kontrakan baru

2.2K 70 1
                                    

Pagi ini usai solat subuh, Aira segera menuju dapur untuk menyiapkan sarapan. Terlihat blBulek sudah berada disana.

"Bulek ke dalam saja, biar Aira yang masak. Bulek kan capek semalam baru pulang!" kata Aira pada Buleknya.

"Nggak papa Nduk, Aira pasti juga capek kan Fatiya nggak mau turun dari gendongan?" kata Bulek pada Aira.

"Heehehee nggak papa Bulek."

"Kakak," teriak Fatiya berlari ke arahnya.

"Nahkan bener, padahal dulu sama almarhumah Ibunya nggak seperti itu dia," kata Bulek sambil menunggu Fatiya sampai dapur.

Aira hanya tersenyum, memang gadis kecil itu begitu sangat manja pada dirinya.

"Selamat pagi kesayangan Kakak," kata Aira menyambut pelukan adik bungsunya.

"Kak, Fatiya dingin!" katanya memeluk Aira.

"Ya allah sayangnya Kak Aira dingin? Sini sayang di peluk Kakak," kata Aira mengangkat gadis kecilnya kemudian mendekap erat adiknya itu.

Aira melihat Bulek mulai mengupas bawang merah, sambil terus mendekap si kecil.

"Mas Ilyas boleh Kak Aira minta tolong?" kata Aira saat melihat Ilyas ingin ke kamar mandi.

"Apa Kak?"

"Ambilkan gendongan untuk Fatiya, dingin katanya," kata Aira sambil terus memeluk gadis kecilnya.

Ilyas pun segera berlari ke kamar Aira untuk mengambil gendongan.

"Sayang!" kata Nuril dengan mata terpejam.

Ilyas pun tertarik untuk menggoda kakaknya, ia segera keluar memberikan gendongan pada Rasyid yang masih menyaksikan berita di tv bersama Om Tiyo.

"Dek tolong berikan Kak Aira, aku di suruh Mas Nuril!" katanya memberikan selendang pada Rasyid kemudian kembali masuk kamar.

"Sayang!" panggil Nuril lagi masih dengan mata terpejam merasakan ada seorang duduk di pojok ranjangnya.

"Hmmm ..., " jawab Ilyas lirih.

"Fatiya sama Bulek ya, kok nggak ada," katanya masih dengan mata terpejam meraba tempat tidurnya.

"Hmmm ..., " jawabnya lagi masih dengan suara lirih dilembut-lembutkan.

"Sini Sayang. Mas kangen!" katanya minta sang istri mendekat.

Ia tak sadar jika yang ada di kamar itu Ilyas bukan Aira.

Ilyas pun tertawa geli namun di tahan, ia segera menuju ranjang mendekati kakaknya dengan menahan tawa. Kemudian Nuril meraih pelukan Ilyas dari arah belakang.

"Sayang, Mas kangen!" kata Nuril sambil mengusap-usap tangan adiknya.

Ilyas pun tak kuasa menahan tawa, tak pernah seumur hidupnya ia menjaili orang dan baru kali ini ia melakukannya.

Parahnya lagi,  sang kakaklah yang menjadi korban pertama.

Ilyas menggelayut manja di punggung Nuril, dekapannya semakin di eratkan. Nuril pun mengusap-usap punggung tangan adiknya, membuat Ilyas terasa geli.

Aira yang bermaksud akan membangunkan sang suami pun kaget melihat Ilyas memeluk suaminya dari belakang. Buru-buru Ilyas menempelkan telunjuk tangan di hidungnya memberi kode. Aira dan Fatiya pun menurut saja, mereka ikut tertawa melihat Nuril memainkan jemari tangan adiknya dengan mata terpejam.

Beberapa saat berlalu Aira tak tahan juga meluapkan tawanya melihat  adegan Nuril di kerjai adeknya.

"Dek udah ya, mandi sana udah siang!" kata Aira lantang membuat Nuril langsung membuka mata.

Nikmat Setelah HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang