Diantar Bulek dan Om Pindah Rumah

2K 65 1
                                    

Siang ini setelah Nuril merayu fatiya dengan segala cara agar tidak merengek untuk ikut, ia pun sampai juga di kontrakannya. Ia merebahkan tubuhnya sebentar di kasur lantai, tempat ternyaman untuknya bersama Aira sejak 4 bulan lalu ia mulai memboyong istri tercinta ke tempat sederhana itu.

Kini ia harus pindah ke kontrakan sebelah belakang yang sedikit lebih luas sebab ia akan membawa juga ketiga adeknya ke tempat itu. Ia mulai merapikan koleksi buku-buku yang tertata rapi di rak kecil sesaat setelah ia bangun dari tempat tidur. Kemudian ia memindahkannya di kardus, setelah itu ia mengeluarkan baju-bajunya untuk di pindah di kontrakan belakang. Tak lama kedua adiknya pun datang.

"Assalamualaikum!" kata Ilyas memasuki kontrakan sang kakak.

"Waalaikumsalam, baru pulang Nang?" kata Nuril setelah kedua adeknya bersalaman dan mencium tangannya.

"Iya Mas," jawab Rasyid sambil meletakan tas punggungnya.

"Sudah makan kalian?" tanyanya lagi.

"Belum Mas."

"Makan dulu sana, beli di warung depan itu!" kata Nuril sambil membuka dompet dan memberikan beberapa uang untuk adeknya.

"Nggak usah Mas, tadi Rasyid pulang dulu trus di bawakan makan sama Kak Aira," katanya menolak uang yang di berikan Nuril sambil mengeluarkan bungkusan dari tas.

"La kalian pulang kok nggak ganti baju sekalian!" tanya Nuril heran
Kedua adeknya hanya menjawab dengan senyuman.

"Sebelum makan ganti baju dulu, itu pake bajunya Mas Nuril. Nanti kotor seragamnya, kasian Kak Aira nyucinya susah!" kata Nuril sambil mengeluarkan semua baju-baju di lemari.

"Iya Mas," jawab Ilyas sambil berjalan memilih baju di hadapannya.

Meski usia mereka terpaut agak jauh, namun postur tubuhnya hampir sama jadi baju Nuril yang dipakai Ilyas tidak terlalu kedodoran.

"Rasyid pake kaos coklat punya Kak Aira itu yang agak kecil," katanya menunjuk tumpukan baju milik istrinya.

"Gak papa Mas, pake punya Kak Aira?"

"Udah gak papa daripada seragamnya kotor, kasian kakakmu kalo nyuci!" kata Nuril memberikan kaos oblong milik sang istri pada adiknya.

Tanpa protes, mereka pun mengganti seragamnya dengan baju dan sarung milik Nuril. Kemudian mereka makan makanan yang dibawakan Aira untuknya.

Usai makan, mereka kemudian membantu sang kakak untuk memindahkan barang-barang ke kamar belakang yang sudah di bersihkan Nuril saat mereka makan tadi.

"Taruh situ dulu Dek," kata Nuril melihat Rasyid mengangkat kardus buku sedang Ilyas membawa tumpukan baju.

"Bajunya di masukan lemari sekalian ya Mas biar nggak kotor?" kata Ilyas meminta persetujuan.

"Iya Dek, di geser dulu biar nanti bisa keisi 1 almari lagi buat baju kalian," kata Nuril mengarahkan adiknya.

"Bawa dari rumah Mas?" tanya Ilyas sambil menata pakaian di almari.

"Iya, yang punya Mamak itu biar nggak terlalu makan tempat," kata Nuril sambil menggelar kasur lantai yang di bawanya dari rumah Buleknya sedang Rasyid sibuk menata buku.

"Nang, kardus yang kiri itu bukunya Kak Aira. Jangan di campur ya biar nggak susah kalo nyari," kata Nuril pada Rasyid.

"Iya Mas, ini semua di taruh atas juga bisa. Nanti yang bawah buat apa?" tanya Rasyid pada kakaknya.

"La buku kalian nanti, punya Fatiya juga. Mas Nuril bikin itu juga nggak asal tau," katanya pada sang adik, kemudian disambut senyuman oleh Rasyid.

Nikmat Setelah HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang