Kalau ffnya eror dan tiba tiba keputus tulisannya, coba di hapus dulu dari library, habis itu tambahin lagi ya
.
.
.
.
."BUNAA JICHAN PULANG!" Jichan yang baru saja datang setelah dijemput Jaehyun, langsung masuk ke rumah tanpa melepas sepatunya yang kotor karena bekas pramuka.
"JICHAN, SEPATUNYA LEPAS! AYAH CAPEK LOH BERSIHIN RUMAH," Jaehyun memekik kaget saat melihat jejak sepatu Jichan yang sangat kotor bertebaran di lantai rumah. Memang hari ini Jaehyun yang membersihkan rumah dan menjaga anak-anak. Kalian pasti tahu alasannya, Jiae sampai hari ini belum mau menyentuh anak-anaknya. Ia masih sering menangis dan memilih berdiam diri di kamar.
Jichan menunjukan deretan giginya, "Maaf Ayah," Jichan langsung melepas sepatunya, "Buna mana?" Tanya Jichan.
"Kamu tuh, di sini ada Ayah. Cium dulu kek, atau peluk gitu," Sinis Jaehyun saat anak sulungnya tidak menunjukan rasa kangen sedikitpun terhadapnya.
"Jichan kangen Buna sama adik-adik, bukan Ayah," Bohong. Sebenarnya Jichan juga merindukan Ayahnya. Ia rindu bertengkar lebih tepatnya. Rindu memperebutkan Jiae saat sebelum tidur, dan masih banyak lagi. Setelah berbicara seperti itu, Jichan langsung berlari ke kamar Jiae untuk menemui Bunanya, "Bunaaaa," Jichan berlari kearah Jiae, tapi langkah anak itu terhenti saat Jiae berteriak, "Jangan deketin Buna, Buna nggak mau pegang Jichan," Ujar Jiae.
Bukan hanya tidak mau menyentuh si kembar, Jiae juga tidak mau menyentuh Jena maupun Jichan.
Jichan mengernyitkan dahinya, "Kenapa? Jichan kan mau peluk Buna," Jichan kembali berjalan menghampiri Jiae.
"MAS JAEHYUN!" Jiae berteriak memanggil Jaehyun, dengan cepat pria itu mengangkat Jichan dan membawanya menjauh dari Jiae.
Jichan meronta di gendongan Jaehyun, "Ayah turunin Jichan, Jichan mau ke Buna."
"Jangan dulu ya Abang, Buna lagi sakit. Nanti kamu ketularan gimana?" Jaehyun tidak mungkin menjelaskan kalau Jiae sedang terkena baby blues, yang ada Jichan malah tidak mengerti dan pusing sendiri nanti.
Jichan mengucapkan kata oh dengan panjang, "Ya udah, nanti kalau Buna udah sembuh, Jichan mau tidur sama Buna."
"Ih jangan! Buna harus tidur sama Ayah!" Kekeuh Jaehyun.
"Ayah ngalah dong, kan Ayah udah tua. Masa nggak mau ngalah sama Jichan yang masih unyu ?" Jichan menopang dagunya dengan kedua lengan, dan memasang puppy eyenya kearah Jaehyun.
Jaehyun mendecih, "Kamu kenapa jadi alay gini sih?"
"Kok alay? Orang ini lucu kok kata Jiheon."
"Jiheon? Siapa? Laki-laki tuh ?"
"Jiheon itu temen sekelas Jichan. Cantik loh Yah, nanti Jichan kenalin. Tapi Ayah jangan naksir."
Jaehyun menggeleng, "Ayah udah punya Buna. Ambil aja sana Jiheon Jiheon itu," Katanya, "Sekarang kamu mandi sana. Liat, muka sama tangan kamu dekil banget."
Jichan mengangguk lalu berlari ke kamarnya. Sedangkan Jaehyun sedang menahan tawanya, ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi Jichan saat masuk ke dalam kamarnya nanti, "AYAH! KOK LEGO JICHAN HILANG SEMUA?!"
Tawa Jaehyun pecah. Rencananya untuk mengerjai Jichan sepertinya akan berjalan lancar, "Kenapa sih sayang?" Jaehyun masuk ke dalam kamar Jichan dengan wajah menahan tawa. Jaehyun pura-pura tidak tahu kalau lego Jichan hilang, padahal sebenarnya Jaehyun yang menyingkirkan lego-lego Jichan dari dalam kamar dan meletakannya di kamar tamu.
"Ayah, ini lego-lego Jichan di kemanain?" Tanya Jichan sedih sambil menunjuk meja yang awalnya penuh dengan lego.
"Loh, bukannya kamu bawa ke tempat camping?"
Jichan menggeleng, "Camping itu bawanya tas ransel sama tongkat, bukan lego."
"Kalau kayak gitu Ayah nggak tau. Soalnya Ayah kira, legonya kamu bawa semua."
Jichan menendang-nendangkan kakinya asal, "Jichan nggak mau lego-legonya hilang Ayah..." Rengeknya.
"Kapan-kapan deh kita cari," Ujar Jaehyun sembari meninggalkan Jichan di kamarnya.
"AYAH, JANGAN NANTI! JICHAN MAU SEKARANG!" Jichan mengejar Jaehyun dan menarik lengan Ayahnya.
"Ih nanti aja Bang, Ayah capek, mau tidur. Kamu mandi sana," Balas Jaehyun pura-pura malas, lalu menyingkirkan tangan Jichan dari lengannya.
"Ayah tolong bantuin Jichannnn," Jaehyun sebenarnya tidak tega melihat Jichan seperti ini. Apalagi sampai memohon. Padahal sebelumnya anak sulungnya itu tidak pernah memohon dengan sangat pada Jaehyun seperti ini. Biasanya ia lebih sering meminta Jiae untuk membantunya.
Jaehyun ingin menyudahi prank ini, tapi dirinya masih ingin mengerjai Jichan. Mengingat jika Jichan juga sangat jahil terhadapnya.
"Ayah beliin yang baru aja nanti. Mungkin yang lama udah hilang dan nggak bakal ketemu," Bujuk Jaehyun.
"Nggak mau. Jichan ngumpulin lego-lego itu udah lama Ayah," Jichan mulai memasang wajah sendunya. Jaehyun yakin tidak akan lama lagi pasti anaknya itu akan menangis.
Tes!
Satu bulir air mulai turun dari pelupuk mata Jichan, dengan segera anak itu menghapusnya. Ia tidak mau jika Jaehyun tahu kalau dirinya secemen ini.
Jichan itu gengsi.
Jaehyun tertawa, "Dih Abang cemen banget ya. Legonya hilang aja langsung nangis," Jaehyun berjongkok dan menyetarakan tingginya dengan Jichan, "Lego Abang ada kok, Ayah taro di kamar tamu. Ayah sengaja ngeprank Abang biar Abang tau rasanya di jailin itu kayak gimana. Udah jangan nangis," Jaehyun mengelus rambut Jichan dengan lembut.
Tiba-tiba Jichan tertawa membuat Jaehyun bingung, "Yaaaa! Ayah kena prank Jichan!" Jichan tertawa puas, "Jichan cuma pura-pura nangis tau hehehehehehe. Sebenernya sih Jichan udah tau kalau Ayah mau ngerjain Jichan. Jadi kita impas ya Yah? Satu sama."
Jaehyun memasang wajah bodohnya, "Kamu udah tau Ayah kerjain?" Tanyanya tak percaya.
"Yaiyalah tau. Tuh," Jichan menunjuk kardus yang berada di kamarnya "Itu pasti buat naro lego Jichan kan? Tapi karena Ayah buru-buru, akhirnya Ayah bawa lego Jichan asal dan nggak pake kardus itu."
Mulut Jaehyun terbuka lebar. Bagaimana bisa anaknya secerdas ini?!
"Udah sana, Ayah tidur aja. Nanti Jichan ambil lego-legonya sendiri," Kata Jichan dengan santainya, "Oh iya, tadi Ayah pengen Jichan cium ya? Sini Jichan cium," Jaehyun yang masih tidak percaya dengan kepintaran anaknya hanya menurut dengan perintah Jichan. Pria itu berjongkok agar Jichan bisa menciumnya.
"JICHAN SAKIT!!!" Jaehyun memekik kesakitan saat Jichan dengan sengaja menggigit pipinya. Ya anak itu bukan mencium, melainkan menggigit pipi Jaehyun lumayan keras.
Jichan kembali tertawa dan berlari ke kamar mandi, "Dua-satu ya Ayah!"
Jaehyun menggeram kesal, "Awas ya kamu! Nanti Jiheonnya Ayah rebut!"
"Ya udah biarin! Nanti Bunanya Jichan rebut!" Balas Jichan dari dalam kamar mandi.
Ergh! Kalau bukan anak, Jichan pasti sudah Jaehyun lempar ke jurang.
Karena takut darahnya naik, Jaehyun segera keluar dari kamar Jichan dan masuk ke kamar miliknya dan Jiae, "Ji, tolong dong kamu masukin lagi Jichan ke perut. Bisa naik darah aku kalau liat kelakuan Jichan terus," Cerocos Jaehyun kesal lalu menghampiri istrinya yang tengah duduk diatas kasur, "Liat nih, pipi aku habis di gigit dia," Adu Jaehyun.
"Coba aku liat," Jiae memegang wajah Jaehyun agar bisa melihat luka yang dibuat Jichan, "Ih merah. Sakit banget ya Mas?" Tanya Jiae panik. Tidak lama kemudian ia menangis.
"Loh loh, kok kamu nangis lagi sih?"
"Itu, aku sedih liat kamu kesakitan gini."
Jaehyun menghela nafas berat, "JIAE, JICHAN! CUKUP, JANGAN PRANK AKU LAGI YA. AKU CAPEK!!"
Laknat emang nih anak wkwkwkakakak
Pendapat kalian tentang ff ini gimana ? Hmmm????
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married ; Jung Jaehyun [END✔]
Fanfiction[15+] Sequel dari Nikah ; Jung Jaehyun "Aku mau punya banyak anak," -Jung Jaehyun High rank #4 in kpop (20/7/19)