37. Bonus Chapter 2

20K 1.8K 191
                                    

.
.
.
.
.

"ADUH BABY JI JANGAN GIGIT TANGAN ABANG! BUNAA TOLONGIN AKU IH," Aku yang tengah mengambil biskuit Jiana di dapur menghela nafas saat mendengar teriakan dari Jichan.

"Apasih Bang? perasaan Buna kalau kamu ditinggal sama Ji berdua teriak-teriak mulu deh," Keluhku sambil mengambil Jiana dari Jichan dan membawanya ke pangkuanku.

Jichan mengusap-ngusap lengannya yang memerah dan terdapat bentuk gigi berjumlah empat di sana, "Ini Bun, Nana gigitin tangan aku mulu. Sakit tau."

Seolah mengerti sedang dibicarakan oleh Kakaknya, Jiana terkekeh geli, "Nana iit Chan!" ( Nana Gigit Jichan )

Jichan mendengus, "Abang tau kamu laper, tapi jangan makan tangan Abang dong."

Aku mengelus kepala Jiana yang berada di pangkuanku, "Iya, adek jangan gigit tangan kakak. Nanti ketularan buluk loh," Candaku.

Iya bercanda. Karena semakin hari, putra sulungku itu semakin tampan. Bahkan terkadang Mas Jaehyun cemburu dengan putra putra kami yang semakin hari semakin tampan. Padahalkan tidak usah cemburu seperti itu, karena mau bagaimanapun juga, Jichan dan si kembar hasil karyanya.

"Uluk?" Ulang Jiana yang aku balas anggukan.

"Bun ya Allah. Nggak Buna nggak Nana, sama sama nyebelin!" Pekik Jichan kesal, "Tau gini mending aku liburan di Indonya lebih lama. Bisa berduaan sama Kyumi. Kalau di sini yang ada aku di bully mulu," Aku tidak aneh jika Jichan bilang seperti itu. Karena sudah hampir setahun ini Jichan dan Kyumi memiliki hubungan yang lebih dari teman.

Mereka menjalaninya dengan cara LDR.

Korea-Indonesia.

Aku terkekeh, "Ambekan banget si. Yaudah, Buna sama Nana minta maaf. Maaf ya Abang," Kataku, "Ayo sayang minta maaf sama Abang. Ikutin Buna ya, maaf Abang," Aku menyuruh Jiana untuk mengulang kata-kataku. Tapi anakku yang baru menginjak satu tahun empat bulan itu hanya menggeleng. Menolak apa yang aku suruh.

"Awas ya kamu Na, Abang lempar ke sungai Han tau rasa," Jichan menggelitiki Jiana, membuat anak itu tertawa kegelian.

"Aduh Baby Ji ketawanya kenceng banget si, Kakak jadi kebangun nih," Aku melihat Jena keluar dari kamarnya. Ia menghampiriku yang tengah bermain di atas karpet bersama Jichan dan Jiana.

Jena memelukku dari belakang dan menyembunyikan wajahnya di punggungku, "Ngantuk Bun," Keluhnya, "Jadi anak kuliahan capek ya," Jena memang baru masuk perguruan tinggi beberapa bulan yang lalu. Tempat kuliahnya berbeda dengan Jichan.

"Lebai lo dek," Ledek Jichan.

Jena mendengus, "Abang yang lebai."

Aku hanya menggelengkan kepalaku melihat tingkah mereka berdua, "Bubu mimi," Jiana melemparkan biskuit yang aku berikan. Ia malah menarik-narik bajuku karena haus dan ingin minum susu.

"Kak, Buna mau nidurin Nana dulu. Kalau si kembar pulang, suruh langsung makan ya," Kataku yang dibalas anggukan mereka.

Aku membawa Jiana ke kamar dan memberikannya asi. Aku tersenyum kecil melihat bagaimana tingkah Jiana saat menyusu padaku. Ia mengangkat kedua kakinya lalu memeganginya dengan tangan kecilnya.

"Muka kamu makin kesini malah makin mirip Kak Nono loh dek," Ujarku saat sadar kalau wajah Jiana makin mirip dengan Jeno. Padahal mereka berdua ini selalu ribut.

Jangan kira kecil-kecil begini Jiana tidak bisa ribut. Kalian salah kalau berpikir seperti itu. Karena kenyataannya, Jiana akan selalu menang melawan Jeno. Entah Jeno akan di jambak, digigit, atau bahkan di tendang oleh Jiana.

After Married ; Jung Jaehyun [END✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang