.
.
.
.
.Aku bangun pagi-pagi untuk membuatkan Mas Jaehyun, Jichan, dan Jena sarapan sekaligus bekal makan siang. Ini pertama kalinya Mas Jaehyun membawa bekal, biasanya ia lebih memilih makan-makanan cepat saji di kantor. Karena aku tidak ingin Mas Jaehyun cepat sakit karena sering makan-makanan cepat saji, jadi mulai hari ini ia harus membawa bekal dari rumah.
"Pagi Buna," Aku merasakan lengan Mas Jaehyun melingkar di sekitar pinggangku.
Aku tersenyum, "Pagi," Balasku. Mas Jaehyun mengarahkan wajahku dan mengecup bibirku sekilas, "Mas, tolong liat anak-anak, mereka berdua udah siap sekolah apa belum."
Mas Jaehyun menggeleng, "Mau kayak gini dulu sebentar. Udah lama aku nggak meluk kamu yang lagi masak."
"Bentar doang Mas. Takutnya Jichan sama Jena telat karena belum siap."
Mas Jaehyun mendengus, "Ya udah aku cek bentar," Mas Jaehyun pergi ke kamar anak-anak. Ah iya, kamar Jichan dan Jena sudah di pisahkan. Awalnya aku dan Mas Jaehyun akan memisahkan kamar mereka kalau Jichan sudah kelas 6. Tapi semenjak Jichan ngompol, Jena terus merengek agar kamarnya dan Jichan dipisah.
Sambil menunggu Mas Jaehyun dan anak-anak, aku memasukan sayur dan lauknya kedalam kotak bekal. Kotak bekal warna hitam milik Mas Jaehyun, biru milik Jichan, dan tentu saja pink milik princess di rumah ini. Siapa lagi kalau bukan anak kesayangan Mas Jaehyun alias Jena.
"Pagi Buna!" Sapa Jichan dan Jena sambil berlarian kearahku.
Aku terkekeh, "Semangat banget sih tumben," Kataku, "Oh iya, nih kalian bawa bekel makannya ya," Aku memasukan kotak bekal mereka masing-masing ke dalam tas, "Ayah mana?" Tanyaku saat tidak melihat Mas Jaehyun keluar kamar bersama Jichan dan Jena.
"Ayah eek," Jawab Jichan.
"Ya udah kalian tunggu di mobil. Nanti kalau Ayah udah selesai kalian langsung berangkat," Aku berjongkok dan mengecup pipi Jichan dan Jena bergantian, "Jangan nakal ya di sekolah?"
"Oke Buna," Balas Jena.
Jichan menggedikan bahunya, "Nggak bisa janji Bun."
"Dasar. Udah sana," Jichan dan Jena masuk ke dalam mobil. Mereka menunggu Mas Jaehyun di sana.
"Bun, aku berangkat yaa," Mas Jaehyun yang baru saja keluar dari kamar, langsung menghampiriku yang tengah mencuci peralatan bekas masak. Ia mengecup pipiku lebih dulu sebelum akhirnya berangkat ke kantor.
"Eh ini bekelnya ketinggalan!" Aku memekik kaget saat melihat bekal makan siang Mas Jaehyun masih ada di meja makan. Aku berlari keluar untuk memberikan bekal makan ini pada Mas Jaehyun, tapi ternyata Mas Jaehyun sudah berangkat, "Ya udahlah, nanti aku anterin aja," Gumamku sambil membawa masuk kembali bekal itu.
Aku berniat mengantarkan bekal makan siang ini ke kantor. Tapi lebih dulu aku membangunkan duo kembar dan memandikan mereka. Selesai memandikan, aku menyiapkan mobil dan car seat untuk Jeno dan Jimmy.
Sesampainya di kantor Mas Jaehyun, aku langsung dibantu oleh satpam di sana untuk menurunkan si kembar dan meletakan mereka di stroller, "Makasih ya Pak. Biar saya aja yang bawa mereka masuk," Kataku saat satpam itu menawarkan diri untuk membantuku membawa si kembar ke ruangan Mas Jaehyun.
Aku menggunakan lift khusus untuk pergi ke ruangan Mas Jaehyun. Tapi sampai sana aku tidak melihat Mas Jaehyun. Sekertarisnya pun tidak ada di sana.
"Mas Johnny!" Panggilku saat melihat Johnny baru saja keluar dari ruangannya.
"Eh Jia, lama nggak ketemu," Mas Johnny menghampiriku.
Aku tersenyum tipis, "Lagian Mas Johnny sibuk kerja di luar terus. Oh iya, kabarnya Mbak Minjoo sama Renjun gimana?"
"Baik dong. Renjun aja bentar lagi mau lulus sd."
Aku mengangguk paham, "Mas, liat Mas Jaehyun nggak? Aku cari di ruangannya kok nggak ada?"
"Jaehyun? Dia lagi meeting tadi. Mungkin satu jam lagi baru kelar. Kamu tunggu aja di ruangannya."
"Ya udah. Makasih ya Mas. Salamin buat Mbak Minjoo kalau pulang nanti."
Johnny mengacungkan jempolnya, "Beres!" Setelah itu ia pergi meninggalkanku karena ada pekerjaan yang harus ia urus.
Aku masuk ke ruangan Mas Jaehyun sambil membawa si kembar. Saat masuk ruangan, aku senyum-senyum sendiri karena ingat kalau aku dan Mas Jaehyun pernah melakukannya beberapa kali di sini.
"Permisi," Aku reflek menoleh kearah pintu saat mendengar suara seseorang.
"Loh Chaeyeon?"
Aku sedikit kaget saat melihat kehadiran Chaeyeon di kantor Mas Jaehyun. Setahuku, Chaeyeon ini bekerja di rumah sakit, "Kok kamu di sini Chae?" Tanyaku bingung.
Chaeyeon terlihat bingung mendengar pertanyaanku, "Loh, bukannya kamu udah tau dari Jaehyun kalau aku kerja di sini?"
"Hah? Mas Jaehyun nggak ada ngomong apa-apa sama aku."
"Seriusan? Tapi Jaehyun bilang---,"
"Ceritain semuanya Chae," Selaku cepat.
Chaeyeon menceritakan semua yang terjadi kemarin padaku. Katanya Mas Jaehyun tiba-tiba datang ke rumah sakit, lalu membayarkan hutang Chaeyeon dan meminta wanita itu untuk kerja di sini.
Aku yang mendengar itu sedikit kecewa dengan Mas Jaehyun. Kenapa pria itu harus berbohong dan bilang kalau dirinya pergi ke kantor? Padahal kenyataannya ia malah menemui Chaeyeon dan membayarkan hutang-hutang Mingyu.
Aku tahu niat Mas Jaehyun baik. Tapi kenapa ia harus sembunyi-sembunyi seperti ini? Pikiranku menjalar kemana-mana. Bahkan pertanyaan Mas Jaehyun semalam seolah-olah terngiang di telingaku. Tapi sebisa mungkin aku tidak berasumsi sembarangan karena takut akan ada kesalah pahaman diantara aku dan Mas Jaehyun.
"Sorry Ji, aku beneran nggak tau kalau Jaehyun nggak bilang sama kamu. Soalnya Jaehyun bilang kalau kamu udah tau rencana dia buat bantu aku bayar hutang-hutangnya Mingyu."
Aku memijit pelipisku yang berdenyut, "Makasih udah kasih tau aku Chae. Biar nanti aku tanyain sama Jaehyun."
"Ji, kalau kamu emang nggak suka Jaehyun bantu aku. Nanti aku usahain buat keluar dari kantor dan ngembaliin uang-uangnya Jaehyun."
Aku menggeleng, "Jangan Chae. Kamu kerja aja di sini nggak apa-apa. Ini bukan masalah uang atau kerjaan kamu. Tapi ini masalah kepercayaan diantara aku dan Mas Jaehyun."
"Sorry Ji, seharusnya aku sama Jaehyun nggak pernah ketemu."
Aku menghela nafas dalam. Aku hanya tidak habis pikir pada Mas Jaehyun.
Bagaimana bisa ia tidak bilang apa-apa padaku tentang Chaeyeon?
Selang dua puluh menit, Mas Jaehyun masuk ke ruangan ini, tapi saat itu Chaeyeon sudah pergi karena harus melakukan tugasnya. Jadi ia dan Mas Jaehyun belum sempat bertemu, "Eh tumben Bun kesini?" Tanya Mas Jaehyun dan langsung mengecup keningku.
Aku menunjuk kotak bekal yang berada di meja kerja Mas Jaehyun, "Bekel kamu ketinggalan. Makanya aku bawain."
Mas Jaehyun tersenyum, "Perhatian banget yaa istri aku ini," Katanya. Lalu ia beralih pada si kembar yang tengah mengoceh karena melihat kehadirannya, "Eh anak-anaknya Ayah juga pada ikut. Mau main sama Ayah nggak?" Mas Jaehyun mengambil Jeno dan Jimmy berbarengan. Ia memang sudah handal untuk menggendong anak-anak kembar kami sekaligus.
Aku hanya memperhatikan Mas Jaehyun yang sedang bermain bersama anak-anak. Pria itu benar-benar bersikap biasa saja, seakan-akan tidak ada hal yang ia sembunyikan dariku.
"Mas taro dulu deh Jeno sama Jimmynya," Pintaku yang membuat Mas Jaehyun bingung.
"Kenapa Bun?"
"Aku mau ngomong sesuatu."
"Ngomong apa?" Tanya Mas Jaehyun sembari meletakan Jeno dan Jimmy di strollernya masing-masing.
"Soal kepercayaan diantara kita."
Vomentnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
After Married ; Jung Jaehyun [END✔]
Fanfiction[15+] Sequel dari Nikah ; Jung Jaehyun "Aku mau punya banyak anak," -Jung Jaehyun High rank #4 in kpop (20/7/19)