menikah Nuril tinggal di sebuah kost dekat dengan kampusnya. Disela kesibukan kuliahnya, ia bekerja di sebuah warnet dekat juga dengan kampusnya. Ia bekerja disore hari usai kegiatan di kampus dan pulang larut malam bahkan tak jarang dirinya tidak pulang dan baru kembali ke kost saat akan mengganti pakaian untuk kuliah.

Begitulah sedikit cerita Nuril pada Aira sebelum mereka resmi menikah, dan sekarang mereka sudah sah sebagai pasangan suami istri. Doa Aira semoga dirinya mampu menjadi istri yang diharapkan oleh Nuril.

Nikmat Setelah HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang