F*cked Up

13.6K 145 0
                                    

"Kamu beneran kita ngga usah pake pengaman? Entar kalo hamil gimana?"

"Ngga pa-pa, aku udah pake pil KB kok. Kamu tenang aja."

"Oke, aku masukin ya. Aaahh..."

Sasha pun memejamkan matanya.

Tunggu sebentar.

Itu bukan cuplikan dialog dari film dewasa yang tengah ditonton oleh Sasha. Tetapi dialog itu memang benar-benar tengah dilakukannya sekarang.

Berawal dari membalas chat sok kenal pagi itu dari seseorang yang mengaku bernama Brian, malamnya mereka janjian ketemu di bar itu lagi. Dan tahu-tahu kini Sasha sudah berada di kamar tidurnya bersama seorang lelaki yang baru dikenalnya semalam.

Tiga puluh menit kemudian.

"Makasih ya, Sayang. Nanti aku telpon kamu lagi ya." ucap Brian sebelum beranjak dari tempat tidur Sasha, setelah melakukan ritual menyenangkan yang hanya dimengerti oleh orang dewasa.

"Oh please, Brian. Don't be a hypocrite. Kita berdua sama-sama tahu kalo itu nggak bakal terjadi." sahut Sasha sembari mengenakan kimono tipis di tubuhnya, yang tadinya dibiarkan polos tanpa sehelai benang apa-apa.

"Maksud kamu apa?" Brian mengangkat kedua alisnya, keheranan.

"Listen, Brian. I'm not a fool and I'm not a saint either. Aku nggak lagi nyari hubungan yang serius. Setelah ini kita nggak perlu berhubungan lagi. Tapi kalo kamu pengen tidur sama aku, kapan aja kamu bisa cari aku. Jadi kamu nggak perlu berbasa-basi sama aku. Oke?"

"Wow."

Brian mengerjapkan matanya. Kagum dengan sikap Sasha yang sangat to the point dan terus terang, sehingga tak sanggup lagi membuatnya untuk berkata-kata.

***

Sepeninggal Brian yang berjanji untuk menghubunginya meski Sasha jelas-jelas menunjukkan kalau ia tidak tertarik, berniat pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil. Tetapi sebelum itu, tidak lupa Sasha mengambil kotak mungil berisi alat tes kehamilan yang disimpannya di dalam laci lemari kamarnya.

Begitu Sasha membuka laci lemarinya, terpampang jelas tumpukan alat test pack yang berjumlah sekitar 20 sampai 30-an buah itu. Diambilnya satu kotak itu untuk digunakannya di kamar mandi. Sasha menunggu dengan sabar saat alat itu mulai menampakkan hasilnya. Tidak ada dua garis merah. Hanya ada satu garis saja.

Sasha menarik napas lega. Lalu dibuangnya alat berbentuk stick kecil itu ke tempat sampah. Tenggelam di antara tisu toilet dan pembalut bekas sehingga keberadaannya pun nyaris tak berbekas lagi.

Sasha menuju ruangan tengah apartemennya untuk mengambil wine dan menikmati kesendiriannya. Dengan posisiwine di tangan kanannya dan ponsel di tangan kirinya, Sasha kini sibuk membalas chat whatsapp yang datang memenuhi notifikasinya.

Radit. Hai Sha, jalan yuk?

Jusuf. Assalamualaikum, lagi ngapain Sha? Udah makan apa belum?

Ethan. It's me, Sha. Wanna meet up tonite?

Brian. Already missing you, Babe.

Sasha tersenyum penuh kemenangan.

Tidak sulit rupanya mewujudkan keinginannya. Ada begitu banyak lelaki yang ditemuinya di bar yang bisa memberinya kesenangan. Ia jadi teringat akan percakapannya malam itu dengan Lily sahabatnya, yang mungkin tidak menyadari kalau ia betul-betul serius dengan ucapannya.

"So what's your plan now?"

"Life is already f*cked me hard once. Now I'm gonna f*cked them all."

*** 

Sleeping With Mr. SuperstarWhere stories live. Discover now