30. Overdosis

17.5K 1.8K 186
                                    

.
.
.
.
.

Aku dan Mas Jaehyun sudah sampai di Korea beberapa jam yang lalu. Saat kami sampaipun, Mamah dan Papah langsung pamit pulang ke Indonesia. Katanya ada pekerjaan mendadak yang harus diurus oleh Papah. Kalau Naeun, anak itu tidak ikut pulang. Ia masih tinggal di sini sampai beberapa minggu ke depan. Aku tidak masalah jika Naeun tinggal di sini sampai kapanpun, tapi yang menjadi masalah kali ini adalah Jichan dan Jeno.

Benar kata Jena saat di telpon, mereka berdua sedang bertengkar sekarang. Bukan bertengkar yang sampai beradu fisik. Mereka berdua kalau sedang bertengkar atau marahan paling hanya diam-diaman dan sedikit beradu mulut.

"Masih nggak mau ngomong nih kenapa bisa berantem gini?" Tanyaku pada Jichan dan Jeno yang kini duduk di depanku. Ya, sesampainya di rumah, aku langsung mengumpulkan mereka berdua di ruang tengah.

"Kalau nggak ada yang mau ngomong dan ngejelasin apa masalahnya sama Ayah dan Buna, liat aja, Ayah tarik semua fasilitas kalian buat dua bulan kedepan," Ancam Mas Jaehyun.

Jichan menghela nafasnya, "Sebenernya masalahnya nggak terlalu penting Yah, Bun. Jichan juga udah bilang sama Jeno kok, kalau Jichan bakal ngal---,"

"Gue nggak terima. Gue nggak mau lo ngalah cuma karena gue," Sela Jeno cepat, "Gue maunya, kita bersaing secara gantle buat dapetin Somi. Jangan cuma karena gue, akhirnya lo nyerah buat ngedapetin Somi."

Aku mengernyit bingung dan tidak paham dengan ucapan anak-anakku, "Aduh Buna bingung. Somi itu siapa? Kenapa kalian berdua bisa kenal?"

"Somi itu temen sekelas Jeno Bun. Jeno suka sama Somi, Abang Jichan juga begitu. Kita sama-sama naksir Somi," Jelas Jeno.

Kali ini aku menatap Jichan, "Abang kenal Somi darimana?"

"Somi itu adiknya temen aku Bun. Aku pernah ketemu Somi waktu main ke rumah Bambam Hyung. Aku emang suka sama Somi, tapi kalau Jeno suka juga dan sayang sama Somi, aku mundur aja nggak apa-apa. Lagipula masih banyak perempuan di luar sana selain Somi," Aku tahu Jichan pasti akan begini. Ia pasti akan mengalah demi adik-adiknya meskipun ia tidak ingin.

"Tapi Jeno nggak mau Bang Jichan ngalah. Jeno maunya, kita bersaing secara sehat buat dapetin hati Somi. Bukan gini caranya. Bukan cuma karena aku yang suka sama Somi, akhirnya Abang ngalah." Keluh Jeno.

Mas Jaehyun menghela nafasnya, "Anak Ayah udah pada gede ya. Rebutannya sekarang perempuan, bukan robot-robotan lagi," Katanya sambil terkekeh, "Udah ah Bun, kamu aja yang jelasin sama mereka. Ayah bingung kalau udah urusan cinta cinta begini."

"Ih kok gitu sii? Bareng-bareng dong jelasinnya," Kataku tidak terima.

Mas Jaehyun menggeleng dan menepuk pundakku beberapa kali, "Ayah yakin Buna bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat. Ayah ke kamar ya Bun. Ngantuk," Ujar Mas Jaehyun lalu mengecup pipiku dan pergi ke dalam kamar.

Aku mengerucutkan bibirku dan berdecak sebal. Mas Jaehyun itu memang kampret!

"Udah abaikan Ayah. Sekarang kita lanjutin lagi," Aku menepuk-nepukan lengan untuk mengembalikan fokus mereka, "Abang, bener kata Jeno. Jangan cuma karena dia yang suka sama Somi Abang jadi ngalah gini. Buna mau tanya deh sama Abang. Abang beneran sayang dan suka sama Somi?"

Jichan mengangguk, "Tapi---,"

Aku meletakan jariku di bibir, "Ssstt nggak ada tapi-tapian. Untuk masalah kali ini, Abang nggak perlu ngalah sama Jeno. Kalau kalian berdua emang sama-sama naksir Somi, kejar Somi dan dapetin hatinya. Tapi inget, kalian harus bersaing dengan cara yang sehat. Buna nggak mau ya liat anak-anak Buna adu tonjok cuma gara gara perempuan."

Jeno mengacungkan jempolnya, "Beres Bun. Iya nggak coi?" Tanyanya sambil menyenggol lengan Jichan.

Jichan senyum tipis, "Iya. Apapun hasilnya nanti, Gue harap kita berdua bisa nerima dengan ikhlas."

Aku tersenyum bangga melihat bagaimana dewasanya sikap Jichan, "Sini kalian berdua Buna peluk."

Jeno dan Jichan memelukku secara bersamaan, "Buna penasaran deh gimana Somi Somi itu. Kok bisa ya anak Buna dua-duanya naksir sama dia?" Tanyaku penasaran.

"Somi baik," Ujar Jichan.

"Somi cantik," Timpal Jeno.

"Somi mirip sama Buna. Sopan, ramah, humble," Lagi-lagi Jichan memuji Somi.

"Dan satu lagi, Somi itu selalu berhasil bikin jantung Jeno deg degan Bun," Tambah Jeno.

"Masa? Kalau gitu, kapan-kapan bawa Somi ke rumah dong."

Mereka berdua mengangguk kompak, "Nanti kalau libur sekolah, Jeno ajak Somi ke rumah."

Setelah menyelesaikan masalah yang terjadi dengan kedua anakku, aku masuk ke dalam kamar dan melihat Mas Jaehyun sedang tiduran dengan posisi tengkurap. Dengan jahilnya aku menaiki punggung Mas Jaehyun, "Astaga Ji, kamu berat banget tauu," Keluhnya.

Aku memukul pundak Mas Jaehyun karena tidak terima dibilang berat, "Enak aja. Aku langsing ya. Kamunya aja yang lemah."

"Turun dong Bun," Pinta Mas Jaehyun.

Aku menggeleng, "Nggak mau!" Tolakku.

"Ish."

"Eh Mas Mas!" Aku memekik kaget saat Mas Jaehyun membalikan tubuhnya dan membuatku terjatuh di atas kasur. Kini posisi kami sudah berubah. Aku yang sekarang berada di bawah Mas Jaehyun, "Minggir ah, kamu berat," Kataku sambil mendorong tubuh Mas Jaehyun yang berada diatasku.

"Engga mau. Lagian kamu duluan sih yang usil."

"Ya maaf. Aku cuma pengen ngejailin kamu doang. Sekarang minggir ya sayang."

"Kalau aku nggak mau gimana?"

Aku mendengus, "Aku tendang Jaehyun juniornya. Mau?"

"Nggaklah. Cium aja ya? Aku janji langsung minggir deh."

Aku menghela nafas. Mas Jaehyun itu memang tipe-tipe orang mengambil kesempatan dalam kesempitan. Aku mengecup hidung mancung milik Mas Jaehyun, "Udah kan Ayah sayang?"

"Belum Bun. Di sini baru udah," Ucapnya sambil menunjuk bibir.

Aku mendengus kesal. Dengan cepat aku mengecup bibir Mas Jaehyun, "Puas?" Tanyaku sedikit ngegas.

Mas Jaehyun terkekeh, "Istri aku ini susah banget sih ya di minta ciumnya," Sebelah tangan Mas Jaehyun menahan tengkukku.















"BUNAAAAA!" Aku reflek mendorong tubuh Mas Jaehyun saat mendengar suara speaker yang berada di kamar kami berbunyi, "BUNA BURUAN KE KAMAR JENA BUN!"

"Kenapa coba itu anak kamu?" Tanya Mas Jaehyun padaku.

Aku menggedikan bahu, "Coba kita liat," Aku dan Mas Jaehyun bergegas ke kamar Jena. Sampai sana, aku melihat anak-anakku tengah mengerubungi sesuatu.

"Ada apa nih? Kok kalian ngerubung beg---NAEUN!" Mataku sontak melebar saat melihat Naeun kejang-kejang dengan busah yang terus keluar dari mulutnya. Aku segera berjongkok dan memindahkan kepala Naeun ke pangkuanku, "Ini kenapa bisa gini sih?!" Tanyaku panik.

Jena menggeleng, "Nggak tau Bun. Tadi Jena mau ngambil hp, tiba-tiba Naeun udah kejang-kejang begini dilantai," Jena menyerahkan sesuatu padaku, "Jena nemu ini di samping Naeun tadi," Itu botol obat.

Apa Naeun meminum obat ini dengan dosis lebih?

Tapi untuk apa?

Upaya bunuh diri?

Tapi kenapa?

Mas Jaehyun berdecak, "Kamu siapin mobil Chan. Kita bawa Naeun ke rumah sakit dulu sekarang."

After Married ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang